Revolusi
Metal
Iwel
Sastra ; Komedian
|
TEMPO.CO,
16 Mei 2014
Istilah
revolusi metal yang saya tulis terinspirasi ketika melihat laki-laki
berdandanan metal ala Kirk Hammett, gitaris grup band Metallica. Rambut
gondrong, jenggotan, pakai kaus warna hitam plus celana ketat, tapi ikut
larut di antara penonton yang sedang menikmati penampilan JKT48, girl band
yang beranggotakan puluhan remaja putri cantik dan manis. Sebelumnya, kita
juga pernah mendengar istilah "wajah
Rambo hati Rinto". Maksudnya, berwajah jantan seperti Rambo yang
diperankan oleh Sylvester Stallone, tapi hatinya cengeng seperti lagu-lagu
yang diciptakan oleh Rinto Harahap.
Istilah
revolusi metal ini kemudian saya gunakan untuk menunjuk pada fenomena bahwa
segala sesuatu tidak bisa lagi dinilai dari luar. Dulu, orang yang bertato
dicitrakan sebagai preman atau penjahat, sekarang ini tato menjadi bagian
dari fashion yang tren bagi
sebagian orang, termasuk perempuan. Dulu, laki-laki yang bertubuh kekar
dengan wajah maskulin dianggap sebagai lelaki sejati. Tapi sekarang, kita
tidak boleh terlalu cepat menyimpulkan sebelum mendengar dia berbicara atau
melihat bahasa tubuhnya. Bisa-bisa nanti kecewa, cyin....
Penampilan
luar adalah kemasan yang bisa diciptakan seseorang dalam rangka pencitraan.
Sebagai contoh, pada pemilu legislatif yang lalu, rakyat hanya disodori
foto-foto para caleg tanpa mengenal lebih jauh siapa mereka sesungguhnya. Ada
foto caleg yang dipasang di papan reklame, ada yang di pohon, dan ada yang di
tiang listrik. Caleg yang fotonya dipasang di tiang listrik ini disebut caleg
nyentrik, alias "nyender di tiang
listrik".
Mengenal
caleg hanya dengan melihat tampak luar tanpa mengenal lebih dalam memunculkan
kekecewaan di kemudian hari. Ini bisa dilihat setelah caleg terpilih
ditetapkan melalui pleno KPU, kemudian ramai berita mengenai anak buronan
BLBI yang lolos ke Senayan. Jika pemilih membaca berita ini setelah yang
bersangkutan terpilih, tentu sudah tidak ada artinya. Ibaratnya seorang
perempuan dinikahi seorang pria, beberapa hari setelah pernikahannya baru
tahu bahwa pria yang dinikahinya masih memiliki istri yang sah. Ini bukan
lagi sekadar nasi yang telah jadi bubur, bahkan angpau pun telah jadi bubur.
Dari
daerah, dikabarkan tukang tambal ban, tukang bakso, hingga tukang ojek
berhasil terpilih menjadi anggota DPRD. Tidak ada salahnya, memang. Karena,
menurut undang-undang, siapa pun berhak mencalonkan diri selama memenuhi
syarat. Kalau dipaksakan, profesi apa pun tetap bisa relevan menjadi anggota
legislatif. Misalnya anggota legislatif yang memiliki latar belakang tukang
ojek, bisa duduk di komisi yang mengurusi transportasi. Sedangkan yang
memiliki latar belakang tukang bakso bisa duduk di komisi yang mengurusi
pangan. Begitu seterusnya, semua pasti bisa dihubung-hubungkan. Meskipun
secara kualitas tetap menimbulkan kekhawatiran.
"Tak kenal maka tak sayang"
bukanlah pepatah yang ditujukan hanya kepada kaum jomblo. Pepatah ini
ditujukan kepada siapa saja untuk mengenal seseorang lebih jauh bahkan untuk
mengenal calon pemimpin mereka. Orang barat sering bilang, "Don't judge the book by it's
cover." Jangan menilai buku hanya dari sampul depannya. Sampul
depannya jelek belum tentu isinya bagus, he-he-he. Makna dari ungkapan yang
saya plesetkan ini adalah kita jangan terlalu cepat menyimpulkan apa yang
terlihat tanpa mengenal lebih dalam. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar