Awal
Baru
Menuju
Perdamaian di Semenanjung Korea
Kim Chang-beom ; Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia
|
KOMPAS,
23 April
2018
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan bertatap muka dalam pertemuan
tingkat tinggi di Desa Panmunjeom, wilayah perbatasan, pada 27 April 2018.
Pertemuan tingkat tinggi (PTT) ini
akan berlangsung untuk pertama kalinya dalam kurun 11 tahun terakhir. Hasil
yang diraih dari pertemuan kedua pemimpin tersebut akan menjadi sorotan dunia
karena perannya sebagai penghubung dalam mewujudkan suksesnya PTT antara
Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump yang akan digelar
pertama kali dalam catatan sejarah.
Perjalanan menuju PTT
Pemerintah Indonesia selama ini
tetap berpegang teguh pada sikap tak setuju akan penggunaan nuklir oleh Korut
dan menyatakan dukungan atas membaiknya hubungan Korsel dan Korut serta
terciptanya kestabilan dan perdamaian di Semenanjung Korea. Kementerian Luar
Negeri Indonesia dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada Maret lalu
telah memberikan dukungan sepenuhnya atas penyelenggaraan pertemuan tingkat
tinggi antara Korsel dan Korut. Ketua MPR RI Zulkifli Hasan juga baru-baru ini
menyatakan dukungan penuh atas langkah inisiatif Pemerintah Korsel yang
mendorong akan dilaksanakannya PTT antara Korsel dan Korut.
PTT antara Korsel dan Korut dapat
dilaksanakan berkat dukungan dari masyarakat dunia dan upaya yang konsisten
dari Pemerintah Korsel untuk membujuk Korut agar duduk di meja dialog.
Semenjak dilantik pada Mei 2017, Presiden Moon Jae-in telah mencanangkan
perdamaian berkelanjutan di Semenanjung Korea dan terus mendesak respons
Korut.
Presiden Moon mengusulkan
Olimpiade Musim Dingin PyeongChang 2018 untuk dijadikan terobosan guna
mewujudkan perdamaian. Menanggapi usulan tersebut, Pemimpin Korut Kim Jong-un
menyampaikan respons positif dalam pidato awal tahun. Ia menyatakan
keinginannya untuk mengirimkan kontingen atlet Korut pada Olimpiade Musim
Dingin PyeongChang.
Pada Januari lalu, pertemuan
tingkat menteri antara Korsel dan Korut telah berlangsung dan jalur
komunikasi (sambungan telepon perbatasan) pun kembali dibuka. Pada Olimpiade
Musim Dingin PyeongChang, Februari lalu, kontingen atlet, tim pendukung
atlet, dan misi budaya Korut telah berkunjung ke Korsel. Selain itu, untuk
pertama kali dalam sejarah olimpiade terbentuk tim gabungan hoki es
perempuan, yakni dari Korsel dan Korut. Olimpiade Musim Dingin PyeongChang
telah menjadi ajang rekonsiliasi dan perdamaian sehingga peristiwa tersebut
tersimpan sebagai kenangan indah dalam ingatan masyarakat dunia.
Kesuksesan Olimpiade Musim Dingin
PyeongChang telah mendorong terlaksananya dialog penting yang dihadiri oleh
perwakilan khusus dari Korsel dan Korut. Momentum tersebut juga membuka
potensi dialog antara Korsel-Korut dan Korut-Amerika Serikat. Kini,
kesempatan untuk membuka jalan menuju denuklirisasi dan upaya mewujudkan
perdamaian di Semenanjung Korea serta peningkatan kesejahteraan bersama
antara Korsel dan Korut telah terbuka lebar.
Melalui PTT Korsel-Korut,
Pemerintah Korea Selatan ingin meletakkan batu loncatan untuk mewujudkan
denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea serta mengeratkan hubungan
Korsel dan Korut. Mengingat komunikasi antara Korsel dan Korut telah lama
terputus, membangun kepercayaan melalui dialog terbuka antara kedua pemimpin
jadi hal yang sangat bermakna. Apabila kedua pemimpin memiliki pandangan yang
sama, yang terbentuk melalui pelbagai pembicaraan mengenai denuklirisasi dan
sistem perdamaian, landasan kemajuan yang penting dalam proses penyelesaian
persoalan nuklir secara damai akan terbangun.
PTT Korsel-Korut benar-benar
diharapkan akan menjadi pendongkrak suksesnya PTT Korut-AS. Hal terpenting
dalam proses denuklirisasi di Semenanjung Korea adalah upaya mengubah haluan
menuju penyelesaian masalah nuklir yang nyata melalui kedua PTT tersebut.
Pemerintah Korsel akan
mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menciptakan lingkaran baik (virtuous
circle), yakni kesuksesan PTT Korsel-Korut yang akan berdampak positif
terhadap hasil PTT Korut-AS. Pemerintah Korsel juga akan berupaya agar PTT
Korsel-Korut tersebut dapat menjadi permulaan yang baik untuk memulihkan
kepercayaan, baik antara Korsel-Korut maupun antara Korut dan Amerika
Serikat.
Peran Indonesia
Indonesia menjadi negara Asia
Tenggara pertama yang dikunjungi oleh Presiden Moon setelah enam bulan
pelantikannya. Kunjungan tersebut mencerminkan pentingnya kedudukan Indonesia
bagi Korsel. Perhatian dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah dan
masyarakat Indonesia terkait akan dilaksanakannya PTT Korsel dan Korut
merupakan semangat besar bagi Korsel dan Korut yang akan melewati perjalanan
panjang menuju perdamaian abadi di Semenanjung Korea.
Sebagaimana bunyi peribahasa
Korea, “Sesuap nasi tidak mengenyangkan”, manusia tidak boleh puas terlalu
dini sebelum mencapai tujuan akhir. Kita harus melewati perjalanan yang
berlika-liku menuju perdamaian abadi di Semenanjung Korea. Pemerintah Korsel
ingin bergandengan tangan dengan ASEAN, termasuk Indonesia, dan seluruh
masyarakat dunia untuk meletakkan batu pertama yang akan menjadi fondasi
perdamaian di Semenanjung Korea.
Seiring rasa haru yang masih
tertinggal dari Olimpiade Musim Dingin PyeongChang, kami sangat berharap PTT
Korsel dan Korut akan berlangsung dengan lancar dan sukses sehingga seluruh
masyarakat dunia dapat kembali menyaksikan peristiwa rekonsiliasi dan
perdamaian di Asian Games Jakarta-Palembang, Agustus 2018, mendatang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar