Senin, 31 Oktober 2022

 

Memanjakan Pengguna Kendaraan Listrik

Tajuk rencana : Dewan Redaksi kompas

KOMPAS, 24 Oktober 2022

 

                                                

 

Warga kota-kota di Indonesia didera dengan problem transportasi. Tata kota yang tidak dirancang dari awal menyulitkan mobilitas warganya. Kendaraan listrik dapat jadi solusi.

 

Berdasarkan penelusuran tim Jelajah Energi dan Vakansi Harian Kompas, skuter listrik dapat dijadikan sarana transisi bagi warga. Sebelum nantinya, warga dapat beralih menggunakan kendaraan listrik baik berupa sepeda listrik, sepeda motor listrik maupun mobil listrik.

 

Biaya operasional skuter listrik ini juga relatif murah. Komunitas Scooter To Work telah membuktikannya. Tidak sekedar mendukung gaya hidup ramah lingkungan, tetapi pergi ke tempat kerja dengan skuter relatif ramah bagi kantong di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak.

 

Tentu saja, layanan angkutan umum tetap menjadi tulang punggung dari mobilitas warga. Meski anggota komunitas menggunakan skuter listrik untuk menjangkau tujuan akhir dari stasiun atau halte angkutan umum.

 

Di Jakarta misalnya, skuter listrik dapat melaju di jalur-jalur sepeda yang ekspansif tapi cenderung kosong-melompong. Skuter listrik juga dapat melaju di trotoar-trotoar yang sudah direvitalisasi meski di banyak tempat kini justru dikuasai oleh kaki lima.

 

Banyak hal memang harus dikerjakan. Tidak hanya sekedar mengimbau warga untuk berpindah ke kendaraan listrik tetapi juga harus bertindak untuk memanjakan penggunanya.

 

Insentif fiskal saja tidak cukup. Namun, harus dimulai dari berbagai hal seperti halnya mengembalikan fungsi trotoar, memastikan tidak adanya lobang di jalan raya, meminimalkan “polisi tidur” yang menyulitkan skuter hingga kendaraan listrik lainnya hingga memudahkan pengisian ulang daya listrik.

 

Pemerintah juga jangan berpikir kalau pemberian insentif atau kemudahan sebagai beban. Karena dengan menggunakan kendaraan listrik maka biaya eksternalitas dari mobilitas warga telah diminimalkan. Penghematan biaya kesehatan yang timbul akibat pencemaran udara misalnya, harusnya dapat dialokasikan untuk menghadirkan pengisian ulang secara gratis di lokasi tertentu.

 

Ringkas kata, pola pikir kita harus berubah dapat memandang kendaraan listrik yang merupakan masa depan bagi kita. Sungguh, kita pun jadi bertanya-tanya ketika berpergian dengan sepeda motor listrik pada sebuah perusahaan aplikasi transportasi daring. Mengapa tarifnya lebih mahal dibanding naik sepeda motor konvensional? Bukankah lebih murah biaya operasionalnya?

 

Biaya operasional skuter hingga mobil listrik yang lebih murah menjadi kabar baik untuk kita semua. Hasil liputan jurnalisme data Harian Kompas pada bulan Maret 2022 mengungkap fakta bahwa warga kini menghabiskan lebih dari 20 persen dari pendapatan tetap mereka untuk belanja transportasi. Padahal, Bank Dunia sudah mematok angka ideal 10 persen bagi belanja transportasi.

 

Dengan sejumlah keuntungan dari kendaraan listrik maka sungguh menjadi pertanyaan bila migrasinya kemudian sangat lamban. Evaluasi terus-menerus dan aksi nyata sebaiknya terus dilakukan untuk mendorong migrasi ke kendaraan listrik.

 

Sumber :   https://www.kompas.id/baca/opini/2022/10/24/memanjakan-pengguna-kendaraan-listrik

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar