Awali dengan ASI
Neni Utami Adiningsih ; Penggagas
Forum Studi Pemberdayaan Keluarga
(Family Empowerment Studies Forum), Alumnus Pascasarjana Teknik
Elektro ITB
SUARA
KARYA, 07 Agustus 2012
Pekan ASI Sedunia Ke-20,
1-7 Agustus 2012
"Awali dengan ASI" (Begins with Breastfeeding).
Demikianlah penggalan slogan yang diangkat oleh International Lactation Consultant
Assosiation (ILCA) dalam menyambut Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week - WBW), tahun ini. WBW pertama kali
dilaksanakan 20 tahun lalu oleh The World
Alliance for Breastfeeding Action (WABA) sebagai tindak lanjut deklarasi Inocenti tahun 1990 tentang promosi
pemberian ASI. Sayangnya, walaupun sudah dua dekade, pemberian ASI, terutama
ASI eksklusif sejak dini, ternyata belum menjadi kebutuhan. Terbukti di
Indonesia justru terjadi trend
penurunan.
Apabila tahun 2007, persentase cakupan pemberian ASI sebesar 62,2
persen, menurun menjadi 56,2 persen tahun 2008. Begitupun dengan cakupan
pemberian ASI eksklusif (hanya memberikan ASI hingga bayi berusia 6 bulan)
turun dari 28,6 persen menjadi 24,3 persen. Kondisi mutakhir menunjukkan
tinggal 8 persen ibu yang memberi ASI eksklusif, bahkan hanya 4 persen bayi
yang mengalami inisiasi menyusu dini (IMD), yaitu disusui ibunya sejak satu jam
pertama setelah kelahirannya. Hal ini sangat disayangkan mengingat ASI dan
proses menyusui sangat bermanfaat bagi bayi.
Cairan emas, demikianlah sebutan yang pantas untuk ASI. Bagaimana
tidak, ASI merupakan asupan 'ajaib' yang sempurna untuk bayi. Tidak saja
mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang, serta zat kekebalan tubuh yang
dapat melindungi bayi dari infeksi virus/bakteri, komposisinya pun disesuaikan
dengan kondisi tubuh dan usia bayi. Tiap ibu akan menghasilkan ASI dengan
komposisi berbeda sesuai kebutuhan bayinya. Bahkan disesuaikan dengan waktu
mengasupnya. Seorang ibu akan memproduksi ASI dengan komposisi yang berbeda
saat pagi, siang dan malam hari.
Dengan kondisi seperti ini tidaklah berlebihan jika ASI memberi
berjuta manfaat bagi bayi. ASI mampu mencegah anak mengalami radang telinga,
keracunan makanan/minuman, radang paru-paru, asma, kelebihan berat badan,
diabetes, jantung koroner, alergi, diare, beragam infeksi (darah, organ
reproduksi, saluran kemih, saluran pernafasan), gangguan limfa, dan meningitis
bakterialis (radang selaput otak karena bakteri). Bahkan ASI ditengarai dapat
mencegah jenis kanker tertentu pada anak seperti leukemia lymphoblastic, penyakit hodgkin, dan neuroblastoma.
Belum lagi, manfaat ASI dalam meningkatkan kecerdasan anak.
Penelitian menunjukkan apabila dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI,
kecerdasan intelektual (IQ) pada bayi yang diberi ASI memiliki poin 4,3 lebih
tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3
poin lebih tinggi pada usia 8,5 tahun.
Tak hanya IQ, kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan
hubungan ibu anak juga melesat melalui proses menyusui. Secara fisik, selain
mengoptimalkan pertumbuhan rahang dan giginya hingga menjadi lebih baik, proses
menyusui juga akan melatih bayi dalam mengkoordinasi syaraf menelan, menghisap
dan bernafasnya. Kemampuan ini sangat penting bagi kelangsungan hidup bayi
karena selama ini, kematian mendadak dan tidak jelas pada bayi menempati posisi
teratas dalam daftar penyebab kematian bayi berusia hingga satu tahun.
Sebuah hasil riset metaanalisis tentang hubungan antara pemberian
ASI dan kematian bayi ketika tidur di negara-negara maju dirilis oleh
Foundation for the Study of Infant Deaths, Inggris. Riset yang meliputi 27
studi berbeda sejak 1965 tersebut menunjukkan bahwa bayi yang disusui, walaupun
dalam periode singkat, berpeluang sepertiga kali lebih rendah meninggal dunia
ketika tidur jika dibandingkan dengan bayi yang tidak pernah disusui sama
sekali.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan agar ibu memberikan
ASI eksklusif seawal mungkin dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Saat
IMD, setelah tali pusar dipotong, badannya dikeringkan kecuali kedua tangannya.
Lemak putih (vernix) yang menyamankan
kulit bayi juga jangan dibersihkan. Kemudian, bayi segera didekatkan ke perut
atau dada ibunya, tanpa pembatas selembar kain pun, kulit ibu melekat di kulit
bayi. Tidak perlu khawatir bayi akan kedinginan karena suhu kulit ibu akan
menyesuaikan dengan suhu yang dibutuhkan bayi. Bayi yang baru lahir tidaklah
selemah yang diperkirakan. Secara perlahan bayi akan merangkak ke arah payudara
dan menyusu sendiri. Setelah itu bayi akan mengantuk.
Proses IMD, yang biasanya berlangsung sekitar 30-60 menit ini akan
memberikan rasa aman, terlindungi dan kehangatan pada bayi. Rasa inilah yang
diperlukan bayi setelah ia mengalami peristiwa yang sangat penting dalam
memulai kehidupannya, yaitu masa transisi dari dalam rahim ke luar rahim sang
ibu.
Proses IMD akan membantu refleks pengeluaran hormon oksitosin dan
prolaktin yang mempercepat pengeluaran ASI. Selain itu juga akan membangun
keterikatan psikologis yang kuat (early
infant mother bonding) dan menumbuhkan rasa percaya diri sang ibu sehingga
ia semakin bersemangat memberikan ASI secara ekslusif dan berkelanjutan hingga
anaknya berusia dua tahun.
Dengan kondisi seperti ini, dan mengingat begitu besarnya manfaat
pemberian ASI sejak dini, sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak menyukseskan
gerakan Awali dengan ASI. Mari kita dukung Empat Strategi Global Peningkatan
Pemberian Makan Bayi dan Anak yang dicanangkan oleh WHO dan UNICEF tahun 2002.
Strategi tersebut meliputi IMD yang dilanjutkan dengan rawat gabung, memberikan
ASI eksklusif, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) mulai umur 6
bulan dan melanjutkan menyusui hingga anak berumur 24 bulan atau lebih.
Atau, kita memilih mengabaikannya dan menutup mata atas kenyataan
bahwa setiap tahunnya, ASI dapat menyelamatkan 1 juta bayi dari kurang gizi,
gizi buruk bahkan kematian? ●
Baby Foods are sources of nutrition for toddlers. They are manufactured with utmost care at every step of the process.
BalasHapusYou can acquire more information on the following website
👇🏻
Baby food market