Memanjakan
Pengguna Kendaraan Listrik Tajuk rencana : Dewan
Redaksi kompas |
KOMPAS, 24 Oktober 2022
Warga kota-kota di Indonesia didera dengan problem
transportasi. Tata kota yang tidak dirancang dari awal menyulitkan mobilitas
warganya. Kendaraan listrik dapat jadi solusi. Berdasarkan penelusuran tim Jelajah Energi dan
Vakansi Harian Kompas, skuter listrik dapat dijadikan sarana transisi bagi
warga. Sebelum nantinya, warga dapat beralih menggunakan kendaraan listrik
baik berupa sepeda listrik, sepeda motor listrik maupun mobil listrik. Biaya operasional skuter listrik ini juga relatif
murah. Komunitas Scooter To Work telah membuktikannya. Tidak sekedar
mendukung gaya hidup ramah lingkungan, tetapi pergi ke tempat kerja dengan
skuter relatif ramah bagi kantong di tengah kenaikan harga bahan bakar
minyak. Tentu saja, layanan angkutan umum tetap menjadi
tulang punggung dari mobilitas warga. Meski anggota komunitas menggunakan
skuter listrik untuk menjangkau tujuan akhir dari stasiun atau halte angkutan
umum. Di Jakarta misalnya, skuter listrik dapat melaju di
jalur-jalur sepeda yang ekspansif tapi cenderung kosong-melompong. Skuter
listrik juga dapat melaju di trotoar-trotoar yang sudah direvitalisasi meski
di banyak tempat kini justru dikuasai oleh kaki lima. Banyak hal memang harus dikerjakan. Tidak hanya
sekedar mengimbau warga untuk berpindah ke kendaraan listrik tetapi juga
harus bertindak untuk memanjakan penggunanya. Insentif fiskal saja tidak cukup. Namun, harus
dimulai dari berbagai hal seperti halnya mengembalikan fungsi trotoar,
memastikan tidak adanya lobang di jalan raya, meminimalkan “polisi tidur”
yang menyulitkan skuter hingga kendaraan listrik lainnya hingga memudahkan
pengisian ulang daya listrik. Pemerintah juga jangan berpikir kalau pemberian
insentif atau kemudahan sebagai beban. Karena dengan menggunakan kendaraan
listrik maka biaya eksternalitas dari mobilitas warga telah diminimalkan.
Penghematan biaya kesehatan yang timbul akibat pencemaran udara misalnya,
harusnya dapat dialokasikan untuk menghadirkan pengisian ulang secara gratis
di lokasi tertentu. Ringkas kata, pola pikir kita harus berubah dapat
memandang kendaraan listrik yang merupakan masa depan bagi kita. Sungguh,
kita pun jadi bertanya-tanya ketika berpergian dengan sepeda motor listrik
pada sebuah perusahaan aplikasi transportasi daring. Mengapa tarifnya lebih
mahal dibanding naik sepeda motor konvensional? Bukankah lebih murah biaya
operasionalnya? Biaya operasional skuter hingga mobil listrik yang
lebih murah menjadi kabar baik untuk kita semua. Hasil liputan jurnalisme
data Harian Kompas pada bulan Maret 2022 mengungkap fakta bahwa warga kini
menghabiskan lebih dari 20 persen dari pendapatan tetap mereka untuk belanja
transportasi. Padahal, Bank Dunia sudah mematok angka ideal 10 persen bagi
belanja transportasi. Dengan sejumlah keuntungan dari kendaraan listrik
maka sungguh menjadi pertanyaan bila migrasinya kemudian sangat lamban.
Evaluasi terus-menerus dan aksi nyata sebaiknya terus dilakukan untuk
mendorong migrasi ke kendaraan listrik. ● Sumber :
https://www.kompas.id/baca/opini/2022/10/24/memanjakan-pengguna-kendaraan-listrik |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar