Selasa, 22 November 2011

Marinir Amerika di Australia


Marinir Amerika di Australia

Chappy Hakim, PENULIS BUKU PERTAHANAN INDONESIA, ANGKATAN PERANG NEGARA KEPULAUAN
Sumber : SINDO, 22 November 2011



Penempatan pasukan marinir Amerika Serikat (AS) dan pesawat tempurnya di Australia merupakan salah satu isu sensitif yang dibicarakan Perdana Menteri Australia Julia Gillard dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dijelaskan bahwa penempatan tersebut adalah dalam rangka tanggap darurat bencana alam. Alangkah naifnya bila kita serta-merta percaya saja dengan apa yang dijelaskan Australia dan AS tentang penempatan Marinir AS di Darwin. Sederhana saja, di sepanjang sejarah dunia,tidak pernah ada kewaspadaan terhadap bencana alam sampai pada tingkat perkuatanpasukantempurdari negara lain yang digeser. Deployment dari satuan atau unit tempur yang combat ready dari satu negara di negara lainnya,tidak dapat dipungkiri, pastimemilikialasanyangkuat. Alasan kuat itu tidaklah pernah terjadi berupa ancaman dari bencana alam.

Sejarah Kelam

Bila kita melihat agak mundur ke belakang, AS sebenarnya memiliki sejarah kelam dari tingkat kewaspadaan (combat readiness) dari unit tempurnya di Pasifik. Penyerangan besar-besaran Jepang terhadap kedudukan armada laut terbesar AS di Pearl Harbor dipercaya telah membuat banyak perubahan cara pandang AS terhadap perang. Bersamaan dengan tenggelamnya armada laut di Pasifik, tenggelam pula seluruh cara berpikir bangsa AS tentang perang.

Ini pulalah yang merupakan salah satu pemicu dari AS untuk mengembangkan bom atom atau yang akan dikenal kemudian sebagai senjata pemusnah massal (a weapon of mass destruction). Jadi hal yang sangat mendasar adalah prinsip perang yang selama itu (sampai sebelum Jepang menyerang Pearl Harbor) dipahami AS ternyata keliru besar. Baru sejak itulah AS sangat yakin bahwa war might come at any moment and at any place (perang dapat terjadi pada kesempatan apa saja dan di mana saja).

AS tidak mengira sama sekali bahwa serangan udara besar-besaran armada udara Jepang tanpa “pernyataan perang” sebagai satu konvensi dari hubungan politik antarnegara yang selama ini dianut bersama.AS sama sekali tidak mengira dan bahkan menganggap serangan udara Jepang ke Pearl Harbor sebagai sesuatu yang sangat tidak masuk akal sehat, jauh dari logika berpikir di era itu.

Serangan Jepang terhadap Pearl Harbor tidak hanya memakan begitu banyak korban, tetapi yang lebih penting dari itu,penyerangan tersebut juga telah mengubah semua prinsip- prinsip perang yang selama ini dianut seluruh para pemikir militer di bidang pengkajian penyebab perang.Penyerbuan Jepang ini benar-benar telah dicatat dalam sejarah AS sebagai “The Origins of American Military Failure”.

Pelajaran pahit yang juga disebut sebagai “the turning point”dari pemahaman perang konvensional menuju perang modern atau perang udara. Pil pahit kedua yang dialami AS adalah peristiwa 9/11. Penyerangan terselubung terhadap menara kembar di New York dan upaya menembus Pentagon dan Gedung Putih di siang bolong.

Tidak hanya unsur “surprise” yang harus ditelan mentah-mentah,tetapi juga lokasi yang berada di pusat pemerintahan dan pusat perdagangan AS dengan korban yang begitu besar telah membuat AS menjadi “paranoid” dalam seketika.Tahap kegiatan security check untuk masuk ke Amerika telah berubah menjadi mirip dengan kisah-kisah dalam bullying stories(perploncoan).

Kepentingan AS

Berikutnya adalah sejarah dari kehadiran pasukan Amerika di Korea, di Vietnam, dan perkembangan serta pengakhiran dari keberadaan pangkalan- pangkalan Amerika Serikat di berbagai tempat seperti di Okinawa, Subic, dan Clark tentunya memiliki catatan- catatan khusus tersendiri. Filipina sudah tidak lagi memfasilitasi pangkalan-pangkalan AS.Itu sebabnya antara lain AS tidak akan pernah puas hanya bersandar pada kedudukan armada laut dan udara yang telah digelar sepanjang tahun dalam jajaran United States Pacific Command (USPACOM) sejak 1947.

Tidak tanggungtanggung, panglimanya adalah seorang admiral berbintang empat dan Pacific Air Forcenya selalu dijabat oleh Jenderal Air Force berbintang empat pula.Itu sekadar gambaran bagaimana pentingnya Pasifik dilihat oleh Amerika Serikat dan ada perasaan untuk tidak ingin kecolongan yang kesekian kalinya. Belum lagi bila kita mengikuti perkembangan strategis yang terjadi di kawasan Pasifik seperti tensi yang meningkat di Laut China Selatan, posisi Timor Leste dengan aneka masalah perbatasan dan sumber daya alamnya,

serta demikian tersebarnya imigran gelap yang mengalir ke Australia bercampur dengan kegiatan nelayan tradisional yang sangat membingungkan para penjaga pantai. Dan last but not least,mogoknya karyawan Freeport serta aneka penembakan yang seakan tiada henti di Papua.Kesemuanya itu telah mengusik kenyamanan Paman Sam!

Maka kiranya sekali lagi harus dikatakan bahwa alangkah naifnya bila kita menerima dengan hati riang gembira bahwa penempatan US Marine dan pesawat tempurnya di Darwin adalah dalam rangka tanggap darurat bencana alam.Kesimpulannya adalah: “Tolong dicarikan alasan yang agak pantas untuk deployment unit tempur Amerika di Australia”. Biar bagaimanapun, itulah Amerika Serikat yang angkatan perangnya memiliki tagline Global Reach-Global Power.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar