Minggu, 11 Mei 2014

Legasi Moral Kanonisasi Era Modern

Legasi Moral Kanonisasi Era Modern

Ign Dharma Wahyu S  ;   Presidium Orang Muda Katolik DIY
KORAN JAKARTA,  10 Mei 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Dunia, pada 27 April lalu, ditandai peristiwa besar, sesuatu yang langka. Gereja menobatkan dua paus sekaligus sebagai orang suci (santo). Inaugurasi dilakukan dalam misa akbar di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Misa kanonisasi tersebut dihadiri kurang lebih satu juta umat dari berbagai penjuru dunia.

Kanonisasi berasal dari kata kanon (daftar). Kanonisasi adalah memasukkan seseorang ke daftar. Dalam konteks kanonisasi Paus Yohanes Paulus II dan Yohanes XXIII, berarti memasukkan dua paus itu ke daftar orang suci (sanctus). Dalam bahasa Indonesia, santo untuk orang kudus pria, dan untuk wanita biasa disebut santa (sancta).

Kanonisasi dua mendiang paus sungguh peristiwa luar biasa karena terjadi di zaman modern. Ini adalah kanonisasi orang kudus pertama abad 21. “Keduanya adalah imam, uskup, dan paus abad 20,” kata Paus Fransisus saat memimpin misa kanonisasi di depan sekitar sejuta umat di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 27 April lalu. “Mereka hidup dalam peristiwa-peristiwa tragis abad lalu, tetapi tidak tenggelam atau menyerah. Bagi kedua paus, Allah jauh lebih kuat,” lanjut Paus.

Dua paus bekerja sama dalam Roh Kudus untuk memperbarui dan menyesuaikan Gereja dengan perubahan zaman tanpa harus meninggalkan ciri khas Gereja yang kudus sepanjang abad. Santo Yohanes XXIII benar-benar seorang gembala yang membiarkan diri dipimpin Roh Kudus dan juga seorang pemimpin yang melayani. Santo Yohanes menyerahkan seluruh hidup untuk pelayanan terbesar bagi Gereja. Dia benar-benar paus yang terbuka akan karya Roh Kudus.

Misa ini juga salah satu yang terbesar karena dihadiri delegasi dari 93 negara, 30 di antaranya menjabat presiden atau perdana menteri.

Santo Subito

Santo subito adalah seruan umat untuk Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus saat berduka cita atas meninggalnya. Seruan itu memohon agar beliau dikukuhkan sebagai santo ketika itu juga. Tapi Paus Benedictus XVI menetapkannya sebagai beato enam tahun kemudian, dan tiga tahun setelahnya, Paus Fransiscus menobatkannya sebagai seorang santo.

Santo Yohanes Paulus II waktu terpilih sebagai paus di konklaf sudah menjadi sejarah tersendiri karena setelah sekian abad, dialah paus pertama dari luar Italia. Santo Yohanes Paulus, paus non-Italia pertama sejak Paus Adrianus VI yang menjabat untuk sesaat antara tahun 1522-1523. Santo penggemar sepak bola ini memerangi komunisme dunia termasuk yang menguasai Polandia, negeri asalnya. Santo ini juga tidak ada kompromi dengan penghormatan pada manusia dengan menentang keras segala bentuk aborsi.

Paus ini lebih aneh lagi karena berasal dari negeri komunis, tetapi penduduknya 80 persen Katolik. Paus asal Polandia tersebut semula ingin menjadi tentara, tapi akhirnya masuk seminari menjadi pastor. Kesederhanaan santo Yohanes Paulus II ini diyakini sebagai perwujudan kesuciannya atau sebaliknya. Maka, ketika wafat pada 2 April 2005, dunia sudah melihatnya sebagai orang suci dan umat menginginkan diberi gelar orang kudus saat itu juga. Tapi baru pada 11 Mei 2011 diberi gelar beato, tahap (bahagia) sebelum dikukuhkan menjadi santo.

Santo gemar ski ini memerintah Gereja selama 27 tahun dan paling banyak berkunjung kegembalaan di 129 negara, termasuk Indonesia. Santo Yohanes Paulus II berkunjung ke Indonesia di Jakarta, Yogyakarta, Flores, dan Timtim tahun 1989.

 Lahir sebagai Karol Jozef Wojtyla di Wadowice, Polandia 18 Mei 1920 dan diangkat menjadi paus 16 Oktober 1978 sampai wafat 2 April 2005 pada usia 84. Paus ini sangat kuat akan hormat pada kehidupan keluarga. Oleh karena itu, dia berada di garda terdepan melawan aborsi. Nilai-nilai moral Gereja begitu kuat di dalam pemerintahannya. Santo Yohanes Paulus II juga sangat dekat dengan kaum muda. Selama memimpin Gereja, Santo Yohanes Paulus II melaksanakan beatifikasi kepada 1.340 orang dan memberi gelar suci (kanonisasi) kepada 483 santo atau santa.

Tak Diunggulkan

Santo Yohanes XXIII terlahir dengan nama Angelo Giuseppe Roncalli di Soto, Italia, pada 25 November 1881. Ketika diangkat sebagai paus, Roncalli telah berumur 77 tahun dan sama sekali tidak diunggulkan selama konklaf. Dengan umurnya yang sudah lanjut, Roncalli dianggap hanya akan memerintah dalam waktu singkat. Tak heran bila ketika itu muncul rumor bahwa paus baru ini hanya akan memimpin sebentar sebagai paus antara.

Diangkat menjadi paus pada 28 Oktober 1958 dan selesai atau meninggal 3 Juni 1963. Julukan populernya adalah “Paus Yohanes yang baik.” Paus yang “tidak dianggap”ini ternyata benar-benar mencengangkan karena meneruskan Konsili Vatikan yang sempat berhenti. Dia menggantikan Paus Pius XII dan diganti Paus Paulus VI.

Dari waktu ke waktu, kepemimpinan Paus Yohanes XXIII terus memberi banyak kejutan Gereja Katolik dan dunia pada umumnya. Di antaranya dihimpunkannya Konsili Vatikan II yang menghasilkan reformasi atas doktrin-doktrin Gereja Katolik dan ditingkatkannya rekonsiliasi antarumat beragama, sesuatu yang pada waktu itu tidak terbayangkan muncul dari kekuasaan tertinggi Tahta Suci.

Walaupun masa pemerintahannya singkat saja (sekitar lima tahun), Paus Yohanes XXIII dianggap sebagai salah satu paus terbesar yang pernah ada dalam sejarah Gereja Katolik. Konsili Vatikan II menjadi tonggak Gereja modern yang dilahirkan dari kepemimpinannya.

Moral

Salah satu buah besar dari kanonisasi adalah legasi moral bagi dunia yang ditinggalkan dua santo tersebut. Tadi sudah disinggung, penghormatan kepada kehidupan begitu kuat mengesan pada mereka. Tak satu pun manusia atas nama apa pun dapat meniadakan kehidupan. Maka dari itu, para santo mengembangkan siklus natural bagi pasangan suami-istri yang akan mengembangkan kehidupan keluarga berencana.

Para santo menolak intervensi dengan karya-karya teknologi bagi pembatasan kelahiran dalam keluarga. Itulah yang dikenal dengan keluarga berencana alami. Pasangan suami istri dapat memanfaatkan siklus “kosong” dalam tiap bulan jika ingin membangun keluarga berencana. Segala bentuk aborsi adalah 100 persen melawan kehendak Allah. Oleh karena itu, harus ditentang. Aborsi hanya “diterima” dalam konteks situasi kritis adanya keharusan opsional: salah satu harus diselamatkan ibu atau anak, sebab jika tidak, dua-duanya bisa meninggal.

Dunia perlu mengambil legasi dari para pemimpin Gereja ini, terutama dalam penghormatan pada kehidupan di tengah situasi bahwa nyawa manusia semakin tidak berharga. Pembunuhan, apa pun sebabnya, telah menghinakan wewenang Tuhan bahwa Dialah yang empunya kehidupan. Manusia tidak berhak mengintervensi kekuasaan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar