Kamis, 02 Agustus 2012

Menyoal UKG Online 2012

Menyoal UKG Online 2012
Rizka Safriyani ; Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
SUARA KARYA, 02 Agustus 2012


Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) secara online yang dilaksanakan pertama kali dan serentak mulai 30 Juli 2012 lalu ternyata menemui kendala teknis. Beberapa surat kabar memberitakan bahwa pada UKG hari pertama di Salatiga, Riau, Surabaya dan kota-kota lain secara umum mengalami kendala teknis terkait dengan koneksi dengan server pusat dan gagalnya login ujian.

Hanya di Jakarta yang notabene pusat pemerintahan mengalami kendala kecil di sesi awal UKG. Di daerah, peserta tidak mau beranjak dan bahkan dilarang beranjak oleh pengawas karena khawatir server-nya tiba-tiba berfungsi sehingga ujian bisa berjalan. Namun apa daya, sampai waktu ujian berakhir, ada beberapa sekolah tetap tidak memeroleh koneksi dengan pusat. Ada yang sudah konek selama 50 menit dan akhirnya koneksinya juga drop.

Para guru akhirnya hanya duduk terpaku di depan monitor karena server tidak kunjung konek dengan pusat. Mereka hanya bisa menggerutu karena sudah mengorbankan waktu, tenaga dan rupiah yang mereka punya demi keikutsertaan dalam UKG ini. Kegalauan mereka agak sedikit terobati dengan munculnya pengumuman akan adanya UKG ulang bulan Oktober mendatang.

Jutaan guru yang sudah galau dengan adanya pelaksanaan UKG ini menjadi tambah risau. Mereka secara umum takut akan kehilangan tunjangan profesi jika nilai UKG-nya jelek. Belum lagi, guru usia lanjut yang tidak terampil menggunakan komputer, UKG online menjadi bentuk ujian yang cukup mengkhawatirkan bagi mereka. Ada juga kekhawatiran mengenai kemungkinan terjadinya mutasi apabila nilai UKG jeblok.

Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai pentingnya mengenalkan teknologi agar guru tidak gaptek memang ada benarnya. Dengan adanya UKG online, mau tidak mau, guru harus belajar bersentuhan dengan teknologi. Namun demikian, hal ini seyogianya diikuti dengan sosialisasi lebih dini mengenai apa itu UKG online dan bagaimana mengaksesnya secara online sehingga ketakutan dan kegalauan di lingkungan guru tidak terjadi. Mereka akan menyadari bahwa UKG hanyalah bagian dari proses pemetaan kompetensi guru dan tidak terkait dengan pemutusan tunjangan profesi.

Sosialisasi yang dilakukan harus lebih intensif sejak jauh-jauh hari dan menyeluruh. Seperti pada pelaksanaan sertifikasi dosen secara online, dua tahun terakhir, peserta sertifikasi bisa diberikan password sejak sebulan sebelum batas akhir pengisian instrumen sehingga sudah familiar dengan template yang harus mereka jawab. Ketika tahap latihan, apabila ada kendala teknis atau pertanyaan yang ingin disampaikan, peserta dapat menulis keluhannya di kotak suara yang bisa dipantau oleh admin pengelola situs dan diberikan solusinya.

Guru-guru yang sudah diberi password bisa belajar mengerjakan soal di rumah atau di sekolah dengan teman-temannya. Paling tidak, agar mereka sudah familiar dengan template-nya dan tidak menjadi risau.

Pihak pengelola situs bisa memberikan simulasi pengerjaan soal yang soalnya pasti berbeda dengan soal ujian kompetensi guru nanti dengan bobot yang sesuai. Masa uji coba ini bisa dijadikan semacam try out UKG bagi seluruh peserta UKG yang bisa mengakses situs UKG online kapan saja dan di mana saja. Ketika terjadi kendala server drop, maka hal ini bisa disampaikan juga secara langsung melalui kotak suara yang disediakan sehingga sistem benar-benar siap ketika akan digunakan untuk ujian kompetensi guru.

Ditilik dari pedoman pelaksanaan UKG yang sudah diunggah di situs resmi UKG, seharusnya kegalauan sudah tidak perlu terjadi lagi apabila pedoman tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Pada pedoman tersebut sudah jelas disebutkan bahwa UKG hanya berfungsi sebagai alat pemetaan kompetensi guru bukan resertifikasi sehingga tidak terkait dengan mutasi apalagi pencabutan tunjangan profesi.

Pada pedoman tersebut juga dicantumkan sistem pengendalian soal dan jawaban UKG online. Apabila koneksi internet stabil, maka server lokal akan men-download soal dari server pusat dan peserta bisa langsung mengakses dari ruang tersebut. Apabila koneksi tidak stabil, maka soal akan dikirim lewat email kemudian dibagi lewat server lokal. Apabila tidak ada jaringan internet tetapi jaringan lokal berfungsi baik, maka soal di-copy dalam cd/dvd dan di-copy ke server lokal.

Namun yang terjadi di lapangan berbeda dengan yang disyaratkan dalam pedoman. Apabila server pusat drop, mengapa alternatif kedua atau ketiga yang sudah dicantumkan di pedoman tidak berjalan? Apabila panduan tersebut dijalankan dengan baik, maka UKG online tidak harus ditunda dan tidak perlu menimbulkan keresahan lagi. Kalau panduan tidak diikuti, lalu apa yang harus diikuti?

UKG Online yang sejatinya menjadi alat pemetaan kompetensi guru tampaknya juga telah menjadi alat pemetaan bagi kesiapan dunia pendidikan kita untuk mewujudkan pendidikan berbasis Teknologi Informasi (TI) secara menyeluruh. Selain Jakarta, beberapa wilayah yang juga terdiri dari kota-kota besar di Indonesia ternyata juga belum sepenuhnya siap mewujudkan pendidikan berbasis TI apabila terjadi permasalahan dengan server pusat.

Upaya peningkatan kualitas guru dengan mengadakan UKG online yang praktis, ramah lingkungan dan hemat karena sifat paperless-nya ternyata harus diikuti dengan persiapan piranti yang tersistem dan terkoordinasi dengan baik, tidak hanya di tingkat regional, nasional namun bahkan internasional. Sosialisasi informasi dan optimalisasi sistem TI harus menjadi bagian utama dari rangkaian persiapan UKG online di masa-masa mendatang. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia bukan untuk menjadi tempat bergantungnya manusia. Teknologi yang dipersiapkan secara optimal akan menyelesaikan masalah tanpa masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar