|
Rabu,
16 Oktober 2013, adalah Hari Pangan Sedunia. Sampai saat ini sebagian besar pengeluaran
masyarakat Indonesia diperuntukkan bagi memenuhi kebutuhan pangan. Pada tahun
2012 sekitar 50 persen dari seluruh pengeluaran masyarakat adalah untuk pangan.
Andai seluruh kebutuhan pangan dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri,
maka dapat dipastikan sektor yang menghasilkan pangan--sektor pertanian,
peternakan, dan perikanan--akan mengalami pertumbuhan minimal sebesar
pertumbuhan penduduk.
Yang
menjadi masalah belakangan ini adalah neraca perdagangan kita di bidang pangan
mengalami defisit. Padahal, menurut berbagai pihak, seharusnya tidak demikian.
Seusai
rapat koordinasi terbatas bidang pangan, Selasa, 29 Oktober 2013 di Bukit
Tinggi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan pembangunan
ketahanan pangan melalui rencana aksi yang dinyatakan jelas sasarannya, siapa
yang berkontribusi, bagaimana penganggaran, dan mekanisme yang dijalankan.
Rencana aksi itu berfokus pada ketahanan lima kebutuhan pangan pokok, yakni
beras, gula, daging sapi, kedelai, dan jagung.
Walau
hanya menyangkut lima komoditas, tetapi persoalan yang dihadapi tidaklah mudah.
Tahun 2012 lalu, misalnya, Indonesia mampu memproduksi padi sebanyak 69.271.053
ton, 18.838.529 ton jagung, dan 843.153 ton kedelai. Tetapi, produksi tersebut
tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tepat waktu serta terjangkau oleh
sebagian besar masyarakat.
Jumlah
produksi yang tidak sesuai dan berada di bawah kebutuhan dalam negeri
menyebabkan hampir setiap tahun pangan menjadi sumber permasalahan yang
mengusik ketenteraman masyarakat. Pada 2012 persoalannya menjadi
"heboh" karena diduga telah terjadi tindak pidana korupsi dalam
pengadaan atau impor daging sapi.
Untuk
menciptakan ketahanan pangan dalam pengertian kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan tepat waktu serta terjangkau oleh masyarakat bagi Indonesia adalah
pekerjaan yang sulit dan rumit. Seseorang dengan mudah mengatakan bahwa
Indonesia memiliki lahan yang sangat luas sehingga tidak sulit untuk memenuhi
kebutuhan pangan domestiknya. Bahkan Indonesia mampu menjadi negara pemasok
pangan kebutuhan dunia.
Secara
teknis, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan nasional untuk produk tertentu,
seperti beras, kedelai, dan jagung dalam waktu relatif singkat. Tetapi,
kemampuan teknis sampai saat ini belum mendapat dukungan secara ekonomis. Dalam
era keterbukaan dan globalisasi dewasa ini, ketahanan pangan di Indonesia
menjadi sangat sulit diciptakan dan dipertahankan karena harga atau biaya
memproduksi di dalam negeri umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan luar
negeri.
Artinya,
untuk mempertahankan dan memelihara terciptanya ketahanan pangan diperlukan
dana subsidi dalam jumlah besar yang mungkin diperuntukkan bagi petani sebagai
produsen atau masyarakat sebagai konsumen, belum termasuk pula untuk penyediaan
infrastruktur. Yang sering dilupakan dalam membahas persoalan ketahanan pangan
adalah masalah daya saing, peningkatan kesejahteraan petani, dan daya beli
masyarakat atas produk-produk yang sangat dibutuhkan itu. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar