Selasa, 03 April 2018

Meeting Stephen Hawking in Ottawa

Meeting Stephen Hawking in Ottawa


Seandainya saya tidak mengalami celaka, tertabrak taksi di Ottawa - Canada, dan harus menggunakan alat bantu kursi roda selama beberapa bulan di sana, mungkin saya tidak pernah bertemu dan duduk berdampingan dengan Stephen Hawking.  

Seingat saya, waktu itu suatu pagi di musim winter 1998 ketika mobil OC Transpo (semacam Trans Jakarta di Ottawa) yang dirancang khusus untuk  melayani “disabled people” (orang cacat atau lansia yang membutuhkan kursi roda) menjemput saya di apartemen. Pagi itu saya memang ada jadwal kuliah di Carleton University.   

Seperti biasa sopir OC Para Transpo membantu saya naik ke atas mobil dengan menggunakan alat bantu remote.  Kebetulan waktu itu sopirnya adalah seorang ibu-ibu paruh baya.

Sudah menjadi tradisi ketika kami baru bertemu muka dengan penumpang sebelah di dalam mobil, kami selalu berbasa-basi mengucapkan “Say Hello”.  Tapi saya mengurungkan niat itu ketika melihat tetangga pria di samping saya ternyata sedang asyik mengobrol entah dengan siapa.

Anehnya pria tersebut bicara tidak dengan mulutnya, melainkan dengan menggunakan alat bantu komputer dan monitor yang terpasang di hadapannya di kursi roda. Waktu itu yang nampak oleh saya hanya kedipan-kedipan matanya dan seputar pipinya yang bergerak-gerak. Saya kira bagian-bagian anggota badan lainnya praktis lumpuh. Tapi anehnya,  ia bisa  mengendalikan sendiri kursi rodanya, nyaris tanpa bantuan orang lain.

Akhirnya saya ingat pernah membaca tulisan tentang seorang fisikawan terkenal yang karena “sakit lumpuh” akhirnya ia harus menggunakan alat bantu komputer untuk berkomunikasi dengan orang lain.  Hanya saja pada waktu itu saya masih belum bisa mengingat nama ahli fisika tersebut.

Jujur, waktu itu saya masih ragu apakah benar ia adalah tokoh ilmuwan yang pernah saya baca dalam tulisan tersebut. Siapa tahu ia hanyalah salah satu penderita “penyakit lumpuh” (tuna wicara) di negara maju yang mampu membeli dan menggunakan perangkat alat bantu canggih sehingga ia bisa berkomunikasi dengan orang lain. Maklum, pada awal-awal saya tinggal di Ottawa..saya memang sering menemukan hal-hal “aneh” yang tidak pernah saya lihat dan temukan sebelumnya di Indonesia.

Dalam suatu kesempatan saya ceritakan pertemuan saya dengan Stephen Hawking tersebut kepada seorang teman kuliah senior saya, seorang Canadian. Menurutnya, setahu dia, hanya Stephen Hawking yang menggunakan alat bantu komputer tersebut untuk  bicara. Dari dia pula akhirnya saya bisa mengingat kembali nama ilmuwan fisika tersebut, Stephen William Hawking.  Dan saya semakin yakin, penumpang di sebelah saya adalah Stephen Hawking, ketika saya membaca berita tentang kematiannya beberapa waktu lalu dan mendapatkan tautan URL berikut ini dari google.  


Orang mungkin bilang saya cuma “bercanda” ketika saya serius bilang…”Saya pernah duduk di kursi persis di sebelah kanan Stephen Hawking”…


Salam,

budisan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar