Jumat, 10 Agustus 2012

Keunggulan Lembah Silikon dan Sistem Pembayaran


Keunggulan Lembah Silikon dan Sistem Pembayaran
Achmad Deni Daruri ; President Director Center for Banking Crisis
SINDO, 10 Agustus 2012


Krisis keuangan di Uni Eropa terus membawa tekanan yang serius bagi pasar keuangan global. Negara yang mengandalkan teknologi canggih dalam sistem pembayarannya seperti Jerman, Belanda, dan Luksemburg ternyata mampu menghadapi tekanan tersebut.

Sistem pembayaran yang canggih memerlukan dukungan teknologi baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Sebaliknya, pengembangan teknologi memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien dan efektif. Sulit membayangkan Steve Jobs akan mampu mengambangkan konsep bisnisnya jika sistem pembayaran di Amerika Serikat masih seprimitif di Kenya sekalipun Kenya saat ini terkenal dengan mobile phone banking-nya. Pengembangan industri kluster berbasis teknologi yang bersifat frontier memerlukan dukungan sistem pembayaran yang juga berbasis teknologi tinggi.

Sekalipun pusat keuangan di Amerika Serikat adalah New York, sistem pembayaran mereka tidak bias terhadap kepentingan bisnis yang berada di New York. Lembah Silikon merupakan bukti bahwa sistem pembayaran dapat bersifat netral secara geografis. Sistem pembayaran di Amerika Serikat bahkan dapat berperan dalam menciptakan modal bagi sektor usaha kecil dan menengah yang bersifat mengandung tingkat teknologi termasuk juga sumber daya manusia yang memiliki tingkat teknologi yang tinggi.

Kemampuan Lembah Silikon menghasilkan perusahaan berbasis teknologi yang mampu berkembang dari kecil hingga besar disebabkan oleh ada skala ekonomi dalam konteks faktor produksi yang dihasilkan daerah tersebut. Skala ekonomi itu hanya dapat tercipta ketika sistem dan teknologi pembayaran mampu membantu terjadinya sinergi di antara faktor produksi tersebut. Ini yang justru banyak dilupakan oleh banyak desainer sistem pembayaran di banyak negara yang tidak berpikir sejauh itu.Sistem pembayaran bukanlah semata-mata merupakan infrastruktur untuk menghasilkan nilai tambah.

Lebih dari itu, juga mampu menciptakan lapangan kerja dan sektor usaha berbasis teknologi. Untuk menunjang hal tersebut, sistem pembayaran harus mampu mendukung aktivitas ekonomi masyarakat lokal, lembaga pendidikan lokal, dan lembaga penelitian lokal. Jadi kerangka model dari sistem pembayaran merupakan gabungan dari sistem model permintaan dan sistem model penawaran. Sistem model seperti ini yang kerap dilupakan banyak negara sehingga perekonomian negara tersebut terperangkap kepada pertumbuhan ekonomi rendah dalam jangka panjang.

Sistem pembayaran yang tepat akan mampu mendukung model ideal tersebut sehingga konsumsi yang terjadi dapat berkembang seiring dengan peningkatan tabungan serta investasi terutama investasi pada sumber daya manusia. Dengan kata lain, sinkronnya sistem pembayaran dengan pembangunan teknologi di lembah silikon sangat bergantung kepada sejauh mana aktivitas ekonomi dapat saling berinteraksi dan kemudian menciptakan sinergi dalam rangka menghasilkan produktivitas perekonomian berbasis teknologi. Aktivitas-aktivitas yang berbasis kreativitas harus mendapatkan dukungan dari sistem pembayaran.

Laporan dari The Office of the Controller of Currency menyebutkan: “Very limited counterparty credit losses at the bank level. Since 2007, losses on OTC derivatives positions in the US banking system due to counterparty defaults have totaled less than $2.7 billion, a period that includes the failures of over 350 banks with assets of more than $600 billion, as well as the failures of firms such as Lehman Brothers, Fannie Mae and Freddie Mac”. Ini memperlihatkan bahwa risiko kredit dalam bisnis kreativitas yang umumnya berbentuk over the counter sangatlah efisien.

Dalam konteks Indonesia, peran bank pembayaran akan semakin dominan di masa depan jika Indonesia ingin mengembangkan sektor teknologi yang bersifat endogen. Buktinya, Steve Jobs dapat melakukan internalisasi proses teknologi yang semula berada di Jerman dan Jepang menjadi berbasis di Amerika Serikat akibat dukungan endogenisasi proses pembayaran yang efisien dan efektif. Sebaliknya, Jerman dan Jepang tidak dapat menjalankan proses internalisasi proses teknologi tersebut dalam jangka panjang karena daya saing sistem pembayaran Amerika Serikat yang lebih tinggi ketimbang kedua negara tersebut.

Dengan sistem pembayaran yang sangat tinggi daya saingnya, model bisnis pengembangan teknologi di Amerika Serikat menjadi sangat beragam dari sistem bisnis yang dikembangkan Microsoft hingga sistem bisnis yang dikembangkan Apple.Kedua sistem bisnis tersebut juga memperkuat sistem pembayaran di Amerika Serikat. Produk-produk Apple juga semakin efisien menjadi bagian dari sistem pembayaran yang efisien dan efektif, sementara di Kenya masih mengandalkan teknologi telepon.

Dampak bisnis yang dihasilkan kedua teknologi tersebut sangat jauh berbeda.Dengan demikian, sistem pembayaran akan semakin memperbesar kapasitasnya sendiri dengan semakin majunya daerah di dalam perekonomian mereka seperti yang terjadi pada lembah silikon. Ke depan pengawasan perbankan tidak akan dapat dipisahkan dengan sistem pembayaran itu sendiri karena keduanya bagaikan sisi yang berbeda dari mata uang yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar