Sabtu, 24 Mei 2014

Pemilu Indonesia di Timur Tengah

Pemilu Indonesia di Timur Tengah

Ibnu Burdah  ;   Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam
dari UIN Sunan Kalijaga; PW ISNU DIY
KOMPAS,  23 Mei 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
PENCALONAN presiden di Indonesia ternyata memperoleh perhatian cukup luas di media massa di Timur Tengah. Media-media besar, seperti laman Al Jazeera, Mashr al-Yawm, Al-Syarq al-Awsath, dan Al-Hayah, menurunkan liputan tentang pemilihan umum di Indonesia dan sosok-sosok calon presiden dan calon wakil presidennya.

Salah satu ulasan yang menarik tentu saja adalah rasa heran mereka atas melesatnya nama Jokowi. Mereka sulit untuk memahami, mengapa sosok yang masih relatif ”sangat muda” berkiprah di partai politik, untuk pelayanan publik pun kurang dari 10 tahun, tiba-tiba menjadi kandidat terkuat orang nomor satu di negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini. Ia bahkan bukan pengurus teras salah satu partai politik di Indonesia.

Dengan segala analisisnya, pemberitaan pemilu di Indonesia dan para tokohnya di media massa Timur Tengah adalah apresiasi berharga bagi bangsa Indonesia.
Selama ini, sebagian besar berita tentang Indonesia yang muncul tak jauh dari rangkaian bencana alam yang hampir tiada henti, kecelakaan, dan aksi terorisme.
Hal ini jelas memperburuk profil Indonesia di mata masyarakat Timur Tengah. 

Yang menggembirakan dalam ulasan di atas, Indonesia disebut secara tegas sebagai negara Muslim demokratis terbesar dan negara demokratis terbesar ketiga dunia.

Dibandingkan Mesir

Liputan media massa Timur Tengah sebelumnya sering membanding-bandingkan demokrasi di Mesir dengan Indonesia. Hal ini juga sedikit banyak masih disinggung dalam liputan saat ini.

Namun, dengan kerendahan hati saya harus jujur mengatakan bahwa demokrasi di Mesir tak level jika dibandingkan dengan demokrasi di Indonesia yang mulai menuju ”kematangan”, apalagi pasca peristiwa peralihan kekuasaan 3 Juli 2013 di Mesir.

Media massa Timur Tengah menduga ada skenario besar yang mendorong Jokowi menduduki kursi RI satu.

Suatu dugaan yang keliru, menurut saya, mengingat tiga tahun silam Jokowi, sebagai Wali Kota Solo, barangkali bermimpi pun belum untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, apalagi menjadi presiden RI.

Kalau Jokowi menjadi kesayangan media, itu lebih karena program-programnya memang ”menggebrak”.

Banyak programnya dinilai menyentuh dan memenuhi sebagian harapan masyarakat luas di tengah tipisnya harapan terhadap yang lain. Baik di Solo maupun di Jakarta, deretan prestasi diukirnya. Apalagi masih ditambah dengan penampilan dan gaya kepemimpinan yang sederhana dan ndesani.

Kenyataan menunjukkan bahwa liputan media justru mulai berubah ketika para pemiliknya juga ingin maju ke kursi RI satu atau RI dua. Media-media yang dahulu memopulerkan namanya, beberapa bulan terakhir seperti memusuhinya dan gigih mencari kesalahannya.

Tulus vs pulasan

Namun, masyarakat tampaknya sudah bisa membedakan ketulusan dan pulasan. Maka, kerja keras dan kesetiaan Jokowi yang semakin langka di kalangan elite politik, menciptakan ”histeria” di kalangan kader partainya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepadanya.

Suasana batin masyarakat Indonesia inilah, yang begitu rindu pada ketulusan pemimpin, yang tidak ditangkap oleh para awak media Timur Tengah.

Tentang ”kejanggalan” orang baru yang melesat, kepopuleran sosok mendongkrak perolehan suara partai, orang lupa dengan kepopuleran Susilo Bambang Yudhoyono pada 2004 dan 2009. SBY secara mengejutkan jadi kandidat presiden terkuat sekaligus mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat.

Padahal, SBY saat itu bukanlah tokoh yang dianggap sekelas Megawati Soekarnoputri, Abdurrahman Wahid, Amien Rais, dan Sultan Hamengku Buwono X.

Saat ini, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai memang sangat rendah, sehingga figur lebih menjadi perhatian ketimbang partai.

Hal-hal semacam itulah yang tampaknya kurang dipahami dengan baik oleh awak media massa di Timur Tengah. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar