Menebak
Arah Perubahan Malaysia
Ahmad Suaedy ; Pengamat Islam Asia Tenggara
|
KOMPAS,
20 April
2018
Their businesses were almost all
family owned.
But today most of the big Chinese businesses
are listed on the stock exchange.
I hope to be able to revise The
Malay Dilemma some stage in the future.
Mahathir
Mohamad, 2008
Kalimat di atas adalah cuplikan
pengantar Dr Mahathir Mohamad (92), penulis buku ”The Malay Dilemma”, pada
edisi terbit ulang 2008, lima tahun setelah lengser.
Buku itu pernah dilarang pada
akhir 1970-an ketika terbit pertama kali dan penulis muda itu sempat
disingkirkan dari partainya, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).
Namun, buku itu kemudian justru menjadi
dasar kebijakan Malaysia awal 1980-an ketika dia menjadi perdana menteri.
Kebijakan itu dikenal dengan New Economic Polity (NEP) sering juga disebut
Ketuanan Melayu. Suatu kebijakan yang mendahulukan etnis Melayu daripada dua
etnis mayoritas lainnya, China dan India sebagai imigran.
Pemilu
Boleh jadi pemilu Malaysia yang
akan diselenggarakan pada 9 Mei tahun ini adalah pemilu paling heboh sejauh
ini. Ini karena bersatunya dua tokoh senior dalam politik Malaysia yang
sebelumnya bermusuhan, Mahathir dan Anwar Ibrahim (70). Keduanya kini
bergabung dalam suatu koalisi partai bernama Pakatan Harapan (PH) untuk
mengalahkan koalisi partai paling mapan, Barisan Nasional (BN), yang berkuasa
sejak kemerdekaan Malaysia 1957.
BN terdiri atas tiga partai utama
tradisional, di samping UMNO yang mewakili Melayu—kini dipimpin oleh Najib
Razak sebagai PM—MCA (Malaysian Chinese Association) dan MIC (Malaysian
Indian Congress), dua yang terakhir mewakili mayoritas etnis imigran.
Namun, jika kita dalami, yang
krusial sesungguhnya tidak hanya bergabungnya Mahathir dan Anwar Ibrahim,
tetapi juga bersatunya dua visi dan ideologi yang bertentangan. Seperti
kutipan di atas, Mahathir masih menginginkan supremasi Melayu. Untuk pemilu
kali ini dia mendirikan partai politik yang merepresentasikan visi 1970-an,
yaitu Partai Pribumi Bersatu Malaysia atau Bersatu.
Sebaliknya, Anwar, justru hendak
menghapuskannya. Visi ini telah membuat perolehan kursi oposisi melonjak pada
pemilu 2008 dan 2013.
Ketuanan
Rakyat
Menjelang pemilu 2008, Anwar
membangun koalisi baru yang disebut BA (Barisan Alternatif) atau Pakatan
Rakyat (PR). Koalisi ini terdiri atas tiga partai utama, yaitu PKR (Partai
Keadilan Rakyat) pimpinan Anwar yang mewakili Melayu anti-Ketuanan Melayu,
PAS (Partai Islam Se-Malayisa) yang mewakili visi Islam lintas etnik, dan DAP
(Democratic Action Party), partai sosialis pluralis yang didukung kalangan
China.
PR berhasil mengerek perolehan
kursi oposisi di parlemen pusat dari satu kursi pada pemilu 2003 dan untuk
pertama kalinya menggagalkan BN meraih 2/3 persen kursi di parlemen pusat.
Bahkan, pada pemilu 2013, PR berhasil memenangi perolehan jumlah suara
pemilih, tetapi kalah dalam jumlah kursi parlemen dengan komposisi 51 persen
versus 49 persen sehingga gagal menjadikan Anwar sebagai perdana menteri.
Perolehan kursi PR yang melonjak
pada pemilu 2008 dan 2013 itu disebabkan oleh visi Anwar yang menawarkan
perubahan kebijakan dari Ketuanan Melayu versi BN ke Ketuanan Rakyat dengan
menghapuskan afirmasi terhadap Melayu. Perubahan itu adalah suatu afirmasi
terhadap mereka yang miskin dan termarjinalkan secara lintas etnis
(affirmative base on need).
Anwar mengkritik keras kesenjangan
dan ketidakadilan yang disebabkan Ketuanan Melayu, baik terhadap non-Melayu
yang miskin maupun terhadap Melayu yang miskin. Menurut Anwar, kebijakan
Ketuanan Melayu telah menyuburkan KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) dan
menimbulkan kesenjangan antara yang kaya dan miskin di masing-masing anggota
koalisi yang berbasis pada etnis.
Menurut Anwar, kebijakan itu telah
membuat Malaysia tertinggal dari persaingan era industri dan sumber daya
manusia, seperti dengan Taiwan, Korea
Selatan, dan bahkan Singapura yang mulai membangun dalam periode yang sama.
Anwar juga mengkritik model Negara
Federal Malaysia yang sentralistis dan eksploitatif terhadap daerah, terutama
dalam pembagian keuntungan eksplorasi minyak dan gas serta pajak. Dominasi
pusat membuat rakyat di daerah makin miskin dan kesenjangan kian menganga
antara pusat dan daerah.
Janji
politik
Anwar menawarkan konsep desentralisasi dalam pembagian hasil eksplorasi minyak dan gas
serta pajak. Anwar juga pernah mengatakan bahwa Malaysia adalah negara
federal, tetapi pada praktiknya sangat sentralistis. Berbeda dengan
Indonesia, yang katanya negara kesatuan tetapi pengelolaannya ala federal.
Untuk mencapai kemenangan, PH
harus merayu PAS untuk bergabung sejak awal. Meskipun PAS secara tradisional
adalah anggota koalisi PR di pemilu 2008 dan 2013, sampai sekarang mereka
belum memutuskan akan bergabung dengan BN atau PH. Jika PAS tidak ikut
bergabung sejak awal, mereka bisa memilih setelah hasil pemilu dengan menjadi
kunci kemenangan untuk meraih PM dengan minimal 51 persen suara. Siapa pun
yang memperoleh suara terbanyak dari dua koalisi itu, PAS akan ikut dalam
kekuasaan.
PH telah menunjuk Mahathir sebagai
calon PM dan istri Anwar Ibrahim, Wan Azizah Wan Ismail, salah seorang tokoh
politik senior PKR, sebagai timbalan. Penetapan itu disertai dengan janji
dari Mahathir bahwa jika PH menang, dia akan memberikan pengampunan kepada
Anwar dan Anwar akan menggantikan sebagai PM.
Jika PH menang dan janji Mahathir
dilaksanakan, akan terjadi suami istri menduduki jabatan PM dan timbalan
dalam waktu yang bersamaan.
Namun, yang lebih krusial untuk diuji
adalah apakah Mahathir merelakan dayung kepemimpinan Malaysia diarahkan pada
desentralisasi yang luas dengan menghapus Ketuanan Melayu dan sentralisasi?
Pelajaran
Tulisan ini tidak akan
berspekulasi tentang hasil pemilu Malaysia dan perubahannya. Sekadar
mengungkap pelajaran yang bisa dipetik bangsa Indonesia menjelang Pilpres
2019. Bahwa perubahan dan pergantian kepemimpinan dan koalisi partai tidak
serta-merta memberi harapan untuk perubahan yang lebih baik, bahkan bisa
setback jauh ke belakang.
Pertanyaan sebaliknya juga bisa
diajukan, bukan sekadar meneruskan suatu kepemimpinan jika tidak ada harapan
perubahan yang lebih baik dan bisa setback juga ke belakang.
Tidak mudah bukan? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar