Manuver
Politik Gaya Cak Imin
Datuak
Alat Tjumano ; Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi
|
OKEZONENEWS,
07 Mei 2014
|
Masyarakat
Indonesia telah memberikan suaranya kepada partai politik melalui Pemilu pada
9 April 2014 lalu. Meski penghitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) belum final, hasil Pemilu tersebut sudah tergambar berdasarkan hasil
hitung cepat sejumlah lembaga survei.
Tidak
ada satupun partai yang menang mayoritas sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Pemilu, sehingga tak ada satu pun yang bisa mengusung calon
presiden sendirian. Maka koalisi merupakan jalan untuk mengusung Capres dan
Cawapres.
Sinetron
para politikus saling lobi-lobi mencari mitra koalisi. Setidaknya ada tiga
poros utama penjalin koalisi di pemilihan presiden yang akan berlangsung 9
Juli 2014 mendatang. Poros PDI-P mengusung Joko Widodo sebagai calon
presidennya. Poros Golkar yang mengusung Aburizal Bakrie sebagai Presiden dan
poros Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden.
Tiga partai terbesar akan menjadi pusat atau poros koalisi, sedangkan partai
di luar tiga besar akan menjadi target mitra koalisi.
Calon
Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo yang
didampingi Wakil Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mendatangai Ketua Umum DPP
Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, atau Cak Imin di Kantor Dewan
Pimpinan Pusat (DPP) PKB. Kedatangan Jokowi pada Sabtu 12 April 2014 sore
itu disambut Sekjen PKB Imam
Nachrowi, baru kemudian langsung
meluncur ke lantai dua kantor DPP tersebut. Berdasarkan informasi yang
diperoleh, kedatangan Jokowi ke DPP PKB dalam rangka membahas koalisi dan
Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Jokowi.
Sebelumnya,
Jokowi sudah mendatangi Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di
Gondangdia. Hasilnya, PDI-P dan Nasdem
berkoalisi. Surya Paloh mendukung Jokowi sebagai Capres.
Setelah
itu Jokowi juga menemui Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical di
Kantor DPP Partai Golkar, Slipi,
hasilnya, tidak ada koalisi. Karena masing-masing partai akan tetap
maju sebagai capres dalam Pilpres 2014 mendatang.
Dari
pertemuan Cak Imin dengan Jokowi sudah bisa digambarkan bahwa PKB akan
melakukan koalisi dengan PDI-P dan Partai Nasdem. Hasil penjajakan koalisi
dengan PDI-P, Cak Imin menyatakan PKB akan tetap membuka komunikasi
sebaik-baiknya dengan PDI-P maupun partai lainnya. Cak Imin mengakui masih menerima usulan apapun dari partai
politik lainnya, termasuk bila PDIP yang berniat menimang dirinya sebagai
calon wakil presiden (cawapres).
Selama
masa kampanye Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 yang lalu, Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) dengan gencar mengeluarkan wacana untuk menggaet tokoh-tokoh
negeri ini, mulai dari Rhoma Irama,
Mahfud MD hingga Jusuf Kalla. Namun setelah melihat hasil perolehan suara PKB
sementara dari pemilu legislatif, nama
Muhaimin Iskandar alias Cak Imin justru yang lebih dijagokan untuk disodorkan
ke partai PDI-P atau partai lain yang akan menjadi rekan koalisi dalam
mengisi kursi Cawapres. Ketua DPP PKB Marwan Ja`far usai menghadiri diskusi
politik di Warung Daun, kawasan Cikini, Menteng, Minggu 13 April 2014, mengatakan,
sangat wajar bila kader PKB di daerah-daerah menghendaki sang Ketua Umum (Cak
Imin) maju sebagai cawapres
mendampingi Joko Widodo alias Jokowi.
Dukungan
tersebut menurut Marwan wajar saja, masak sebagai pengurus partai tidak
mendengarkan masukan tersebut. Kita naif juga kalau nggak mendengarkan itu.
Ya sudahlah kita tawarkan ketua umum sebagai cawapres.
Ketua
Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengaku belum ada
tokoh dari partai-partai Islam yang menonjol, sehingga sampai kini, belum
terbentuk koalisi antarpartai Islam meski perolehan suara partai Islam cukup
menjanjikan untuk membentuk suatu koalisi. “Koalisi Islam belum dapat memunculkan figur yang tepat. Itu
permasalahannya,” kata Muhaimin di Kantor DPP PKB, Jakarta, Sabtu 12
April 2014 yang lalu.
PKB
tetap “mengorbit” dalam pemberitaan media nasional. Koalisi partai-partai
Islam belum ditemukan figur, karena elektabilitas figur itu harus memadai.
PKB saat ini sedang menyerap aspirasi yang mendorong dibentuknya koalisi
partai Islam. Penyerapan aspirasi itu dimaksudkan untuk memastikan apakah
partai-partai Islam serius untuk membentuk koalisi.
Sepengamatan
saya ada tiga orang politisi yang memiliki manuver luar biasa menjelang
Pemilu 2014. Tiga orang itu adalah Jokowi, Risma (Walikota Surabaya), dan
Muhaimin. Walaupun postur dan tampilan Muhaimin kelihatan biasa-biasa saja
tapi manuver politiknya boleh dikatan luar biasa. Yang paling menonjol dari
manuver politik Muhaimin adalah “mendompleng” popularitas tokoh-tokoh
nasional untuk popularitas partainya, PKB. Tokoh-tokoh yang “didompleng”
popularitasnya oleh PKB adalah Roma Irama, Jusuf Kalla, dan Moh Mahfud
MD.
Ketiga
tokoh tersebut digadang-gadang sebagai bakal calon presiden dari PKB. Kepada
Roma dibilangnya sebagai Capres PKB. Tetapi bersamaan membiarkan partainya
(tokoh-tokoh teras PKB) bermanuver menyapreskan JK dan Mahfud. Titik panas kehebohan
terutama muncul dari sosok dan manuver Roma. Jadilah ramai bursa capres dari
PKB. Boleh dikata lebih semarak dibandingkan para capres dalam Konvensi
Partai Demokrat.
Bersamaan
dengan itu Muhaimin mengangkat pengusaha kaya, pemilik Lion Air, Rusdi
Kirana, sebagai Wakil Ketua Umum PKB. Suatu keputusan yang patut diacungi
jempol. Dengan manuver ini PKB mendapatkan “darah segar”.
Dengan
kehadiran Rusdi Kirana diakui melahirkan optimisme di internal PKB. Perlu
diketahui jauh sebelum itu, Muhaimin Iskandar mampu mengalahkan tokoh yang
paling dihormati di internal NU dan PKB, pamannya sendiri, yakni Abdurrahman
Wahid (Gus Dur), dalam sebuah perseteruan politik di internal partai dan di
pengadilan dalam memperebutkan posisi puncak di PKB. Ini merupakan fakta
bahwa seorang dengan kaliber seperti Gus Dur saja mampu dikalahkan oleh
Muhaimin Iskandar sudah cukup untuk membuktikan bahwa dirinya bukan sosok
politisi kacangan.
Konsistensi
dan loyalitas PKB pada kontrak politik koalisi di Setgab dalam Kabinet SBY,
juga patut mendapatkan catatan tersendiri, dengan loyalitas tersebut PKB
nampak solid. Anasir-anasir “pembangkang”, seperti Lily Wahid dan Effendi
Choirie, berhasil “dijinakkan” oleh Cak Imin. Ke dalam, Muhaimin berhasil
menjaga soliditas partainya. Sedangkan ke luar, Muhaimin melakukan
manuver-manuver politik cukup brilian untuk membesarkan partainya, dengan hal
tersebut maka PKB berangsur-angsur dikenal di seantero Indonesia, tidak hanya
berporos di Jawa seperti sebelumnya.
Ke
dalam, Muhaimin berhasil menjaga soliditas partai. Ke luar, Muhaimin
melakukan manuver-manuver politik cukup brilian untuk membesarkan partainya.
Dengan PKB berangsur dikenal di seantero Indonesia, tidak hanya berporos di
Jawa seperti sebelumnya.
Ada lagi
hal yang menarik dari partai Cak Imin ini, walaupun berbasis kultural dari
rahim NU, namun PKB bukanlah partai Islam. PKB merupakan partai inklusif.
Konsistensi ini dijaga dengan baik oleh Muhaimin. PKB menolak tawaran PPP
untuk membangun apa yang disebut “Koalisi Partai Islam”, dengan alasan PKB
bukanlah partai Islam dan pola koalisi demikian sudah ketinggalan zaman.
Singkat
kata, PKB menolak koalisi berbasis agama. Pendirian PKB melalui Cak Imin
patut diapresiasi positif. Politik dimaknai PKB tidak lagi mengedepankan
aspirasi aliran-aliran keagamaan, suku, ras dan antargolongan. Melainkan
politik kebangsaan.
Sikap
Manuver Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar untuk menjadikan dirinya sebagai
cawapres mendampingi Joko Widodo, merupakan suatu hal yang wajar karena
didukung PKB sendiri. Namun menurut Said Salahudin, Direktur Sigma Indonesia,
langkah yang dilakukan Muhaimin Iskandar adalah 'menggunting dalam lipatan'.
Hal ini karena Cak Imin melupakan apa yang telah dilakukan Mahfud MD dan
Rhoma Irama dalam upaya membesarkan suara PKB.
Menurut
Said, mereka ini berjasa besar dalam membesarkan suara PKB pada Pileg yang
lalu, oleh sebab itu banyak orang mau memilih PKB karena mengusung Mahfud MD.
Ini jangan dipungkiri Muhaimin. Said juga mengingatkan Cak Imin, akan ada
efek negatif jika Cak Imin tetap maju menjadi calon wakil presiden. Dia yakin
struktural PBNU dan PKB di DPW-DPW yang sebagian besar mendukung Mahfud MD
akan sangat kecewa dengan PKB dan Muhaimin jelas akan dianggap sebagai
pengkhianat, yang hanya memanfaatkan momentum baik ini untuk kepentingan diri
sendiri, serta menodai perjuangan bersama untuk membesarkan PKB hingga
menjadi seperti ini.
Langkah
yang diambil Muhaimin Iskandar untuk maju sebagai cawapres mendampingi
Jokowi, merupakan langkah yang sudah tepat karena Jokowi tidak mungkin akan
mengandeng Surya Paloh dari Nasdem, hal ini disebabkan suara dalam pemilihan
legislatif kemarin Partai Nasdem posisinya di bawah PKB, maka sudah suatu
kewajaran jika Muhaimin maju sebagai cawapres. Penolakan Muhaimin terhadap
tawaran PPP untuk berkoalisi itu merupakan terobosan baru Muhaimin, karena
PKB sekarang ini bukanlah partai Islam. Hal inilah salah satu penyebab yang
menjadi pemikat koalisi PDI-P dengan PKB.
Dalam
dunia politik “menyalib di tikungan”, ”mengunting dalam lipatan” merupakan
suatu hal yang biasa, masih ingat kita di mana perjanjian Batu Tulis antara
PDI-P dan partai Gerindra hanya tinggal perjanjian, begitu juga masalah yang
dihadapi Cak Imin dalam rangka mencapreskan dirinya, semua itu wajar-wajar
saja dalam dunia politik. Kesempatan ini tidak disia-siakan Cak Imin, karena
kesempatan tersebut hanya akan datang sekali, apalagi Cak Imin sendiri Ketua
Umum PKB, sementara Rhoma Irama, Mahfud MD, Jusuf Kalla, dan Rusdi Kirana,
hanya merupakan tim pendukung untuk membesarkan partai ddalam pemilihan
legislatif.
Berkoalisinya
PDI-P dengan PKB, hal ini tidak perlu dikagetkan, karena sebelumnya kerja
sama ini sudah pernah berlangsung, PKB diibaratkan buah semangka, kalau
dibelah maka akan kelihatan isinya merah, oleh sebab itu langkah yang
dilakukan Jokowi dengan Muhaimin Iskandar sudah cukup tepat dalam rangka
mencapai Jalan Merdeka Utara alias Istana Negara, disamping
PKB, Nasdem akan ada partai PKPI yang bisa dirangkul walaupun suaranya kecil,
tapi masih bisa menambah pundi-pundi suara dalam Pilpres mendatang. Maju terus Cak Imin, merdeka!. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar