Senin, 13 Agustus 2012

Memotivasi Membangun Bersama Rakyat


Memotivasi Membangun Bersama Rakyat
Haryono Suyono ; Mantan Menko Kesra dan Taskin
SUARA KARYA,  13 Agustus 2012


Minggu ini adalah puncak dari kegiatan kita pulang mudik yang perlu dihargai, dan diberi label baru agar semangat pejuang yang kembali ke desa menularkan dan menggairahkan semangat membangun bersama rakyat. Ratusan, ribuan, bahkan jutaan pejuang yang berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, bahkan dari Hong Kong, Singapura maupun dari banyak negara di Timur Tengah hari-hari ini berjejal dengan segala macam moda transportasi untuk bisa kembali ke keluarganya di desa untuk berbagi pengalaman perjuangannya di kota atau bahkan di luar negeri.

Dengan menyebut dan memberi label saudara kita itu pejuang pembangunan, pasti cerita tentang pengalaman perjuangannya di rantau akan menggugah semangat sanak saudaranya di desa. Para pejuang itu akan merangsang inspirasi bagi saudaranya di desa untuk bekerja cerdas dan keras agar bisa melepaskan diri dari rantai kemiskinan dan bersama membangun keluarga sejahtera.

Dengan konotasi yang sama pegawai negeri sipil (PNS) yang berumur 56 tahun, atau 60 tahun, yang mengakhiri tugasnya karena pensiun, selama ini dianggap atau merasa sudah habis segalanya. Para pensiunan pegawai negeri yang jumlahnya mencapai lebih dari 2,3 juta, dan bergabung dalam wadah Persatuan Wredatama Indonesia (PWRI) sesungguhnya bukan laskar tidak berguna yang habis kesempatannya berjuang bersama rakyat. Sebagian kecil saja, kurang dari 10 persen sakit-sakitan, atau sudah terlalu tua dan kurang mampu terlibat membangun bangsanya. Sebagian besar lainnya, berbaur bersama rakyat di desa menjadi penggerak pembangunan.

Berbekal pengalaman sebagai pegawai negeri selama 35-40 tahun, banyak yang dipercaya dan diserahi jabatan pimpinan organisasi kemasyarakatan di desanya. Dalam anggapan pengurus PWRI, persatuan PNS dan pegawai BUMN, seperti halnya saudara kita yang pulang mudik adalah aset pembangunan bangsa yang sangat potensial.

Menyadari adanya potensi itu, dikembangkan pengakuan para pejabat yang lebih muda melalui upaya pengukuhan dari tingkat pusat sampai daerah. Dimulai dari Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Jawa Tengah, dan lainnya, dan terakhir minggu lalu pengurus lengkap Provinsi Jawa Timur dikukuhkan dengan penuh khidmad oleh Gubernur Jawa Timur, Dr Sukarwo yang terkenal sangat merakyat. Pengukuhan itu demikian khidmad karena Pak De Karwo tidak saja membacakan naskah pengukuhan, tetapi bersilaturahmi akrab bersama anggota pengurus provinsi dan kabupaten kota yang dengan semangat tinggi "tumplek bleg" memenuhi Gedung Grahadi.

Peristiwa itu sangat mengharukan karena mirip peristiwa serupa di Istana beberapa waktu lalu. Seorang mantan bupati yang sangat berhasil dimasa lalu, sering ke Istana menerima tanda penghargaan daerahnya, menitikkan air mata karena terharu. Mantan Bupati yang berhasil itu, setelah sekian lama pensiun, mengabdi langsung bersama rakyat, mendapat kesempatan menginjakkan kakinya lagi di Istana diakui sebagai pemimpin masyarakat di pedesaan.

Minggu lalu, peristiwa yang sama terulang. Pengurus cabang provinsi, kabupaten dan kota yang umumnya di masa mudanya memegang peranan penting dan sering berkunjung ke pusat pemerintahan di Gedung Grahadi Surabaya, tiba tiba berada kembali sebagai pemimpin kemasyarakatan, duduk bersanding bersama gubernurnya. Sungguh sangat mengharukan.

Semangat mereka berkobar kembali. Oleh karena itu para pensiunan pantas dihargai sebagai pejuang yang akrab dengan rakyat melanjutkan pembangunan mengantar pemberdayaan rakyat banyak di pedesaan. Para pejuang pembangunan, setelah selesai masa tugasnya sebagai PNS justru didorong turun ke desa membaur dengan masyarakat dan keluarga desa melalui PWRI, bekerja dengan ikhlas memberdayakan keluarga desa melepaskan rantai kemiskinan. Para pensiunan menjadi kekuatan pembangkit kehidupan gotong royong, tidak saja bicara lantang di mimbar, tetapi setiap hari bergaul dengan rakyat, ikut membantu memecahkan persoalan yang melilitnya.

Karena dorongan itu, para pejuang yang tergabung dalam PWRI, menyatakan diri siap untuk peduli terhadap harmonisasi dan pemberdayaan tiga generasi. Para pensiunan anggota PWRI siap menyambut para pejuang keluarga migran yang pulang kampung memberikan semangat dan pengalaman disiplin kerja cerdas dan keras di perantauan kepada saudaranya yang ada di kampung. Melalui upaya itu, diharapkan penduduk desa mampu memanfaatkan kearifan dan sumber-sumber daya lokal untuk disulap menjadi sesuatu yang bisa mengantar upaya besar memotong rantai kemiskinan.

Anggota PWRI dan pejuang keluarga migran yang pulang kampung hampir pasti akan melihat masih banyak keluarga miskin dan setengah miskin tidak berdaya mengikuti dinamika perubahan sosial yang dahsyat. Keluarga yang tersisih dan sukar mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendapatan guna menyekolahkan anak-anaknya perlu memperoleh pencerahan. Keluarga PWRI bersama keluarga migran yang pulang kampung perlu didorong dan diajak berbagi semangat agar keluarga yang tertinggal di kampung tidak putus asa untuk terus berjuang dalam kelompok posdaya menjadi kekuatan maha dahsyat mengatasi segala persoalan dengan semangat gotong royong dan kebersamaan untuk tujuan yang jelas dan terfokus.

Oleh karena itu, dianjurkan agar masyarakat tidak memberi label yang negatif kepada para pejuang yang pulang mudik, tetapi memberi semangat agar bersama para pensiunan di pedesaan segera membentuk posdaya atau menolong posdaya yang ada di desa untuk bekerja keras mengajak semua keluarga tanpa kecuali bergotong royong menciptakan suasana saling peduli dan membangun secara sinergis tanpa kenal lelah. Selamat berjuang bersama keluarga di pedesaan dan pedukuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar