Rabu, 04 Desember 2019

Nasib ”Ngenes” Generasi Agnez

REFLEKSI KEINDONESIAAN
Nasib ”Ngenes” Generasi Agnez

Oleh :  RADHAR PANCA DAHANA

KOMPAS, 3 Desember 2019


Sebenarnya apa itu ”darah Indonesia”, indonesian blood, istilah yang diaku tak dimiliki penyanyi Agnez Mo(nica) dan membuatnya viral di media sosial nasional? Seperti apa ”darah” itu? Bagaimana riwayat atau contoh-contohnya? Atau… memangnya ada ”darah Indonesia” itu?

Dalam banyak kesempatan keliling negeri, bertemu dengan mahasiswa atau generasi ”Y” yang juga diwakili Agnez Mo, saya mendapati banyak kenyataan yang tidak serupa kasusnya, tetapi sebentuk dalam makna atau substansinya. Ketika saya bertanya satu per satu muasal etnik mereka, setidaknya orangtua mereka, dengan tegas mereka memberikan jawaban. Termasuk jika orangtuanya berasal dari (sub)etnik yang berbeda.

Namun, ketika saya tanyakan masing-masing, apa arti atau makna dari (sub)etnik yang bersangkutan, tak satu pun dapat menjawab, terlebih secara adekuat atau meyakinkan, bahkan bagi dirinya sendiri. Umumnya jawaban pendek dan berisi data sangat ringkas yang bersifat geografis atau administratif. Namun, (sub)etnik sebagai identitas, sebagai sebuah nebula gagasan, sebagai khazanah adat atau budaya (semacam) apa, seluruh peserta mengakui: tidak paham.

Namun, (sub)etnik sebagai identitas, sebagai sebuah nebula gagasan, sebagai khazanah adat atau budaya (semacam) apa, seluruh peserta mengakui: tidak paham.

Karena berbagai sebab, antara lain pendidikan formal yang sangat berorientasi pada kecerdasan material (saintifik), serbuan dan internalisasi gaya hidup hingga budaya global yang kian kuat belakangan, perubahan yang terjadi pada lingkungan, rumah tangga, hingga perilaku lembaga atau figur penting yang kian meninggalkan adab, membuat generasi ”Agnez Mo”, bahkan juga di atasnya (”X”), mengalami amnesia total secara kultural.

Inilah yang mungkin sejak lama para tetua di Jawa prihatin pada generasi penerusnya yang tetap ”wong jowo… ning ilang jawane”. Situasi yang berlaku pada orang Batak yang hilang kebatakannya dan seterusnya. Maka, secara sederhana, saya memberikan imbauan mengikuti kenyataan aktual di atas, untuk mereka kembali pada akar budaya atau tradisinya itu, pada realitas primer atau primordialnya. Mengenali kembali watak, aturan, hingga penyikapan terhadap hal-hal baru yang selalu datang dan terbiasa dijadikan sumber penyegaran ”adab” oleh para leluhur di adat mereka masing-masing.

”Tapi kita, kan, sekarang Indonesia, Pak?” sergah seseorang. ”Mengapa kita harus balik ke dunia primordial, bukan justru menegaskan adab dan budaya Indonesia kita?” Dengan sedikit pengantar, entah dimengerti atau tidak, dengan baik, saya menjawab sergahan dan pertanyaan itu dengan sebuah pernyataan tegas, ”Maaf saja, yang namanya (ke)budaya(an) Indonesia itu tidak, sekurangnya, belum ada.”

Arti ”Indonesia”

Indonesia ada selama ini, mari kita jujur, masih sebagai penamaan atau ”identitas” dari sebuah negara (modern) baru. Dan, bisa dilekatkan pada perangkat-perangkat kenegaraan yang tercipta menyusul dari proklamasi negara baru itu. Termasuk bahasa. Tapi adat dan budaya, sejak Polemik Kebudayaan awal 1930-an dulu hingga hari ini, belum ada kejelasan identifikatif, formulatif, atau definitif. Belum ada yang mampu, tepatnya kita belum mampu.

Kalaupun kita bisa mengatakan ”saya Indonesia” sebagai sebuah acuan identitas, tetap saja kita tidak mampu menjawab apa yang disebut identitas itu, apa makna ”Indonesia” itu. Kecuali, sekali lagi, deskripsi pendek tentang realitas geografis atau administratif yang notabene adalah batasan atau acuan politis sebagai implikasi dari fakta modern bangsa-bangsa di Nusantara menjadi sebuah negara.

Jadi, sebagaimana pemaknaan ”adab” atau ”budaya Indonesia” yang masih kabur (entah larinya ke mana), istilah atau yang dianggap acuan oleh Agnez Mo sebagai ”darah Indonesia” itu juga absurd, alias tidak eksis.

Ketika ada seorang migran dari Arab, China, India, atau mana pun negeri asing berdiam turun-menurun di negeri ini, kawin-mawin dengan sesama anggota puak atau etniknya saja, apakah mereka ”orang Indonesia”?

Secara kategoris-politis: betul. Namun, secara etnik, mereka tetap teguh pada identitas etnikalnya yang Arab, India, atau China. Apa mereka punya ”darah Indonesia”? Yang pasti, jika merujuk atau mengacu etniknya, mereka berdarah ”China”, ”Arab”, atau ”India”. Seperti Agnez yang mengaku darahnya campuran: Jerman, Jepang, dan China. Apa pun darah itu, kita menerima mereka sebagai bagian dari organisme bangsa ini, mereka adalah ”Kita”. Hendak secara modern disebut ”orang Indonesia”, monggo kerso, fain-fain saja.

Apakah mereka minoritas, seperti diaku Agnez juga banyak kalangan lain? Posisinya mungkin sama dengan 400 suku di Papua, yang jumlahnya masing-masing sangat sedikit, jauh lebih sedikit ketimbang ”darah asing” orang-orang Indonesia di atas. Sama minornya dengan suku Dayak, suku Gayo, suku Solor, dan seterusnya. Bisa jadi seluruh penghuni negeri ini adalah minoritas, setidaknya jika berhadapan dengan suku Jawa yang dominan dalam jumlah itu.

Jadi, apa masalahnya dengan jumlah sedikit yang secara peyoratif disebut dengan istilah antropologis-sosiologis ”minoritas”? Kenapa harus terjebak, bahkan berprasangka dengan kategorisasi ilmu sosial yang punya kegunaan berbeda di negeri asalnya.

Dalam adab ”asli” negeri ini yang Bahari, tidak dikenal itu istilah mulai dari definisi, peran, hingga fungsi ”minoritas”. Banyak atau sedikit itu bukan masalah, kita sama, karena egaliterianisme di Bahari itu niscaya. Yang menentukan strata seseorang di adab kita ini adalah prestasi atau rekam jejaknya lewat amal atau kemaslahatannya di tengah publik.

Alien(asi) Agnez

Jelaslah bagi kita sekarang, Agnez Mo bukan menafikan atau mengingkari apalagi mengkhianati keindonesiaannya, sebagai fakta sosiologis, historis, hingga politis. Yang terjadi padanya adalah ketidakpahaman tentang makna kultural dari dirinya sendiri. Kekeliruan paham bentuk peradaban hingga ia menjadi sumber identitas seseorang.

Pertanyaan menarik: mengapa penyanyi cantik yang konon punya range suara di tingkat whistle itu, tidak paham? Tentang dirinya, adabnya, hingga budaya yang membesarkannya di negeri ini? Jawaban termudah: ia mendapat pendidikan, dan pengajaran di dalamnya, yang tidak mendekatkan—jika tidak kita bilang menjauhkan atau mengalienasi—dia, juga generasinya, dari kenyataan budaya yang ada padanya. Maka, ia mungkin berbudaya, tetapi tidak tahu dan tidak mampu menjelaskan budayanya sendiri.

Agnez menjadi simbol atau wakil dari generasi yang copot dari akarnya, yang sayangnya akar yang ditinggalkannya itu punya ubi yang gemuk dan gurih.

Maka, sebaiknya siumanlah para penanggung jawab pendidikan di negeri ini, dari banyak kabinet dan pemimpinnya, bagaimana sukses program pendidikan yang sangat mahal itu, adalah membuat ”urang Sunda leungit sundana”. Sukses menciptakan generasi-generasi yang kini menjadi pengisi utama etalase kebudayaan mutakhir dengan perilaku ajaib mereka, yang degil, mengerikan, telengas, inhuman, dan banyak contoh yang hampir tak ada presedennya dalam sejarah kebudayaan, peradaban di negeri ini.

Saya kurang paham, apakah situasi ini, salah satu situasi atau problema kritis dan darurat mahakompleks ini, bisa diselesaikan dalam satu ronde saja? Biarpun dengan terobosan teknologis luar biasa, berbasis teknologi komputasi, internet, atau aplikasi, misalnya? Kita semua tahu, siapa yang bertanggung jawab untuk menjawab ini pada akhirnya.


(RADHAR PANCA DAHANA, BUDAYAWAN)

4 komentar:

  1. numpang promote ya min ^^
    Hayyy guys...
    sedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
    dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
    di DEWAPK agen terpercaya di tunggu lo ^_^

    BalasHapus
  2. Halo semuanya, Nama saya Siska wibowo saya tinggal di Surabaya di Indonesia, saya seorang mahasiswa, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman untuk sangat berhati-hati karena ada banyak perusahaan pinjaman penipuan dan kejahatan di sini di internet , Sampai saya melihat posting Bapak Suryanto tentang Nyonya Esther Patrick dan saya menghubunginya melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)

    Beberapa bulan yang lalu, saya putus asa untuk membantu biaya sekolah dan proyek saya tetapi tidak ada yang membantu dan ayah saya hanya dapat memperbaiki beberapa hal yang bahkan tidak cukup, jadi saya mencari pinjaman online tetapi scammed.

    Saya hampir tidak menyerah sampai saya mencari saran dari teman saya Pak Suryanto memanggil saya pemberi pinjaman yang sangat andal yang meminjamkan dengan pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp200.000.000 dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau tekanan dengan tingkat bunga rendah 2 %. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa rekening bank saya dan menemukan bahwa nomor saya diterapkan langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan atau kekecewaan, segera saya menghubungi ibu melalui (estherpatrick83@gmail.com)

    Dan juga saya diberi pilihan apakah saya ingin cek kertas dikirim kepada saya melalui jasa kurir, tetapi saya mengatakan kepada mereka untuk mentransfer uang ke rekening bank saya, karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres atau penundaan.

    Yakin dan yakin bahwa ini asli karena saya memiliki semua bukti pemrosesan pinjaman ini termasuk kartu ID, dokumen perjanjian pinjaman, dan semua dokumen. Saya sangat mempercayai Madam ESTHER PATRICK dengan penghargaan dan kepercayaan perusahaan yang sepenuh hati karena dia benar-benar telah membantu hidup saya membayar proyek saya. Anda sangat beruntung memiliki kesempatan untuk membaca kesaksian ini hari ini. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman, silakan hubungi Madam melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)

    Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (siskawibowo71@gmail.com) jika Anda merasa kesulitan atau menginginkan prosedur untuk mendapatkan pinjaman

    Sekarang, yang saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman bulanan yang saya kirim langsung ke rekening bulanan Nyonya seperti yang diarahkan. Tuhan akan memberkati Nyonya ESTHER PATRICK untuk Segalanya. Saya bersyukur

    BalasHapus

  3. ===Agens128 bagi uang Tunai===

    Pakai Pulsa Tanpa Potongan
    Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
    Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
    Game Populer:
    =>>Sabung Ayam S1288, SV388
    =>>Sportsbook,
    =>>Casino Online,
    =>>Togel Online,
    =>>Bola Tangkas
    =>>Slots Games, Tembak Ikan
    Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
    || Online Membantu 24 Jam
    || 100% Bebas dari BOT
    || Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA

    WhastApp : 0852-2255-5128
    Agens128Agens128

    BalasHapus
  4. Hari yang baik untuk semua warga negara Indonesia, nama saya Nurul Yudianto, tolong, saya ingin berbagi kesaksian hidup saya yang sebenarnya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman pinjaman di internet

    Setelah beberapa waktu berusaha mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus ditolak, saya memutuskan untuk mengajukan pinjaman secara online tetapi saya curang dan kehilangan Rp18,7 juta, kepada seorang wanita di saudi arabia dan Nigeria.

    Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan teman saya Nyonya Rika Nadia (rikanadia6@gmail.com) yang kemudian memperkenalkan saya kepada Lady Esther, manajer Cabang dari Access Loan Firm, sehingga teman saya meminta saya untuk mendaftar dari LADY ESTHER, jadi saya Menjerit dituangkan dan dihubungi LADY ESTHER. melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)

    Saya mengajukan pinjaman sebesar Rp250 juta dengan suku bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan untuk pengalihan pinjaman, saya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari satu setengah jam uang pinjaman telah dimasukkan ke dalam rekening bank saya.

    Saya pikir itu adalah lelucon sampai saya menerima panggilan dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan jumlah Rp250 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan telah menjawab doa-doa saya dengan buku pinjaman dengan pinjaman asli saya, yang telah memberi saya keinginan hati saya.

    Semoga Tuhan memberkati LADY ESTHER untuk mewujudkan kehidupan yang adil bagi saya, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. LADY ESTHER melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) atas pinjaman Anda

    Akhirnya saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena meluangkan waktu untuk membaca kesaksian hidup saya yang sebenarnya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (nurulyudianto2@gmail.com) Salam

    BalasHapus