PENDIDIKAN ERA 4.0
Humanisasi Pendidikan pada Era 4.0
Oleh : AIRLANGGA PRIBADI KUSMAN
KOMPAS, 3 Desember 2019
Tujuan
pendidikan nasional bukanlah sekadar menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk
menghadapi tantangan ekonomi global. Hal yang lebih penting dalam rangka
mengantisipasi revolusi teknologi 4.0 adalah penanaman nilai-nilai kemanusiaan
yang di dalamnya pendidikan demokrasi, solidaritas terhadap yang berbeda, dan
kemampuan berpikir kritis menjadi prioritas di dalamnya.
Seperti
diutarakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), salah satu arah utama dari
pembangunan Indonesia ke depan adalah penyiapan SDM Indonesia dalam rangka
mengantisipasi perubahan sosial pada era revolusi teknologi 4.0. Kebijakan
pendidikan oleh Presiden diawali dengan mengangkat Nadiem Makarim, salah satu
pengusaha bisnis digital yang sukses, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud).
Sampai
sejauh ini yang dipersoalkan terkait kebijakan pendidikan ini, apakah Nadiem
sebagai pebisnis berbasis teknologi digital lebih pantas dibandingkan para
expert ataupun pakar pendidikan lainnya untuk menduduki jabatan menteri. Dalam
konteks Indonesia menyongsong era revolusi teknologi 4.0 bukan itu pokok
masalahnya. Pada era digital 4.0 menurut Heimans dan Timms (2018) dalam New
Power, kalangan pakar harus berbagi dalam kerja kolaborasi dengan para kreator
untuk mengkreasi pengetahuan.
Persoalan
utama terkait arah baru kebijakan pendidikan nasional dalam rangka menyongsong
guncangan revolusi teknologi 4.0, apakah pendidikan nasional semata-mata hanya
ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan SDM yang siap pakai dalam
persaingan global atau ada tujuan lain yang lebih mulia.
Bahwa pokok
perhatian pada pembangunan SDM pada hakikatnya adalah membangkitkan potensi kemanusiaan dari peserta didik
terkait daya cipta dan imajinasi yang kaya dalam otonomi dan kemerdekaan
kehendaknya. Pendidikan yang memiliki tujuan kemanusiaan yang menurut pujangga
besar India, Rabindranath Tagore (1929), dalam Ideals of Education maupun Ki
Hadjar Dewantara (1922) saat mendirikan Taman Siswa sebagai jalan pembebasan
manusia.
Sebagai
wahana, selain memperlakukan manusia melampaui makhluk ekonomi dengan
kepentingannya, juga menyentuh jiwa kemanusiaan dengan segenap daya kreasi,
rasa empati, dan otonomi individu untuk terhubung dengan dunia dengan cara yang
halus, kompleks dan kaya. Pendidikan yang akan membawa peserta didik memandang
yang lain tidak hanya sebagai alat yang dapat dimanipulasi untuk
kepentingannya, tetapi sebagai manusia merdeka yang siap berkolaborasi untuk
kebaikan bersama.
Problem sosial 4.0
Pertanyaan
selanjutnya apakah relevansi dari ajaran pendidikan satu abad yang lampau itu
bagi penyiapan SDM Indonesia menyongsong gelombang revolusi teknologi 4.0? Di
sini diskusi soal pendidikan kerap kali terjebak dalam benturan diametrikal
yang membenturkan antara pendidikan untuk menyiapkan SDM dalam orientasi ekonomi
vis a vis pendidikan dalam ranah sosial menuju insan paripurna.
Sesungguhnya
dua hal itu bukanlah sesuatu yang harus dilihat secara kontradiktif. Pendidikan
yang berorientasi pada tuntutan ekonomi pasar harus didampingi dengan
pendidikan yang membangunkan kesadaran sosial peserta didik untuk memiliki
kepekaan terhadap yang lain (the other), menempatkan manusia yang lain secara
setara (equality) dan bersikap kritis terhadap berbagai ketimpangan di sekitar
kita.
Patut
direnungkan secara mendalam, bahwa seperti halnya pada awal revolusi industri
200 tahun yang lalu, maupun awal teknologi informasi sekitar setengah abad yang
lalu, revolusi digital 4.0 juga membawa implikasi-implikasi sosial yang
memerlukan wawasan imajinasi sosial yang kaya dan kedalaman hati manusia untuk
menanggapinya. Merebaknya ujaran
kebencian yang menunggangi lalu lintas informasi melalui reproduksi hoaks di
media sosial adalah efek buruk dari revolusi digital 4.0.
Demikian
pula disrupsi sosial berskala tektonik yang menghancurkan corak ekonomi
konvensional berskala masif adalah efek dari perkembangan teknologi digital.
Tantangan lain yang menyongsong kita dan menjadi keresahan dunia adalah
kembalinya era authoritarian turn, ketika perkembangan teknologi digital juga
menghadirkan ancaman politik, saat kontrol negara orwellian kepada masyarakat
yang berpotensi melemahkan jaminan negara atas hak sipil dan politik.
Apabila
kesemua hal itu tidak diperhatikan dalam pengarusutamaan kebijakan pendidikan
baru pada era revolusi teknologi 4.0, kita akan menyaksikan polarisasi sosial
berbasis kebencian yang menghancurkan prinsip kolaborasi, tatanan sosial yang
menghasilkan segelintir orang-orang kaya baru di tengah lautan mayoritas warga
yang terpinggir atau lapisan kelas menengah yang takut jatuh ke jurang
kemiskinan (precariat middle class), maupun tatanan demokrasi yang terancam
goyah menuju titik nadirnya.
Sehingga,
alih-alih kita menuju kejayaan negeri di tahun 2045, format pendidikan yang
melupakan dimensi sosial-kemanusiaan akan membawa kita menuju negara yang gagal
(failed state).
Relevansi pendidikan humanis
Apabila
dirumuskan secara lebih sederhana, pendidikan yang menggali kekayaan jiwa
manusia adalah pendidikan yang menumbuhkan budi pekerti. Dalam pedagogi yang
menyentuh jiwa, arah pendidikan nasional hendaknya membawa peserta didik untuk
masuk dalam perjumpaan konkret dengan mereka yang tidak saja berbeda, tetapi
juga marjinal dan terasing dalam arus perubahan. Pendidikan yang mampu
mengantarkan manusia Indonesia untuk mampu mendengarkan narasi dari mereka yang
miskin dan terpinggir.
Dalam
pendidikan yang menyentuh jiwa, keilmuan tidak saja menjadi penting karena
menawarkan sisi kepraktisannya, tetapi juga mempertajam nalar kritis-analitik
yang mampu mengoreksi problem pengelolaan negara, maupun masuk pada penghalusan
adab dan rasa melalui pendalaman seni dan sastra.
Sehingga,
menyongsong era revolusi teknologi 4.0, negeri ini mampu tetap mengaktualkan
seruan Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah membuka batin untuk
merasa, menyalakan rasio untuk mencipta dan memerdekakan diri untuk bertindak.
(Airlangga Pribadi Kusman, Pengajar
Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga, CEO Initiative Institute)
numpang promote ya min ^^
BalasHapusHayyy guys...
sedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
di DEWAPK agen terpercaya di tunggu lo ^_^
BalasHapus===Agens128 bagi uang Tunai===
Pakai Pulsa Tanpa Potongan
Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
Game Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
WhastApp : 0852-2255-5128
Agens128Agens128