|
KOMPAS, 10 Mei 2013
”Narkoba, Pemicu Kecelakaan Jalan Raya”.
”Kemiskinan Salah Satu Pemicu Munculnya Terorisme”. ”Pemimpin Yang Tidak Tegas
Pemicu Gerakan Separatis”. ”10 Pemicu Utama Migrain”. ”Pengadilan Rahasiakan
Pemicu Cerai Lydia Kandou dan Jamal Mirdad”. ”Tingkat Ekonomi Rendah Pemicu
Kejahatan”.
Judul-judul di atas diambil secara acak dari
situs-situs berita daring di Tanah Air. Bila ditelusuri lebih jauh, ada ribuan
judul yang menggunakan kata pemicu dipakai untuk menjelaskan hubungan
kausalitas dalam peristiwa kecelakaan, kondisi sosial, atau penyakit yang
menyerang manusia. Tesaurus Bahasa Indonesia karya tulen Eko Endarmoko (Cetakan
3, Gramedia Pustaka Utama) memang memadankan penyebab dan pemicu. Dalam kamus,
penyebab dan pemicu sejajar.
Penyebab dan pemicu sama-sama
mengandaikan hukum kausalitas: akibat meniscayakan sebab. Hukum ini berlaku
untuk semua bidang ilmu dan pengetahuan, juga agama. Kata orang beriman, dosa
adalah penyebab retaknya hubungan manusia dengan Allah.
Picu sebagai nomina dan kata dasar dari
pemicu merupakan bagian atas pelatuk yang digerakkan dengan telunjuk pada
waktu menembak. Memicu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi IV, berarti menarik picu atau menggerakkan sesuatu yang berakibat membahayakan.
Jadi, picu berhubungan dengan dorongan atau gerakan yang mengakibatkan
keadaan bahaya. Dengan demikian, pemicu bukan sumber, melainkan faktor
yang meletuskan, mencetuskan, menggerakkan, atau menyulut (bnd Tesaurus Bahasa
Indonesia); sedangkan sebab sebagai nomina diartikan hal yang menjadikan
timbulnya sesuatu, (asal) mula (KBBI).
Dalam tulisan-tulisan ilmiah, penyebab dan
pemicu dibedakan. Identifikasi penyebab penting untuk mengetahui pemicu.
Penyebab lebih mendasar sifatnya dan mendahului pemicu. Dalam berbagai
analisis, penyebab penyakit serius, krisis keuangan, atau konflik sosial,
misalnya, tidak tunggal. Ada beberapa penyebab tawuran warga Kampung Polan,
antara lain luka-luka lama yang tak tuntas, pro-kontra di antara warga kampung
terhadap kepala desa terpilih, akses kepada sumber daya ekonomi yang tidak
merata, dan kecemburuan sosial. Tatkala dua pemuda Kampung Polan berkelahi,
tawuran meletus. Perkelahian dua pemuda itu merupakan pemicu tawuran.
Pada sampul kotak rokok dan baliho iklan rokok
yang dipajang di pinggir jalan kota-kota besar tertulis peringatan: ”Merokok
dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan
dan janin”. Peringatan ini menyatakan rokok sebagai penyebab dan bukan pemicu,
trigger, sederet penyakit.
Judul ”Kemiskinan, Salah Satu Pemicu
Munculnya Terorisme” memancing pembaca bertanya: jika kemiskinan merupakan
pemicu terorisme, apakah penyebabnya? Dalam jurnalisme daring yang serba
ringkas dan segera, pertanyaan terjawab dengan membaca berita kendati secara
eksplisit kerap tak disebut penyebabnya. Padahal, kesalahan mengidentifikasi
penyebab dan pemicu mengakibatkan salah resep dan strategi dalam mengatasi
suatu masalah sosial atau penyakit. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar