Selasa, 25 Oktober 2022

 

Wawancara Menteri Kesehatan soal Gagal Ginjal Anak

Hussein Abri Dongoran :  Jurnalis Majalah Tempo

MAJALAH TEMPO, 23 Oktober 2022

 

 

                                                           

KEMENTERIAN Kesehatan mulai menelisik penyebab kasus gagal ginjal akut atau acute kidney injury pada awal September lalu. Sebulan sebelumnya, angka kasus gagal ginjal anak melonjak 720 persen dibanding pada Juli, yaitu dari lima menjadi 36 kasus. Hingga Jumat, 21 Oktober lalu, Kementerian mencatat ada 241 kasus gagal ginjal pada anak, 133 di antaranya meninggal.

 

Wawancara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan wartawan Tempo, Hussein Abri Dongoran, berlangsung di rumah dinasnya pada Kamis, 20 Oktober lalu. Menteri Budi Gunadi menjelaskan persoalan di balik kasus gagal ginjal akut pada anak.

 

Kapan Kementerian Kesehatan menerima laporan kasus gangguan ginjal akut yang terjadi pada anak-anak?

 

Kami sudah mendengar kasus ini dari akhir Agustus. Angka gagal ginjal anak baru naik pada Agustus dibanding pada bulan sebelumnya. Kami lalu menggelar rapat awal September. Tapi saat itu masih gelap.

 

Kenapa gelap?

 

Kami belum tahu penyebab dan arah penyakit ini ke mana. Kementerian Kesehatan sudah melakukan tes patogen secara panel untuk mengetahui penyebab penyakit ini. Tes patogen itu dilakukan dengan melihat pengalaman kita saat merebaknya pandemi Covid-19. Kami berpikir pandemi itu berasal dari virus, bakteri, dan parasit.

 

Apa hasil tes patogen itu?

 

Penyebab penyakit tidak ketemu saat pengecekan virus, bakteri, ataupun parasit.

 

Bagaimana Kementerian Kesehatan akhirnya mengetahui penyebab gagal ginjal akut?

 

Kami baru tahu penyebabnya setelah ada kasus serupa di Gambia. Ternyata tesnya bukan patogen, tapi tes toksik untuk mengetahui penyebab racun di dalam tubuh.

 

Kementerian Kesehatan dianggap telat bereaksi dan mencari penyebab penyakit. Bagaimana tanggapan Anda?

 

Enggak. Tapi kami salah karena enggak tahu penyebab penyakitnya. Kami punya dugaan, ternyata bukan itu.

 

Tim surveilans Kementerian Kesehatan dianggap tak bekerja karena tak memiliki data dan menggunakan data Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bagaimana tanggapan Anda?

 

Untuk Covid-19, tim surveilans kami lumayan dibandingkan dengan negara lain. Ini masih bagus. Kalau sempurna itu kan Tuhan.

 

Ada perkiraan berapa angka kasus sesungguhnya?

 

Bisa naik empat-lima kali lipat. Tim surveilans kami masih jalan. Saya sudah minta mereka bergerak, mencatat pasien, nama obat yang dikonsumsi untuk pengecekan lebih lanjut.

 

Anda sudah berbicara dengan perwakilan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)?

 

Iya, saya ajak perwakilan WHO Indonesia, Paranietharan, rapat. Dia menjelaskan masalah ini dan kasus ini pernah terjadi sebelumnya, termasuk di Gambia. Dia juga menjelaskan bahwa enggak benar gagal ginjal akut terjadi karena Covid-19.

 

Bagaimana Anda akhirnya menyetop penggunaan obat sirop?

 

Kami harus bergerak cepat untuk melindungi anak-anak. Ini kan obatnya masih banyak yang diteliti secara kuantitatif untuk dicek kandungan berbahaya di dalamnya. Saya ngomong ke mana-mana, kalau punya anak dan cucu meninggal bagaimana? Yang meninggal sehari bisa 10-20 anak dan angka kematian mencapai 55 persen. Kalau penyetopan obat ditunda sehari bisa banyak yang meninggal. Meski data belum lengkap, I have to make a judgment to save life. I know it’s not popular.

 

Kasus gagal ginjal akut ini diduga juga terjadi karena kelangkaan zat aman, polietilena glikol?

 

Saya dengar juga begitu. Saya sudah cek sama ahli-ahlinya. Paling besar impurities (cemaran) itu dari bahan baku. Pasti ada apa-apa dari bahan baku. Kalau dari dulu aman, kok sekarang bisa begini? Selain itu, ini kan ada global value change setelah masa Covid-19. (Yang langka) bukan hanya polietilena glikol, tapi juga yang lain seperti transistor. Masalah ini harus ditanyakan ke BPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan. ●

 

Sumber :    https://majalah.tempo.co/read/nasional/167232/wawancara-menteri-kesehatan-soal-gagal-ginjal-anak

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar