Minggu, 29 Desember 2019

Belajar dari Pengalaman Negatif

PSIKOLOGI
Belajar dari Pengalaman Negatif

Oleh :  KRISTI POERWANDARI

KOMPAS, 21 Desember 2019 03:47 WIB


Menjelang tutup tahun 2019, marilah kita renungkan apa saja yang telah terjadi dan telah kita lakukan dalam satu tahun terakhir. Menarik bahwa ternyata kita jauh lebih banyak belajar mengenai diri sendiri, orang lain, dan kehidupan, dari kesulitan-kesulitan yang kita alami, bukan dari keberhasilan.

Pengalaman titik balik memiliki sisi obyektif dan subyektifnya. Komponen obyektifnya menyangkut adanya perubahan yang memerlukan adaptasi atau perubahan. Sementara itu, sisi subyektifnya adalah pada bagaimana kita menghayati dan merespons perubahan yang terjadi. Kesulitan hidup atau pengalaman psikologis yang menjadi titik balik dapat tampil dalam berbagai bentuk, seperti kematian pasangan hidup, kehilangan pekerjaan dan karier, mengalami sakit serius, atau hal lain.


Dalam ”Turning Points as Opportunities for Psychological Growth”, Elaine Wethington (2003) melaporkan penelitian dengan data survei dari 3.032 partisipan di Amerika Serikat. Penelitian juga menyediakan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara telepon pada responden yang dipilih acak dari partisipan survei.

Aspek jender

Dari laporan responden penelitian, keberhasilan sedikit saja menyumbang terhadap pembelajaran diri. Keberhasilan tidak memberikan pembelajaran apa-apa mengenai hal yang mengecewakan dan harus diperbaiki dari diri sendiri (0 persen) dan hanya sekitar 2 persen hingga 5 persen mengaku belajar tentang hal positif dari diri dari pengalaman keberhasilan.

Partisipan yang berusia 25-54 tahun melaporkan lebih banyak temuan pembelajaran mengenai diri daripada kelompok usia lain. Perempuan secara umum melaporkan lebih banyak pengalaman titik balik, sekaligus menemukan kesadaran mengenai hal-hal yang mengecewakan dari diri sendiri maupun hal-hal positif tentang diri yang tidak disadari sebelumnya.

Aspek jender lain juga cukup terlihat. Misalnya, melalui keterlibatan pada pengasuhan dan hubungan antargenerasi, laki-laki merasa jauh lebih banyak belajar mengenai sisi-sisi positif diri (19 persen) dibandingkan perempuan (9 persen). Ini tampaknya karena peran mengasuh dan merawat sudah menjadi peran yang ditekankan pada perempuan, sementara pada laki-
laki, hal tersebut adalah hal baru dan ternyata dirasakan sangat rewarding.

Laki-laki juga jauh lebih menemukan sisi-sisi mengecewakan dari diri terkait kerja dan karier dibandingkan perempuan (22 persen laki-laki dibandingkan 8 persen perempuan). Ini menjelaskan soal tuntutan dan stres peran jender tradisional laki-laki untuk lebih mengutamakan kerja dan karier. Terkait itu, meski semua hanya sedikit saja merasa belajar dari keberhasilan, masih lebih banyak laki-laki yang merasakan pembelajaran dari keberhasilan daripada perempuan (4,6 persen laki-laki dan 2,4 persen perempuan).

Menarik bahwa dari masalah perkawinan dan relasi seksual yang dialami, ada data yang njomplang antara perempuan dan laki-laki, yakni jauh lebih sedikit laki-laki yang merasa belajar mengenai sisi-sisi diri yang harus diperbaiki maupun sisi diri yang sudah positif (8,5 dan 2,3 persen), dibandingkan perempuan (17,6 persen dan 15,8 persen).

Tidak jelas bagaimana kita dapat memaknai temuan ini: apakah karena perempuan, seperti kita yakini selama ini, menempatkan persoalan perkawinan dan relasi sebagai hal yang sangat penting dan karena itu sangat memengaruhi dalam hidup?

Kesulitan dan pengalaman negatif

Ketika kita menyadari adanya hal-hal negatif atau mengecewakan tentang diri, yang umumnya dirasakan adalah perasaan gagal, atau menurunnya penilaian terhadap diri sendiri. Untunglah bahwa pada umumnya kita justru lebih banyak belajar dari kesulitan sehingga kekecewaan pada diri itu juga dikompensasi oleh munculnya kesadaran-kesadaran baru yang positif.

Kesadaran baru yang muncul adalah tentang adanya ”pertumbuhan psikologis” yang dapat terjadi karena pengalaman kesulitan hidup, serta tentang kekuatan diri untuk mampu mengatasi masalah. Kita juga sekaligus mempelajari mengenai bagaimana dapat menghindari persoalan yang sama di masa-masa selanjutnya.

Terkait hal itu, adanya sejarah pernah mengalami depresi umumnya juga akan kita catat sebagai salah satu peristiwa titik balik. Ini karena depresi adalah suatu keadaan atau pengalaman sangat sulit, yang menuntut kita untuk menemukan strategi pengelolaan diri untuk dapat mengatasinya.

Mayoritas responden melaporkan pembelajaran positif dari peristiwa tidak menyenangkan yang dialami ataupun dari kesadaran baru mengenai hal-hal mengecewakan dari diri. Beberapa hal yang disampaikan antara lain kesadaran akan lebih pentingnya berpikir mengenai perubahan positif untuk jangka panjang, kemampuan untuk keluar dari situasi atau dari komitmen yang dirasakan kurang positif. Juga belajar menemukan hal lebih penting dalam hidup, mampu menguasai diri dan atau situasi sulit.

Responden juga menyebutkan makin meningkatnya kepercayaan diri, kemampuan menghadapi tekanan, hingga dialaminya pembaruan spiritualitas. Ada kesadaran baru mengenai nilai-nilai hidup, misalnya ”uang itu bukan segala-galanya”, ”ada yang lebih penting dalam hidup daripada yang kemarin saya kejar-kejar”, ”hubunganku dengan ibuku di masa lalu kurang baik, tetapi sekarang saya sungguh menyadari kasih sayang ibuku dan aku sangat bersyukur dapat merawatnya di akhir hidupnya”. Hampir semua menyampaikan bahwa kesulitan hidup menyebabkan ”kita menjadi lebih kuat”.

Seperti telah disampaikan, kita lebih banyak belajar dari kesulitan hidup, yang akan menghadirkan pengetahuan baru mengenai diri sendiri dan kehidupan, mengajari kita mengenai bagaimana mengelola situasi, dan menumbuhkan nilai-nilai hidup baru yang perlu lebih diprioritaskan.


Oleh karena itu, jika ada hal-hal buruk atau kesulitan yang kita alami di tahun ini, tidak apa-apa. Kita belajar agar ke depan kita menjadi lebih baik lagi. Selamat hari Natal bagi pembaca yang merayakannya, dan selamat tahun baru untuk kita semua. ***

4 komentar:

  1. ayo daftarkan diri anda di 4g3n365*c0m :D
    WA : +85587781483

    BalasHapus
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus