“GILA”
Rhenald
Kasali ; Pendiri Rumah
Perubahan
|
JAWA
POS, 18 Mei 2014
|
ANDA
mungkin tidak begitu kenal Bagus Burhan, begitu nama kecilnya. Tapi, kalau
saya sebut Ronggowarsito, Anda pasti kenal. Dia adalah pujangga besar Jawa
yang terkenal berkat ungkapannya, zaman sekarang adalah zaman edan. Jadi,
kalau Anda tidak edan, Anda tidak akan kebagian. Edan atau gila yang dimaksud
Ronggowarsito itu berkonotasi negatif. Padahal, tidak semua yang gila itu
jelek. Ada juga gila yang bagus. Coba kita lihat beberapa contoh.
Di
Surabaya, kita punya Wali Kota Tri Rismaharini yang gila taman. Banyak taman
dia bangun dan benahi. Misalnya, taman di Bundaran Dolog, Taman Buah Undaan,
taman di Bawean, serta yang sedang menjadi isu hot, Taman Bungkul.
Sebelumnya,
arsitek lulusan ITS itu juga pernah menjabat kepala Dinas Pertamanan Kota
Surabaya. Risma membangun taman dengan penuh rasa cinta. Maka, tidak heran
jika salah satu tamannya, Taman Bungkul, dinobatkan sebagai taman terbaik
se-Asia oleh PBB. Tidak heran pula kalau Risma murka ketika taman yang
dibangunnya dirusak.
Bandung
punya wali kota yang gila desain. Namanya, Ridwan Kamil. Saking gilanya
dengan desain, setiap ada proyek pemerintah yang akan dibangun dia perlu tahu
seperti apa desainnya. Kalau desainnya dilombakan, dia akan menawarkan diri
menjadi juri.
Bandara
Husein Sastranegara, salah satunya. Bandara itu bakal diperluas karena jumlah
penumpang sudah melebihi kapasitas. Terminal baru mesti dibangun. Ketika
desain terminal itu dilombakan, Ridwan adalah salah seorang jurinya.
Di
Tarakan, Kalimantan Timur, warganya masih ingat dengan dokter Jusuf S.K. yang
saat menjadi wali kota dikenal gila lampu. Jusuf menjadi wali kota Tarakan
pada periode 1998-2009. Semasa menjabat, Jusuf memasang banyak lampu di
trotoar-trotoar. Malam Kota Tarakan menjadi terang-benderang. Masyarakat pun
akhirnya menjadi lebih berani keluar rumah. Jam buka restoran dan toko-toko
menjadi lebih lama. Angka kejahatan pun menurun.
Sekarang
kita naik ke tingkat yang lebih tinggi.Warga Jakarta punya gubernur yang gila
blusukan. Namanya, Joko Widodo. Semula banyak orang yang memandang sebelah
mata dengan kegilaan blusukan Jokowi. Namun, kegiatan itu ternyata tidak
hanya membuat Jokowi mampu menangkap permasalahan di level akar rumput,
tetapi juga sekaligus meningkatkan popularitasnya. Jadi, sekali dayung
dua-tiga pulau terlampaui.
Kemungkinan
terinspirasi oleh hal itu, ada orang lain yang mencoba meniru-niru. Hasilnya
tentu berbeda. Kegiatan blusukan Jokowi keluar dari hati. Ada passion. Sementara itu, yang mencoba
meniru tentu tidak. Atau, mungkin juga dia tidak tahan disebut meniru-niru.
Jadi, sebentar saja sudah berhenti. Padahal, kalau hakikat blusukan-nya
memang untuk menangkap permasalahan di akar rumput, mestinya dia bisa bilang,
peduli setan orang bicara apa.
Kini
berkat blusukan yang meningkatkan popularitasnya, Jokowi pun dicapreskan.
Saya senang kita punya banyak ''orang gila'' di zaman yang kata Ronggowarsito
zaman edan. Saya juga percaya bahwa negara kita masih membutuhkan lebih
banyak lagi ''orang gila'' seperti Risma, Ridwan Kamil, Jokowi, Ahok, atau
Fadel. Satu-satunya gila yang tidak kita butuhkan adalah gila kuasa.
Mudah-mudahan kelak negara kita tidak dipimpin oleh yang seperti itu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar