Pagi Dele Sore
Tempe
Iman Sugema ; Ekonom
REPUBLIKA, 06
Agustus 2012
Tentunya, Anda tahu arti dari peribahasa yang menjadi ju dul dari
artikel ini. Kalau berurusan dengan seorang yang sering ingkar janji atau yang
perbuatannya tidak konsisten dengan apa yang dikatakannya, Anda akan bilang `ah
dia itu pagi dele sore tempe'. Tadi dia bilang kedelai, sekarang bilangnya
tempe.
Beberapa minggu terakhir ini, kita dihebohkan dengan naiknya harga
kedelai di pasar internasional yang kemudian berbuntut pada pemogokan massal
oleh perajin tahu-tempe. Dalam beberapa hari, makanan sejuta umat tersebut
lenyap dari pasaran. Tak sampai mengakibatkan krisis pangan memang karena
rakyat memiliki alternatif selain tahu-tempe. Untuk sekadar meredakan suasana,
kemudian pemerintah membuka keran impor seluas-luasnya yang disertai dengan
penurunan tarif impor dari lima persen menjadi nihil. Kok, solusinya cuman
segitu ya.
Krisis kedelai semacam ini bukanlah hal yang baru. Sekitar empat
tahun yang lalu kita pernah menghadapi hal yang sama. Waktu itu pemerintah
meresponsnya dengan mencanangkan swasembada kedelai. Sampai detik ini, hampir
tak ada upaya serius untuk mencapai swasembada. Apa yang diperbuat tidak
nyambung dengan apa yang dikatakan. Kebijakan swasembada kedelai adalah contoh
paling tragis dari peribahasa pagi dele sore tempe.
Persoalannya selalu pada konsistensi antara janji dan perbuatan.
Bangsa kita terlalu banyak dininabobokan oleh janjijanji manis. Terlalu banyak
yang hanya pandai menjual mimpi. Persoalan seakan selesai kalau sudah pidato di
layar kaca. Setelah itu, birokrasi bekerja `as usual' seolah tak pernah terjadi
apa-apa. Karenanya, masalah yang sama selalu terjadi berulang-ulang.
Padahal untuk masalah kedelai ini, penyelesaian dapat dilakukan
secara permanen dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Menurut hasil uji
lapangan yang dilakukan oleh salah seorang staf pengajar IPB, yakni Dr Munif
Gulamahdi (MG), kedelai lebih cocok ditanam pada lahan pasang surut dengan
ketersediaan air yang cukup. Menurut MG, ada dua juta hektare lahan pasang
surut yang telantar. Kalau saja seperempatnya dari lahan telantar tersebut
diperbaiki tata airnya, Indonesia sudah bisa swasembada kedelai.
Produktivitas pada lahan tersebut dapat mencapai empat ton per
hektare atau lebih tinggi dibandingkan Amerika dan Brasil yang mencapai
rata-rata tiga ton per hektare. Sebagai catatan, produktivitas rata-rata
kedelai di Indonesia saat ini hanya sekitar 1,4 ton per hektare.
Tentu saja, persoalannya tidaklah semudah di atas meja. Pemerintah
harus membangun infrastruktur tata-air, infrastruktur transportasi, fasilitas
sosial, dan perumahan bagi para transmigran. Tentu, yang paling penting adalah
mendatangkan petani ke lahan tersebut dan kemudian membinanya sampai berhasil.
Aspek sosial ini yang justru paling menantang. Tidaklah selalu mudah bagi
petani untuk bisa menerima ide dan kebiasaan baru. Namun, tentunya untuk hal
ini, kita sudah memiliki banyak pengalaman dalam proyek transmigrasi sewaktu
zaman Orba dahulu.
Hal yang saya diskusikan bukanlah apakah kebijakan pemerintah di
bidang kedelai harus mengikuti resep yang disarankan oleh MG, melainkan lebih
jauh lagi menyangkut sesuatu yang sangat fundamental. Yaitu, apa pun sekenario
penyelesaian terhadap sebuah permasalahan pada akhirnya yang menentukan tingkat
kesuksesan adalah pelaksanaannya. Tak ada masalah yang selesai hanya dengan
konsep atau bincang-bincang. Harus ada orang yang mampu melaksanakan konsep
itu.
Selain itu, kita ternyata kaya
akan berbagai alternatif solusi. Skenario MG yang saya bahas di atas hanyalah
salah satunya. Dalam diskusi di kampus IPB minggu lalu, terlihat bahwa
sebetulnya memecahkan masalah kedelai adalah perkara mudah. Ada yang menawarkan
substitusi kedelai dengan jenis kacang yang lain. Ada juga yang melihatnya dari
kacamata sosial-politik.
Setiap saya bertemu orang-orang
cerdas ini, saya selalu mendapati solusi yang mereka tawarkan. Ternyata,
mengelola negara ini begitu mudah. Dan, yang diperlukan adalah para pemimpin
yang berotak serta mau sedikit bekerja keras. Hanya dengan demikian, satu per
satu masalah yang dihadapi oleh bangsa ini akan selesai. Amin. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar