Huru-hara Bandara
W
Riawan Tjandra ; Pengajar
pada Fakultas Hukum
Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
|
KORAN
SINDO, 10 Juli 2015
Untuk kesekian kalinya manajemen
krisis Bandara Soekarno-Hatta tak mampu bekerja secara efektif menghadapi
situasi krisis akibat kebakaran di bandara tersebut yang dipicu oleh
kebakaran di JW Sky Lounge.
Maskapai penerbangan Garuda
Indonesia membatalkan 49 dari total 170 penerbangan dari Bandara
Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (5/7/2015). Pembatalan dilakukan karena
tidak memungkinkan untuk memberangkatkan semua penerbangan yang sempat delayed akibat kebakaran di JW Sky
Lounge Terminal 2E pada Minggu pagi.
Sampai Senin (6/7/2015) sore
dampak kebakaran di bandara tersebut bahkan masih terasa karena tertundanya
penerbangan maskapai Garuda ke beberapa tujuan. Peristiwa kebakaran di
lingkungan Bandara Soekarno- Hatta bukan kali ini saja. Sebelumnya kebakaran
di Terminal 2 pernah pula terjadi pada 2014. Saat itu kebakaran terjadi di
restoran cepat saji di areal luar Terminal 2F pada 14 Agustus 2014. Pada
waktu itu juga tidak ada korban jiwa.
Sebelumnya pada 2008 juga pernah
terjadi kebakaran di lingkungan Bandara Soekarno- Hatta. Saat itu peristiwa
kebakaran di sebuah restoran masakan Padang yang berada di area parkir kargo
Bandara Soekarno-Hatta yang disebabkan oleh kompor yang meledak. Peristiwa
huru-hara bandara yang beberapa kali terjadi mengharuskan ada perhatian
serius dari otoritas bandara untuk mengkaji ulang standar operasional
prosedur manajemen krisis di bandara yang selama ini terlihat tak cukup
efektif menanggulangi situasi krisis.
Pihak otoritas Bandara
Soekarno-HattadanPTAngkasa Pura 2 selaku operator induk perlu secara
sungguh-sungguh mengevaluasi kejadian ini dan meningkatkan servis, safety
system, dan compliance, terlebih pada mada operasi angkutan Lebaran, termasuk
tata letak ruang komersial bandara. Otoritas bandara harus segera mengevaluasi
prosedur standar operasi (SOP) manajemen bandara, khususnya dalam pemadaman
api.
Koordinator Gerakan Rakyat
Antimanipulasi (Geram) BUMN Andianto mengatakan, kebutuhan listrik Bandara
Soekarno- Hatta yang terus meningkat hingga kini disinyalir belum direspons
dengan baik oleh pengelola. Menurut catatan Geram, kapasitas listrik bandara
yang dikelola Angkasa Pura II itu belum pernah ditambah dayanya sejak 1984.
Akibatnya, blackout listrik bandara bisa berdampak pada aliran listrik putus
total dan kebakaran.
Kemudian itu bisa berdampak pada
hubungan antara pihak bandara dan pesawat yang akan mendarat dan akan terbang
terputus yang bisa memicu kecelakaanfatalterhadappesawatpesawat yang akan
take off maupun landing. Jaringan listrik yang kurang memadai akan mengganggu
keselamatan penerbangan jika dibiarkan.
PT Angkasa Pura harus
memperhatikan kualitas pemenang tender agar tidak terjadi kesalahan
penunjukan. Ini menyangkut keselamatan banyak orang yang menggunakan
transportasi udara. Manajemen bandara memiliki korelasi langsung dengan
kualitas dan tingkat keamanan maupun kenyamanan penerbangan. Dalam manajemen
penerbangan, keselamatan merupakan sesuatu yang menjadi prioritas dan tak
boleh ditawar-tawar.
Lemahnya manajemen krisis Bandara
Soekarno-Hatta yang merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia akan
berdampak langsung terhadap tingkat keamanan dan keselamatan penerbangan.
Kementerian Perhubungan perlu lebih meningkatkan supervisi terhadap manajemen
operasional Bandara Soekarno- Hatta khususnya maupun seluruh bandara di
negeri ini pada umumnya.
Kementerian Perhubungan dan
Kementerian BUMN perlu merespons dengan bijak, cepat, dan tepat tuntutan
publik untuk melakukan perbaikan terhadap manajemen operasional Bandara
Soekarno- Hatta berikut kualitas pendukungnya. Maka itu, Kementerian
Perhubungan dan Kementerian BUMN harus meningkatkan kinerja dalam melakukan
pengawasan dan pengarahan untuk melakukan ”revolusi mental” terhadap
manajemen Bandara Soekarno-Hatta dan seluruh maskapai penerbangan.
Jika ini dibiarkan, bukan tak
mungkin Garuda akan mengalami penurunan peringkat dunia sebagai salah satu
maskapai yang mulai diakui kualitasnya di dunia. Dari situs resmi SkyTrax
yang dilansir detikTravel, Rabu (17/6/2015) Qatar Airways menempati peringkat
pertama setelah naik dari peringkat kedua pada 2014. Menggeser Cathay
Pacific, yang turun ke peringkat ketiga.
Maskapai Lufthansa dan Asiana
Airlines terlempar dari 10 besar. Digantikan oleh maskapai EVA Air dari
Taiwan dan Qantas Airwaysdari Australia. Dalamdaftar terebut, maskapai Garuda
tetap masuk dalam daftar 10 maskapai terbaik di dunia. SkyTrax World Airline
Awards adalah ajang penghargaan paling bergengsi untuk maskapai penerbangan
dunia. SkyTrax World Airline Awards 2015barusaja berlangsungpada Selasa
(16/6) di Le Bourget, Paris, Prancis.
Salah satu penghargaan yang
ditunggu-tunggu adalah ‘The World’s Top 10 Airlines of 2015’ alias 10
maskapai terbaik di dunia pada 2015. Maka itu, sejatinya prestasi yang diraih
Garuda Indonesia sebagai 10 maskapai terbaik di dunia harus tetap didukung
dengan manajemen operasional bandara yang baik.
Jika situasi krisis yang baru saja
dialami oleh Bandara Soekarno-Hatta dan berujung terhadap kekacauan sistem
pelayanan penerbangan Garuda terus berulang, bukan tak mungkin itu bisa
berdampak pada maskapai Garuda terlempar dari daftar 10 maskapai terbaik
dunia yang selama ini menjadi kebanggaan negeri Nusantara ini.
Sebagai negara yang bertipologi
Nusantara dengan wilayah kepulauan dipisahkan oleh lautan yang luas, kualitas
sistem penerbangan yang andal menjadi hal yang utama dan terpenting.
Pemerintah dan DPR perlu mengalokasikan subsidi lebih besar untuk perbaikan
kualitas manajemen bandara serta mendorong perbaikan kualitas pelayanan
maskapai penerbangan pada umumnya.
Bandara juga masih
menyisakanbanyakpersoalanyangharus diatasi seperti masih stagnannya kualitas
pelayanan terhadap penumpang, pungli oleh oknum aparat yang masih terus saja
terjadi, pelayanan parkir kendaraan pengantar dan penjemput penumpang yang pada
umumnya di berbagai bandara masih kurang memadai dan sejenisnya.
Berkaca pada huru-hara bandara dan
rendahnya manajemen keselamatan penerbangan yang berujung pada kecelakaan
fatal yang dialami beberapa pesawat, seluruh otoritas terkait perlu membangun
sinergi untuk melakukan perbaikan manajemen keselamatan penerbangan sebagai
uji nyali bagi implementasi efektif Nawacita yang sejak awal kampanye pilpres
didengungdengungkan oleh pemimpin negeri ini! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar