Minggu, 29 Desember 2019

NATAL

NATAL

Oleh :  SAMUEL MULIA

KOMPAS, 22 Desember 2019


Sekian tahun lamanya saya terhanyut dengan semua itu dan baru tahun ini saya merasa terlalu lebay menyambutnya. Saya mendengar lagu Natal berjudul ”The Most Wonderful Time of The Year”, kemudian ada kalimat yang pernah saya baca it is the season to care. Semuanya membuat saya jadi baperan.

Tetapi kemudian saya mulai berpikir, memangnya sebelas bulan itu tidak wonderful? Atau tidak the most wonderful? Bukankah the most wonderful itu bukan soal bulannya, melainkan setiap momen sepanjang tahun yang membuat saya merasa berbahagia lahir batin?

Terus apakah yang dimaksud the most wonderful time itu artinya sama dengan waktu yang membuat kita tertawa, lega, naik kelas, dapat untung, bisa menyelundup tanpa ketahuan? Ataukah the most wonderful time itu adalah ketika saya mengetahui bahwa saya terkena penyakit yang mematikan?

Atau waktu terindah itu adalah saat terjadinya kebangkrutan usaha saya, atau kematian orang yang saya cintai, atau patah hati karena mudah dibohongi pemberi harapan palsu? Atau merayakan Natal dengan hati yang berbeban berat entah apa pun penyebabnya?

Bukankah dengan penyakit yang saya derita, kebangkrutan yang saya alami, masuk penjara dan kehilangan jabatan, patah hati yang saya rasakan, utang yang belum lunas dicicil, dapat membuat saya menjadi lebih dewasa, lebih belajar, lebih matang, lebih berhati-hati.

Berhati-hati jatuh cinta dan berhati-hati dalam meminjam uang dan berhati-hati dalam segala hal. Bukankah ketika saya bisa mengalami semua itu, saya mengerti artinya keterpurukan dan membuat saya mampu menjadi seorang yang tidak pengecut untuk lari dari harga yang harus saya bayar?

Bahkan, ketika saya belum menemukan solusi atas semua problem itu, saya dapat bercerita kepada orang lain untuk lebih berhati-hati dalam segala hal yang akan mereka lakukan. Mungkin dengan saya mampu membagi pengalaman itu, orang lain yang mendengarkan tak jadi menyerah dan tak berputus asa?

Sumber sukacita

Bukankah saya bisa menasihati bahwa saya sendiri pernah terpuruk? Dan bukankah nasihat itu akan lebih bernilai ketimbang nasihat yang hanya keluar dari mulut untuk menghibur tanpa pernah merasakan keterpurukan? Tidakkah semua itu menjadi the most wonderful time dalam hidup saya?

Bahwa sekali dalam hidup, saya ternyata bisa membantu orang lain untuk tidak menyerah bahkan ketika saya sendiri sedang dalam kancah pergumulan? Bukankah itu sebuah waktu terindah terutama untuk saya yang selama bertahun lamanya hanya memikirkan diri sendiri, dan sekarang bisa memikirkan kebutuhan orang lain?

It is season to care! Memangnya sebelas bulan lainnya tak perlu care? Mengapa bulan ini jadi harus terasa khusus untuk peduli dengan orang? Ataukah yang sebelas bulan lalu saya tetap peduli, tetapi kalau Desember pedulinya diduakalikan atau ditigakalikan atau dikalikan berapa saja?

Dua kali lebih peduli, tiga kali lebih tersenyum, empat kali lebih menyumbangkan dana. Oh… maaf. Mungkin kalau menyumbangkan dana, saya kira dua kali saja cukup. Empat kali sepertinya terlalu berlebihan. Katanya semua yang berlebihan tidak baik, bukan? Kalaupun mau diempatkalikan atau yang berlebihan sebaiknya pada aktivitas yang lain saja, pokoknya jangan soal uang.

Dan yang terakhir, saya merasa mengapa saya selalu jatuh pada hal-hal yang lebay kalau Natal tiba. Saya mencari sukacita pada benda mati. Memasang pohon natal, ada lampu berkerlip, ada salju buatan, ada hadiah, mendengarkan suara Mariah Carey yang setahun sekali wajib didengarkan.

Mengapa sepanjang tahun, saya tak terpikir untuk menjadikan saya sendiri sumber sukacita untuk diri sendiri dan orang lain? Mengapa sepanjang tahun, ketika orang melihat saya atau bertemu dengan saya, mereka tak bisa merasakan sebuah pertemuan yang membuat mereka mengatakan it is the most wonderful time?

Terus kalau saya mengalami masalah seperti yang saya tuliskan di atas, apakah saya kemudian tidak bisa menjadi sumber sukacita? Saya teringat kepada salah satu teman ibu saya yang mengatakan bahwa ibu saya masih bisa menyemangati orang lain, bahkan ketika ia tengah berbaring di ranjang kematiannya, karena kanker payudara yang dideritanya.


Kalau saya bisa bertahan dalam badai, dan tetap menunjukkan terang seperti lampu natal dan semangat untuk tidak menyerah, bukankah itu sebuah sukacita yang terindah? Hingga pada akhirnya, waktu terindah itu, waktu untuk peduli dengan orang lain itu, ada di sepanjang tahun, dan bukan hanya pada bulan tertentu, sebab sumber sukacita itu ada di dalam saya dan Anda, yang mampu menjadi kekuatan di tengah badai yang belum pasti berlalu itu. ***

1 komentar:

  1. ayo menangkan uang setiap harinya di agen365*com
    WA : +85587781483

    BalasHapus