Digitalisasi
Keuangan dan Jender
Iskandar Simorangkir ; Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan; Ketua
Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif RI
|
KOMPAS,
25 April
2018
Di kawasan Asia Timur dan
Pasifik, Indonesia merupakan negara yang memiliki kemajuan tercepat dalam
membawa masyarakatnya ke dalam sistem keuangan formal dalam tiga tahun
terakhir ini. Sejumlah upaya, yang didukung dengan adanya uang elektronik,
branchless banking dan digitalisasi sistem transfer bantuan sosial, telah
menciptakan banyak peluang ekonomi baru bagi jutaan rakyat Indonesia,
khususnya perempuan.
Belum lama ini, Bank Dunia
merilis data terbaru yang menunjukkan 48,9 persen penduduk dewasa di negara
kita saat ini telah memiliki rekening bank, meningkat dari 36 persen di tahun
2014—sebuah pencapaian signifikan dalam perjalanan kita meningkatkan inklusi
keuangan.
Dalam beberapa tahun
terakhir, pemerintah telah menjadikan inklusi keuangan bagi masyarakat yang
belum memiliki rekening bank (unbanked) sebagai prioritas utama. Pemerintah
memanfaatkan sejumlah keunggulan yang didapat dari konversi uang tunai ke
pembayaran digital sebagai metode untuk meraih inklusivitas tersebut. Baik
untuk gaji, upah sektor publik, maupun dana bantuan sosial, pemerintah
memprioritaskan konversi pembayaran ke sistem yang baru dan inovatif ini
dengan penuh tanggung jawab.
Indonesia diakui sebagai
pemimpin global atas komitmennya terhadap inklusi keuangan dan digitalisasi
sistem pembayaran seperti yang ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo. Presiden
memasukkan inklusi keuangan dalam agenda program Nawacita dan meluncurkan
Strategi Nasional Keuangan Inklusif tahun 2016 yang bertujuan meningkatkan
persentase penduduk dewasa dengan akses terhadap layanan keuangan formal
menjadi 75 persen pada akhir tahun 2019.
Keberhasilan strategi ini
terutama dikarenakan sistem pembayaran digital yang memungkinkan pemerintah
menyalurkan secara efektif program bantuan sosial ke masyarakat. Revolusi
digital di negara kita telah menghasilkan capaian besar seperti yang
disampaikan Bank Dunia. Tidak hanya
lebih banyak orang tergabung ke dalam sistem keuangan formal, tetapi
pemerintah juga diuntungkan dalam hal penghematan biaya, efisiensi, dan kemudahan
penelusuran dana.
Alasan utama adanya berita
menggembirakan ini—dan tentu saja sangat membanggakan— adalah karena fakta
bahwa kesetaraan jender meningkat di negara kita dengan 51 persen perempuan
di Indonesia saat ini memiliki rekening bank dibandingkan pria dengan 46
persen, seperti yang disampaikan dalam laporan Bank Dunia. Fakta ini muncul
di tengah negara lain yang masih mengalami gap dalam hal jender. Kita tahu
ketika perempuan memiliki akses terhadap layanan keuangan seperti pinjaman,
kualitas hidup keluarga—terutama anak-anak mereka—meningkat. Layanan keuangan
digital membantu perempuan mendapatkan penghasilan lebih besar dan membantu
mereka membangun aset. Dengan kata lain: mendukung kesetaraan jender dan
pertumbuhan ekonomi.
Alasan lain untuk
merayakan berita minggu ini adalah sektor swasta kita yang energik, yang
telah mengembangkan solusi-solusi keuangan digital dan jaringan lebih dari
700.000 agen bank, yang membantu menjangkau masyarakat Indonesia yang belum
tersentuh layanan keuangan formal.
Tentu saja masih banyak
pekerjaan yang harus dilakukan. Namun, kita tahu bahwa kita berada di jalur
yang benar. Kita akan terus membuat lompatan besar untuk meningkatkan
proporsi masyarakat yang memiliki rekening bank di tahun mendatang. Pemerintah
berencana melakukan uji coba penggunaan data biometrik dan sistem pengenalan
wajah untuk e-KYC (Know Your Customer) untuk mempercepat proses pembukaan
rekening baru. Juga memungkinkan kerja sama lebih luas antara bank dan
institusi keuangan nonbank, termasuk operator jaringan seluler dan perusahaan
fintech guna mengekspansi lebih jauh ekosistem layanan keuangan digital di
Indonesia.
Selain itu, sebagai
anggota dari Better Than Cash Alliance di bawah PBB, kita tetap berkomitmen
melanjutkan momentum untuk meninggalkan pembayaran secara tunai dan beralih
ke pembayaran secara digital secara merata di Indonesia guna mendorong
pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Bekerja sama dengan para
pemimpin negara lain di forum G-20, Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC),
dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), kita akan terus
mendorong inklusi keuangan. Kita dengan senang hati membantu negara lain,
baik di kawasan maupun di luar, untuk memaksimalkan kekuatan dari pembayaran
digital. Hal ini untuk memastikan masyarakat mereka juga mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya dari layanan-layanan keuangan; langkah penting untuk
memerangi kemiskinan dan mengurangi ketidaksetaraan sosial. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar