Reformasi
Pendidikan Tinggi dan Universitas Kreatif
Said
Irandoust ; Profesor; Wakil Presiden Urusan Akademik
pada Indonesia International Institute for Life Science
(i3L), Jakarta
|
KOMPAS,
07 Mei 2014
|
Universitas
selayaknya menjadi pemain kunci dalam menciptakan generasi wirausaha yang
mampu memulai dan mengembangkan usaha, menciptakan lapangan kerja, dan turut
mendorong ekonomi.
Staf
perguruan tinggi harus memiliki komitmen bersama dengan pemangku kepentingan
untuk tak hanya menghasilkan karyawan dan konsumen, tetapi juga pengusaha,
pencipta lapangan kerja, serta pencetus ide dan inovator. Agar tercapai,
perguruan tinggi perlu menumbuhkan pola pikir kreatif dan kewirausahaan.
Kreativitas
dapat dilihat sebagai kemampuan mengimajinasikan atau menciptakan sesuatu
yang baru. Hal ini tak terbatas pada kemampuan mencipta dari ketiadaan,
tetapi juga menghasilkan ide-ide baru dengan menggabungkan, mengubah, atau
mengulang ide-ide yang ada. Setiap orang memiliki kemampuan kreatif. Namun,
kreativitas kerap ditekan oleh pendidikan meski hal itu dapat dibangkitkan
lagi.
Hal yang
dibutuhkan untuk menjadi kreatif adalah komitmen pada kreativitas.
Kreativitas juga merupakan sikap untuk menerima perubahan, kemauan untuk
bermain dengan ide dan kemungkinan, serta mencari cara untuk memperbaiki
keadaan.
Adapun
pola pikir kewirausahaan adalah kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan
ide-ide inovatif dengan cepat mengubah konsep menjadi realitas. Ini adalah
kemampuan mengenali peluang komersial, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan
untuk bertindak. Yang paling penting bertindak dan mewujudkannya, termasuk
mengenali peluang, mengomersialkan konsep, memobilisasi sumber daya meski ada
risiko, dan memulai usaha.
Kewirausahaan
adalah gabungan keterampilan dan sikap lintas disiplin ilmu, seperti
manajemen, ekonomi, sistem informasi, dan keuangan. Selain itu, pemahaman
peraturan, hukum, serta dinamika pasar, teknologi, dan industri.
Namun,
pola pikir kreatif dan kewirausahaan tidak dikembangkan dan didukung oleh
sistem pendidikan tradisional. Penelitian menunjukkan, pengusaha lebih
memilih pengalaman yang berorientasi hasil, bertujuan, langsung, berdasarkan
pengalaman inspiratif yang nyata, dan diajarkan oleh praktisi. Meski
pengajaran berbasis kelas adalah komponen penting dari pendidikan, metode
kuliah tradisional dengan pengajaran dan pembelajaran saja tidaklah cukup.
Integrasi ke kurikulum
Pendidikan
kewirausahaan harus memberi peluang siswa belajar kewirausahaan dari tangan
pertama, yakni bekerja bersama pengusaha. Hal ini membuat perguruan tinggi
perlu mengintegrasikan konsep kewirausahaan pada kurikulum, memperkuat
interaksi dan jaringan, serta menanamkan kewirausahaan dalam praktik akademik
dan budaya. Perguruan tinggi di Indonesia perlu mendukung perspektif ini dan
bertindak sebagai tempat pengetahuan yang meningkat.
”Penemuan
membutuhkan banyak pengetahuan,” kata Fleming yang mengajar teknik di MIT
selama empat dekade. ”Kita, para guru, merasa harus menjejalkan pengetahuan
ke dalam pikiran manusia. Namun, kita juga harus memperhatikan kebebasan
untuk bertanya yang memungkinkan siswa menemukan cara dan mengembangkan
pikiran kreatif mereka sendiri.”
Keseimbangan
ini sangat penting ketika tiba saatnya meningkatkan daya cipta di negara
berkembang. Selain pendidikan, perlu distimulasi penemuan dan inovasi di
seluruh dunia dan mendorong masyarakat menghargai mereka yang sukses di
bidang ini. ”Kita perlu meningkatkan status inventor sehingga orang memandang
penemu sama seperti bintang rock atau atlet ternama,” ujarnya.
Untuk
mempromosikan semangat kewirausahaan di kalangan mahasiswa, perguruan tinggi
harus mencerminkan hal itu pada kegiatan belajar-mengajar. Termasuk, apakah
tersedia kombinasi tepat dari topik yang relevan dalam studi mahasiswa?
Apakah mahasiswa independen dalam kegiatan mereka? Apakah mahasiswa mendapat
dukungan universitas? Apakah pendapat mahasiswa terkait kegiatan universitas
diperhitungkan?
Apakah
mahasiswa didorong terlibat dalam studi kasus topik yang relevan? Apakah
mahasiswa secara aktif terlibat dalam proyek nyata kewirausahaan yang dapat
memberikan mereka inspirasi, pengalaman, dan kepercayaan diri yang
diperlukan? Apakah mahasiswa terbuka untuk peluang, jaringan yang relevan dan
kemungkinan kolaborator untuk usaha masa depan? Apakah mahasiswa dapat
menciptakan bisnis masa depan berdasarkan apa yang telah mereka pelajari?
Amon
Salter, peneliti Pusat Studi Inovasi di Imperial College, mengatakan,
penemuan bukanlah proses linear, dari ide menjadi produk yang berdampak
ekonomi. Sebaliknya, penemuan adalah interaksi yang kompleks antara
kreativitas manusia, teknologi, dan pasar. Studi Salter berhubungan dengan
praktik penyebaran teknologi. Bagaimana teknologi baru disebarkan melalui
pasar? Seberapa baik kelompok masyarakat tertentu tak hanya menciptakan,
tetapi juga menyebarkan teknologi?
Hanya
sebagian kecil negara mengembangkan penemuan dan inovasi meski sekarang terus
bertambah. Dua negara yang paling padat penduduknya, Tiongkok dan India, kini
dalam proses menjadi pemimpin dunia.
Agar
fenomena ini juga terjadi di Indonesia, universitas sebagai pusat kreasi
pengetahuan, bersama mitra mereka dalam bisnis dan pemerintah, harus memberi
perhatian penuh pada pola pikir kreatif dan kewirausahaan. Tantangan kompleks
masa depan kita tak dapat diselesaikan dengan solusi lama dan konvensional,
tetapi oleh orang-orang kreatif, berpandangan ke depan yang tak takut
mempertanyakan gagasan mapan dan mampu mengatasi rasa tak aman dan
ketakpastian.
Jika
Indonesia tak berhasil memperkuat kreativitas pada pendidikan tinggi, tujuan
masyarakat pengetahuan Indonesia dipertaruhkan. Universitas harus memandang
pada masa depan kewirausahaan dalam semua kegiatan mereka.
Pemerintah
harus memberikan perhatian lebih pada pendidikan dan kesempatan belajar
kewirausahaan. Mahasiswa dan staf perguruan tinggi perlu didukung struktur
kelembagaan yang mendorong fleksibilitas dan pengambilan risiko, juga
kerangka hukum, mekanisme pendanaan, dan prioritas kebijakan di tingkat lokal
dan nasional terkait kreativitas di pendidikan tinggi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar