Akhirnya kita semua tahu jawaban di balik  teka-teki lokasi mana yang dipilih menjadi ibukota negara (IKN) yang baru, yaitu Bukit Soeharto yang merupakan Taman Hutan Raya (Tahura) di Kalimantan Timur, seperti diumumkan oleh Presiden Jokowi, 26 Agustus lalu. Tahura berada dalam dua wilayah administratif sekaligus, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.
Berbeda dengan Jakarta yang merupakan ibukota peninggalan kolonial Belanda (Batavia), IKN RI yang baru ini didesain dan dibangun di era Industri 4.0. IKN ini rencananya akan segera mulai dibangun dan selesai pada 2024. Periode konstruksi ini relatif singkat, tapi pembangunan Brasilia, ibukota baru Brazil,  menelan waktu 41 bulan saja.
Hanya saja, sebuah IKN yang ‘Hijau (full taman hutan kota), Cerdas, dan Indah’ pembangunannya bisa lebih lama, karena kompleksitasnya berbeda. Apalagi kepindahannya menyeberangi laut ke pulau lain berjarak sekitar 1.270 km dari Jakarta.
Beberapa tahun mendatang, RI seharusnya sudah memasuki tahap implementasi awal Industri 4.0 sedikit melangkah agak maju. Oleh karenanya, perlu disiapkan sistem pengelolaan kota yang cerdas, termasuk sistem konektivitas atau sistem transportasi massalnya. Sistem Transportasi Pintar (Intelligent Transport) jadi bagian integral Kota Cerdas (Smart City) ini.
Revolusi Industri 4.0 mendorong perkembangan sistem MRT Cerdas, mulai dari stasiun cerdas dan  kereta tanpa awak/masinis, yang lebih pintar dan lebih irit energi. Kereta full otomatis pada semua fungsi, termasuk self maintenance, menghidupkan mesin, berjalan, dan berhenti. Sistem pintarnya dapat memantau kereta yang berjalan, dan peralatan pengamanan  yang dipasang dapat mendeteksi rintangan jalan dan kerusakan rel.
Sistem Transportasi Pintar dan Kota Cerdas terkait dengan konsep lebih besar, Smart Mobility (SM),  yang merupakan  cara berpikir baru dan revolusioner tentang bagaimana kita dapat tiba di tempat dituju secara lebih bersih, lebih aman, lebih efisien. Konsep SM meliputi satu rentang luas dari transportasi antarmoda, mulai dari bersepeda,  bus listrik, LRT, driverless MRT,  kendaraan otomatis, taksi pintar, dan lainnya. Prinsip kuncinya meliputi fleksibilitas, efisiensi, integrasi, teknologi bersih (non-polutif), dan keamanan. Transportasi  multimoda memungkinkan penumpang memilih  yang terbaik di situasi tertentu yang dihadapinya.
AGT listrik, ekonomis dan ramah lingkungan
Dengan penduduk 1,5 juta, IKN baru tetap akan jadi salah satu kota besar di RI. Belum lagi jika ditambah pertumbuhan kota-kota satelit  di sekitarnya, meskipun nanti IKN baru itu ‘dilindungi’ dengan sabuk hijau hutan kota di sekelilingnya.
Salah satu pilihan moda transportasi untuk ibukota baru adalah Automated Guideway Transit (AGT) berbasis ban atau roda baja, yang juga tanpa awak/pengemudi (driverless), seperti Yurikamome AGT di Tokyo dan  Mark II SkyTrain di  Vancouver, Kanada. Sistem ini bisa berute tetap (fixed route system) atau ganda, dan bisa berskala kecil (6 penumpang) hingga massal sebagai MRT. AGT ini jika dibangun di rute layang (elevated) dikenal sebagai ‘kereta layang tanpa awak’.
Mengapa dibangun melayang? Alasan utama biasanya karena kepadatan dan intensitas bangunan relatif tinggi. Namun, untuk IKN baru, bisa saja karena alasan memberi kesempatan bagi warga kota dan turis menikmati pemandangan indahnya IKN baru yang full taman hutan kota beserta lanskap lainnya (sungai, danau, dan lainnya)
Moda transportasi tanpa awak AGT jauh lebih murah dibandingkan dengan MRT berbasis rel di bawah tanah (underground/subway). Secara ekonomis dan lingkungan, AGT lebih layak untuk IKN baru kita .
Dominasi mobilitas ASN
Aktivitas berlalu-lintas di IKN baru, akan didominasi ASN, ibu-ibu rumah tangga, anak-anak sekolah, dan mahasiswa. Tak ada pergerakan ibu-ibu rumah tangga ke pasar tradisional, karena di ibukota baru hanya ada pasar/toko modern di pusat kota dan masing-masing subwilayah kota.
Pergerakan massal ASN dari pusat-pusat permukiman di seluruh bagian-bagian wilayah kota menuju pusat kota dan zona perkantoran pemerintah  dilayani dua moda utama, bus listrik pintar dan MRT Cerdas berbasis AGT, dengan terminal utama dan stasiun utama terletak di pusat kota (Central Business District/CBD). ASN berangkat ke dan pulang dari kantor sebagian besar menggunakan AGT dan stasiun-stasiun AGT ini berakhir di pusat kota sebagai stasiun utama.
Selanjutnya, dari pusat kota ke zona perkantoran pemerintah dan antarkantor kementerian/lembaga negara serta istana negara dilayani dengan bus-bus listrik, bersepeda atau fasilitas pedestrian. Asumsinya, terdapat ‘buffer’ baik berupa ruang terbuka hijau maupun sungai/danau yang memisahkan kawasan/sektor-sektor komersial (perdagangan, perbankan, dan perhotelan) dengan sektor-sektor berlingkungan tenang seperti istana negara, DPR/MPR, perkantoran pemerintah, dan kedutaan besar/perwakilan internasional.
Setiap stasiun AGT terhubung dengan halte bus listrik pada rute-rute tertentu, dan di setiap blok permukiman terdapat halte bus listrik yang terhubung dengan jaringan jalan kolektor berpola radial dengan stasiun AGT terdekat. Tak ketinggalan, di IKN baru dimungkinkan sistem Taksi Listrik Pintar tanpa pengemudi.
Layanan taksi ini  dilengkapi GPS dan sejumlah sensor untuk mendeteksi jalur jalan, bangunan, trotoar, pepohonan, rambu lalu lintas dan para penyeberang jalan untuk menjamin keamanan berlalu lintas.
Sistem transportasi yang ideal untuk IKN baru bisa diwujudkan secara bertahap. Namun, setidaknya trase dan ruang untuk sistem transportasi publik yang komprehensif di IKN baru dapat disiapkan jauh-jauh hari.
IKN dengan udara segar dan teduh dengan banyaknya hutan/taman kota dan jalur khusus sepeda, sangat ideal bagi para pesepeda, bahkan untuk menuju ke kantornya secara rutin, jika jaraknya tidak terlampau jauh dari rumahnya. Pendek kata, IKN baru RI akan menjadi habitat ‘flexible’ dan ‘agile’, bagi penghuni kota dan para ‘commuter’ dari kota-kota satelit di sekitarnya untuk bermobilitas secara cerdas dan ramah lingkungan. ***