Kamis, 16 Mei 2013

Kita Semua Aktor dalam Komunitas ASEAN 2015


Kita Semua Aktor dalam Komunitas ASEAN 2015
Hariqo Wibawa Satria ;  Alumni Pascasarjana Universitas  Paramadina,
Jurusan Diplomasi,  Pendiri aseancom2015.com
KORAN SINDO, 15 Mei 2013


Umpama lomba lari, siapa  yang tak punya motivasi,  jarang latihan, fasilitas  kurang, pastilah kalah. Inilah  mengapa Komunitas  ASEAN 2015 (ASEAN Community  2015) tak boleh dipahami  sekadar penyatuan warga  ASEAN, tetapi merupakan medan  pertandingan kualitas antar  “Kita” dengan sembilan warga  negara lainnya. 

Jangan sampai  kita hanya jadi pelengkap sebuah  perlombaan.  31 Desember 2015 sudah disepakati  pemimpin ASEAN sebagai  waktu yang tepat menjalankan  Komunitas ASEAN  2015. Indonesia terancam jadi  pasar empuk bagi produk negara  tetangga. ASEAN bisa jadi hanya  sebagai pelicin negara-negara  ”pintar” mengeruk manfaat. 

 Kita sepakat jangan hanya  melihat ancaman, lihat juga peluangnya.  Akan ada pasar tunggal  ASEAN pada 2015 nanti, sudahkah  Indonesia menghadapinya?  Belum, berikut fenomena  pendukungnya: Pertama, Komunitas  ASEAN 2015 belum  menjadi buah bibir, apalagi isu  utama dalam politik Indonesia.  Tonton lagi video debat calon  presiden Indonesia tahun 2004  dan 2009 yang melupakan tema  kesiapan Indonesia menghadapi  Komunitas ASEAN 2015.  Padahal, Komunitas ASEAN  2015 dideklarasikan setahun  sebelumnya dalam pertemuan  Bali Concord II, dan di Indonesia  pula.  

Kedua, perhatikan isu populer  pada pemberitaan media sepanjang  2003-2013. Minim sekali  soal Komunitas ASEAN  2015. Contohnya pada perhelatan  ASEAN Inter Parliamentary  Assembly (AIPA) ke-33 di  Lombok, 16–22 September  2012 yang sepi liputan. Saat itu  media justru ramai mengabarkan  konser artis Korea (K-Pop)  yang digelar pada 22 September  2012 di Gelora Bung Karno,  Jakarta.  

Ketiga, ASEAN Study Center  (Pusat Studi ASEAN) belum lama  ini dibentuk di Universitas  Indonesia, tepatnya pada Senin,  18 Maret 2013. Sedangkan  ASEAN sudah dibentuk sejak  1967, dan 2009 sudah disusun  Road Map For an ASEAN Community  2015.  Keempat, jumlah pengusaha  Indonesia masih minim. Survei  entrepreneur Bank Dunia di  2008 memperlihatkan jumlah  pengusaha di Indonesia tertinggal.  

Jumlah pengusaha Indonesia  hanya 1,56% dari total penduduk  Indonesia, sementara  Malaysia sudah mencapai 4%,  Thailand 4,1% dan bahkan jumlah  pengusaha di Singapura sudah  mencapai 7,2% dari total  jumlah penduduknya.  

Kelima, sejak SBY dan Boediono  dilantik pada 20 Oktober  2009, keduanya disibukkan  gonjang-ganjing politik dalam  negeri. Rangkap jabatan SBY sebagai  presiden dan ketua umum  partai sangat mungkin mengurangi  perhatiannya pada  isu-isu hubungan internasional.  

Apa yang Bisa  Dilakukan?  Kesejahteraan hanya milik  bangsa pekerja keras. Pemerintahan  harus pastikan Komunitas  ASEAN 2015 menyejahterakan  rakyat. Kepentingan nasional  kita sudah jelas, tinggal para  pemimpin pemegang amanah  rakyat serius atau pura-pura  menjalankannya. Jika pada  1955 Indonesia sukses ”mengoordinasi”  Asia-Afrika, tentunya  di level Asia Tenggara kita  pasti bisa. 

 Kita orang Indonesia perlu  tahu strategi negara lain, tetapi  kita tidak perlu takut, apalagi  minder. Yang paling kita takuti  adalah jika kita tidak punya strategi,  atau hanya punya satu strategi  tanpa alternatif. Strategi  perjuangan semesta dalam  menghadapi persaingan internasional  harus dilakukan, caranya  dengan terus memperkuat  NKRI Community untuk menghadapi  ASEAN Community  2015. Pemilu 2014 adalah alat  pemersatu, bukan sebaliknya.  Peran pemimpin daerah sangat  penting. Ingat, gubernur  bukan lagi semata kepala daerah.  

Dia juga wakil pemerintah  pusat (PP 19 Tahun 2010). Tafsir  atas PP 19/2010 beragam.  Sajim Sastrawan, Kepala Biro  Pemerintahan Setda NTB dalam  wawancara dengan penulis  (10/08/12) mengatakan ”Pusat  adalah kami dan sebaliknya, kadang  kita terlalu fokus pada enam  urusan yang ada di pusat, sehingga  sepertinya daerah tidak punya  kewenangan, padahal kita bisa  kreatif dengan mencantolkan”.  Pemahaman ini cocok jika dikaitkan  dengan integrasi  ASEAN 2015, karena kesiapan  Indonesia menghadapi persaingan  global sangat bergantung  pada kerja pemimpin  daerah.  

Selain itu, DPR RI dan DPRD  seluruh Indonesia harus memastikan  bahwa segala kesepakatan  ASEAN tidak merugikan  masyarakat Indonesia. Kunjungan  pada konstituen dapat  dimanfaatkan memeriksa kesiapan  masyarakat dalam  menghadapi Komunitas  ASEAN 2015. Peran media juga  sangat menentukan. 

Thailand  sudah punya ASEAN TV, sebuah  stasiun yang terus menyiarkan  tentang kesiapan Thailand jelang  Komunitas ASEAN 2015.  Oleh sebab itu, TVRI, RRI, dan  Lembaga Penyiaran Swasta  (LPS) harus jadi aktor dalam Komunitas  ASEAN 2015 ini. Media  punya tugas mulia mengingatkan  rakyat Indonesia bahwa  perang akan dimulai.  Semata mendesak dan  mengkritisi pemerintah jelas  pola lama, apa pun yang kita  mampu lakukan sekarang juga.  


Para akademisi lakukan sebanyak  mungkin penelitian dan  publikasikan ke berbagai jurnal  internasional, musisi Indonesia  mulailah go international. Jika  artis Korea, Amerika, Eropa bisa  konser di Indonesia, mengapa  kita tidak bisa tampil di negeri  mereka?  Seorang pembawa acara radio,  TV dapat saja mengatakan  ”Apa kabar Indonesia, sebentar lagi  kita hadapi Komunitas ASEAN  loh, sudah siap belum?” Bukankah  ini hal kecil dengan dampak  besar? Jadi, kita semua adalah  aktor sekaligus sutradara dalam  hubungan internasional.  

Melihat semua potensi yang  Indonesia miliki, kita harus optimis.  Bung Hatta dalam maklumat  politik pemerintah RI, 1  November 1945 sudah mengatakan  “Kita bangsa Indonesia  pasti akan mampu memberikan  sumbangan yang bagus terhadap  kebudayaan dunia”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar