Keteladanan
Pemimpin
Dewi Aryani ; Anggota Fraksi PDI Perjuangan, Duta UI untuk Reformasi
Birokrasi
|
SINDO,
22 September 2012
Setelah melalui penantian yang cukup panjang dan melelahkan, hari
ini akhirnya warga Jakarta patut berlega hati dan bersukaria, pasalnya Jakarta
akan memulai lembaran baru hari-harinya dengan sosok pemimpin baru yang
terbukti dicintai rakyatnya.
Joko Widodo (Jokowi), sosok sederhana, rendah hati, dan dekat
dengan masyarakat, bersama dengan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok),
melalui perhitungan cepat diperkirakan akan menjadi gubernur dan wakil gubernur
DKI Jakarta periode 2012– 2017 menggantikan kepemimpinan gubernur sebelumnya,
Fauzi Bowo. Jokowi-Ahok mampu memenangkan hati dan meyakinkan rakyat Jakarta.
Berapa pun margin suara yang ada membuktikan bahwa gelora keinginan masyarakat
Jakarta untuk memiliki pemimpin baru yang mampu mengubah Jakarta dari kondisi
sekarang ini cukup besar.
Jokowi-Ahok yang datang dengan slogan “Jakarta Baru” ini memang menarik simpati banyak warga Jakarta. Bukan hanya karena tawaran berbagai program pembangunan jangka pendek dan panjang yang dibawa oleh keduanya,namun juga karena citra keduanya sebagai sosok yang sukses memimpin daerahnya masingmasing. Dari berbagai pilkada di Indonesia, DKI menjadi salah satu pilkada terunik dan terheboh. Bagaimana tidak, berbagai kreativitas dan bentuk kampanye di produksi secara masif tidak hanya oleh tim sukses tapi juga oleh relawan, simpatisan dan berbagai pihak yang simpati kepada masingmasing calon.
Keterlibatan semua pihak menandakan pesta demokrasi berjalan sebagaimana nafas demokrasi yang sesungguhnya. Dinamika yang terjadi mencerminkan bahwa pemilu yang jujur dan adil menjadi dambaan semua orang,karenanya pilkada DKI akan menjadi titik tolak sekaligus tolak ukur pendewasaan dan pematangan proses berdemokrasi di Indonesia.
Antikorupsi
Jokowi juga terkenal sebagai tokoh antikorupsi yang dengan lantang menolak berbagai bentuk korupsi dan penyelewengan kewenangan. Ketegasannya dalam menolak korupsi ini ditunjukkannya melalui keikutsertaannya dalam Gerakan Birokrasi Bersih dan Melayani (BBM). Melalui Deklarasi Birokrasi bersih dan Melayani yang digagas oleh Departemen Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Jokowi terpilih sebagai deklarator sekaligus inisiator bersama dengan empat tokoh nasional lainnya yang datang dari berbagai kalangan dan profesi seperti Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, anggota DPR RI Dewi Aryani,CEO Mustika Ratu Putri K Wardani,dan aktivis sosial Teten Masduki.
Dengan kemenangan Jokowi- Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur nantinya, harapan terciptanya Jakarta yang lebih baik semakin terbuka lebar. Sosok dan karakter Jokowi yang sangat kuat ini akan membawa Jakarta menjadi ibukota negara sekaligus pusat niaga yang lebih manusiawi. Karakternya yang optimistis dan berani serta sifatnya yang sederhana dan merakyat menjadi kombinasi yang tepat sebagai pemimpin Jakarta.
Memang pada dasarnya, di tengah heterogenitas suku, serta kepentingan yang ada, Jakarta membutuhkan pemimpin yang di satu sisi berani dan tegas mengambil keputusan, namun di sisi lain sederhana dan rendah hati. Sehingga pemimpin tersebut mampu merangkul berbagai kalangan yang ada di Jakarta, baik kalangan konglomerat dan kelas atas, maupun rakyat miskin dan kekurangan.
Keteladanan Pemimpin
Kepemimpinan Jokowi- Ahok di Jakarta ini juga semakin membuka lebar harapan terciptanya birokrasi dan aparat daerah yang berorientasi pada nilai dan pelayanan. Dengan gaya kepemimpinannya yang sangat terpengaruh oleh pepatah Jawa ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, Jokowi akan memimpin Jakarta dengan kepemimpinan yang memberi contoh (leadership by example).
Frances Hesselbein, seorang CEO dari sebuah institut kepemimpinan dari yayasan Peter F Drucker, yang juga terkenal dengan gaya kepemimpinannya pernah berucap,“The leader of the future will not be the leader who has learned lessons of how to do it… The leader for today and the future will be focused on how to be – how to develop quality, character, mind-set, values, principles, and courage.” Menurut Frances, pemimpin masa depan bukanlah mereka yang telah mempelajari ilmu atau cara untuk melakukan, namun pemimpin masa depan adalah mereka yang fokus untuk mengembangkan kualitas, karakter, pola pikir, nilai, prinsip, dan keberanian.
Kesemua karakter pemimpin yang disebutkan oleh Frances, ada pada diri Jokowi. Dengan kemampuannya untuk bekerja di lapangan, Jokowi akan memimpin Jakarta tidak hanya dengan rencana dan konsep semata, namun juga dengan konkretisasi konsep dan implementasi rencana yang akan disesuaikannya dengan kebutuhan berbagai kalangan yang ada di Jakarta. Pada akhirnya, kemenangan Jokowi-Ahok merupakan titik balik, tidak hanya bagi Jakarta namun juga bagi seluruh daerah di Indonesia. Jokowi akan menunjukkan bahwa dengan kesederhanaan dan kerendahan hatinya, Kota besar sekelas Jakarta akan mampu disulapnya sebagai kota yang bermartabat.
Keberhasilan Jokowi memimpin Jakarta akan menciptakan efek domino, yang akan mempengaruhi masyarakat di daerah lainnya untuk memilih pemimpin dengan karakter seperti yang dimiliki oleh pemimpin ideal seperti Jokowi.
Oleh karenanya, dukungan dan kepercayaan adalah dua hal yang saat ini harus ditunjukkan oleh masyarakat Jakarta, sehingga pemimpin baru ini akan menciptakan harapan baru, dengan Jakarta baru,yang tentunya lebih sederhana dalam keseharian namun modern, tertata rapi, adil, manusiawi, berbudaya, dan melayani. ●
Jokowi-Ahok yang datang dengan slogan “Jakarta Baru” ini memang menarik simpati banyak warga Jakarta. Bukan hanya karena tawaran berbagai program pembangunan jangka pendek dan panjang yang dibawa oleh keduanya,namun juga karena citra keduanya sebagai sosok yang sukses memimpin daerahnya masingmasing. Dari berbagai pilkada di Indonesia, DKI menjadi salah satu pilkada terunik dan terheboh. Bagaimana tidak, berbagai kreativitas dan bentuk kampanye di produksi secara masif tidak hanya oleh tim sukses tapi juga oleh relawan, simpatisan dan berbagai pihak yang simpati kepada masingmasing calon.
Keterlibatan semua pihak menandakan pesta demokrasi berjalan sebagaimana nafas demokrasi yang sesungguhnya. Dinamika yang terjadi mencerminkan bahwa pemilu yang jujur dan adil menjadi dambaan semua orang,karenanya pilkada DKI akan menjadi titik tolak sekaligus tolak ukur pendewasaan dan pematangan proses berdemokrasi di Indonesia.
Antikorupsi
Jokowi juga terkenal sebagai tokoh antikorupsi yang dengan lantang menolak berbagai bentuk korupsi dan penyelewengan kewenangan. Ketegasannya dalam menolak korupsi ini ditunjukkannya melalui keikutsertaannya dalam Gerakan Birokrasi Bersih dan Melayani (BBM). Melalui Deklarasi Birokrasi bersih dan Melayani yang digagas oleh Departemen Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Jokowi terpilih sebagai deklarator sekaligus inisiator bersama dengan empat tokoh nasional lainnya yang datang dari berbagai kalangan dan profesi seperti Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, anggota DPR RI Dewi Aryani,CEO Mustika Ratu Putri K Wardani,dan aktivis sosial Teten Masduki.
Dengan kemenangan Jokowi- Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur nantinya, harapan terciptanya Jakarta yang lebih baik semakin terbuka lebar. Sosok dan karakter Jokowi yang sangat kuat ini akan membawa Jakarta menjadi ibukota negara sekaligus pusat niaga yang lebih manusiawi. Karakternya yang optimistis dan berani serta sifatnya yang sederhana dan merakyat menjadi kombinasi yang tepat sebagai pemimpin Jakarta.
Memang pada dasarnya, di tengah heterogenitas suku, serta kepentingan yang ada, Jakarta membutuhkan pemimpin yang di satu sisi berani dan tegas mengambil keputusan, namun di sisi lain sederhana dan rendah hati. Sehingga pemimpin tersebut mampu merangkul berbagai kalangan yang ada di Jakarta, baik kalangan konglomerat dan kelas atas, maupun rakyat miskin dan kekurangan.
Keteladanan Pemimpin
Kepemimpinan Jokowi- Ahok di Jakarta ini juga semakin membuka lebar harapan terciptanya birokrasi dan aparat daerah yang berorientasi pada nilai dan pelayanan. Dengan gaya kepemimpinannya yang sangat terpengaruh oleh pepatah Jawa ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, Jokowi akan memimpin Jakarta dengan kepemimpinan yang memberi contoh (leadership by example).
Frances Hesselbein, seorang CEO dari sebuah institut kepemimpinan dari yayasan Peter F Drucker, yang juga terkenal dengan gaya kepemimpinannya pernah berucap,“The leader of the future will not be the leader who has learned lessons of how to do it… The leader for today and the future will be focused on how to be – how to develop quality, character, mind-set, values, principles, and courage.” Menurut Frances, pemimpin masa depan bukanlah mereka yang telah mempelajari ilmu atau cara untuk melakukan, namun pemimpin masa depan adalah mereka yang fokus untuk mengembangkan kualitas, karakter, pola pikir, nilai, prinsip, dan keberanian.
Kesemua karakter pemimpin yang disebutkan oleh Frances, ada pada diri Jokowi. Dengan kemampuannya untuk bekerja di lapangan, Jokowi akan memimpin Jakarta tidak hanya dengan rencana dan konsep semata, namun juga dengan konkretisasi konsep dan implementasi rencana yang akan disesuaikannya dengan kebutuhan berbagai kalangan yang ada di Jakarta. Pada akhirnya, kemenangan Jokowi-Ahok merupakan titik balik, tidak hanya bagi Jakarta namun juga bagi seluruh daerah di Indonesia. Jokowi akan menunjukkan bahwa dengan kesederhanaan dan kerendahan hatinya, Kota besar sekelas Jakarta akan mampu disulapnya sebagai kota yang bermartabat.
Keberhasilan Jokowi memimpin Jakarta akan menciptakan efek domino, yang akan mempengaruhi masyarakat di daerah lainnya untuk memilih pemimpin dengan karakter seperti yang dimiliki oleh pemimpin ideal seperti Jokowi.
Oleh karenanya, dukungan dan kepercayaan adalah dua hal yang saat ini harus ditunjukkan oleh masyarakat Jakarta, sehingga pemimpin baru ini akan menciptakan harapan baru, dengan Jakarta baru,yang tentunya lebih sederhana dalam keseharian namun modern, tertata rapi, adil, manusiawi, berbudaya, dan melayani. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar