Siapa
Pantas Mendampingi Jokowi?
Lenita Safithry ;
Wartawan
lepas setelah 17 tahun berkarier sebagai jurnalis di media asing
|
MEDIA
INDONESIA, 03 Mei 2014
SETELAH pemilu legislatif
berakhir dan bentukbentuk aliansi elektoral untuk pemilihan presiden sudah
mulai terlihat, pertanyaan besar berikutnya ialah siapa yang dipilih Joko
Widodo (Jokowi) untuk menjadi calon wakil presiden. Pentingnya pilihan itu
lebih dari sekadar mengunci aliansi yang akan mendukung Jokowi dalam
pemilihan presiden mendatang dan membawanya pada kemenangan. Pilihan tersebut
juga akan sangat menentukan keberhasilan dalam memimpin negara, jika ia
mejadi pemenang pemilihan presiden.
Apa yang harus Jokowi cari pada
sosok seorang wakil presiden? Jokowi membutuhkan pasangan wakil presiden yang
memenuhi beberapa kriteria. Prioritas pertama ialah untuk mengamankan
pencalonan dirinya sebagai presiden. Calon wakil presidennya harus bisa
membantu membawa dukungan yang cukup untuk memenuhi ambang batas guna
memastikan pencalonannya, karena suara untuk Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) yang mengusung Jokowi tidak bisa mencapai 20% kursi di DPR
atau 25% suara yang didapat di pemilu legislatif, angka yang dibutuhkan untuk
menominasikan presiden. Cawapres Jokowi tidak harus berasal dari partai
besar. Ia bisa saja yang berasal dari partai kecil atau sosok yang memiliki
pengaruh yang cukup terhadap partai kecil untuk memastikan pencalonan Jokowi.
Langkah kedua ialah memenangi
pemilihan presiden, terutama di babak pertama yang akan berlangsung pada 9
Juli mendatang. Kemenangan mutlak satu tahap pada pemilu presiden akan
memastikan kans Jokowi lebih kuat untuk menghindari hal-hal yang tak terduga
pada proses kampanye. Menunggu putaran kedua pemilihan presiden pada
September akan berisiko, karena akan memberikan waktu yang lebih lama bagi
lawan-lawan politik Jokowi untuk melemahkan pencalonannya. Jadi, sangat
penting bahwa calon wapres merupakan sosok yang bisa memberi nilai tambah.
Tersentralisasi
Siapa pun sosok pendamping
Jokowi harus membantu ia mendapatkan suara dari segmen penduduk yang belum
menjadi kekuatannya untuk mengamankan lebih dari 50% suara pada Juli,
sehingga pemilu yang berlangsung dua tahap dapat dihindari. Yang penting
untuk dipahami bahwa meskipun Jokowi populer, dukungan terhadapnya hanya
tersentralisasi di daerah-daerah tertentu. Pola daerah pemungutan suara dalam
pemilihan DPR menunjukkan bahwa PDIP hanya memenangi posisi teratas pada
setengah dari provinsi di Indonesia. Jokowi membutuhkan cawapres yang bisa
memberikan kontribusi kemenangan pada provinsi-provinsi lainnya.
Kedua, kampanye pemilihan
presiden yang akan datang mungkin akan menjadi salah satu yang terberat,
dengan banyaknya kampanye hitam yang mungkin akan menargetkan Jokowi.
Kelompok-kelompok yang selama ini khawatir akan niat Jokowi mengatasi korupsi
dan kroniisme memiliki kepentingan besar untuk menjegal kemenangannya. Oleh
karena itu, penting bagi Jokowi untuk memiliki pasangan yang dapat
membantunya mengatasi adanya kemungkinan buruk tersebut.
Ketiga, pasangannya harus
memperkuat, tidak menghancurkan citra Jokowi. Dia sebaiknya wajah baru dan
mampu melengkapi daya tarik Jokowi sebagai pemimpin baru yang bersih dan
benar-benar peduli kepada masyarakat Indonesia. Sejarah karier yang panjang
dalam pengabdian kepada bangsa pasti akan memberi nilai tambah. Terakhir,
Jokowi membutuhkan calon wapres yang punya sejarah bersih sepanjang
kariernya.
Peran ketiga calon wakil
presiden ialah untuk membantu memastikan bahwa Jokowi akan sukses pada masa
jabatan pertamanya, yang bisa memudahkannya memenangi masa jabatan kedua.
Oleh karena itu, wakil presiden
untuk Jokowi harus memiliki beberapa kelebihan. Pertama, ia harus menjadi
pelengkap Jokowi untuk memperkuat kepemimpinannya serta mengompensasi
kesenjangan dalam pengalamannya. Kebutuhan utama ialah sang cawapres harus
bisa menutupi kekurangan dan pengalaman Jokowi di bidang keamanan nasional
serta kebijakan luar negeri.
Kedua, mengingat keluhan yang
muncul bahwa Jokowi hanya memiliki pengalaman mengelola kota, sosok yang
dibutuhkan harus memiliki pengalaman substansial dalam administrasi tingkat
nasional. Pengalaman mengelola sebuah organisasi nasional yang besar. Ketiga,
ia harus setia, dapat dipercaya, mendukung Jokowi mengarungi pasang surut
yang tak terelakkan pada setiap jabatan, seperti keteguhan Wakil Presiden Joe
Biden mendampingi Presiden Barack Obama di Amerika Serikat.
Terakhir, cawapres ini harus
cukup punya pengetahuan mengelola pemerintahan, bisa memberi masukan-masukan
positif kepada presiden dan cukup berani untuk menyatakan tidak setuju
terhadap presiden bila diperlukan, serta bisa mencarikan jalan keluarnya. Hal
itu untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil ialah yang terbaik
untuk negara.
Siapa dia?
Tidak ada calon yang jelas yang
memenuhi semua kriteria tersebut. Namun, ada calon potensial yang mendekati
kriteria tersebut, yang menurut pakar bisa menjadi ‘kuda hitam’ dalam
pertarungan pemilu presiden ini. Panglima TNI Jenderal Moeldoko ialah salah satu
tokoh yang digadang-gadang menjadi sosok pendamping Jokowi.
Sebagai prajurit, karier
Moeldoko memang tidak dapat menggalang dukungan partai politik di DPR untuk
mendukung kepemimpinan Jokowi nantinya. Namun, terlepas dari masalah di atas,
Moeldoko merupakan sosok yang bisa memberikan nilai plus bagi Jokowi. Ia
lulusan terbaik angkatannya di akademi militer dan memiliki prestasi dalam
setiap penempatan, baik di medan tempur atau manajerial. Ia berpengalaman
dalam keamanan administrasi dan nasional sepanjang perjalanan karier ke
posisi puncak militer.
Moeldoko memiliki perspektif
internasional dan pemahaman yang mendalam akan isu-isu penting yang aktual,
seperti ketegangan di Laut China Selatan, yang akan dihadapi oleh presiden
berikutnya. Memiliki cawapres militer bisa membantu melawan citra
kepemimpinan yang kuat dari calon lawan terkuatnya, yakni mantan Komandan
Pasukan Khusus Prabowo Subianto. Ia juga dapat memecahkan dukungan dari
keluarga dan purnawirawan TNI kepada Prabowo. Karena pada akhirnya, tahun ini
adalah tahun pertarungan antara Jokowi dan Prabowo.
Moeldoko memang bukan
calon yang sempurna, tetapi dia yang paling mendekati kriteria yang
dibutuhkan dalam kontestasi ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar