RENUNGAN NATAL
Sejarah Tuhan Kisah Manusia
Oleh : HARYATMOKO
KOMPAS, 24 Desember 2019
Karl Kohlhase, dalam lagu ”Glory to God in the Highest”,
melukiskan kelahiran Yesus (Isa Almasih) dengan ungkapan ”Kemuliaan bagi Tuhan
di tempat yang mahatinggi, dan damai di bumi bagi umat-Nya”. Lirik itu fasih
memaknai kelahiran Yesus: Tuhan mewahyukan diri mencipta damai di Bumi rinduan
umat-Nya.
Maka, memutlakkan suatu penafsiran berbahaya dan bisa
fatal. Makna ’kemuliaan Tuhan’ yang tiada batas itu harus rela menemukan
ilustrasi nyata yang berkisah tentang hubungan sesama manusia. Tuhan Yang
Mahamulia menjelma dalam sosok riil yang solider dan peduli akan situasi
kemiskinan kita: Yesus lahir di kandang hewan.
Suasana kemiskinan kelahiran Yesus mengubah cara pandang
kita dalam ”memuji dan memuliakan Tuhan”. Tuhan tidak memerlukan pujian
manusia. Memuji dan memuliakan Tuhan justru terwujud ketika manusia
sungguh-sungguh hidup.
Ireneus meringkasnya menjadi Gloria Dei est vivens homo
(kemuliaan Tuhan adalah manusia yang sungguh-sungguh hidup). Manusia sungguh
hidup ketika menghayati hidup sesuai tujuan diciptakan: menjadi secitra dengan
Tuhan; Mahabaik, Mahakasih, dan Maharahim.
Kemanusiaan Yesus menggugat kesalehan orang-orang
munafik. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku ”Tuhan! Tuhan!” akan masuk
Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga (Matius
7: 21).
Apa artinya melakukan kehendak Tuhan? Tak lain adalah
peduli penderitaan sesama: Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi
Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku dalam
penjara, kamu mengunjungi Aku (Matius 25: 35).
Memahami penderitaan korban berarti membangun kedekatan
dengannya. Dengan menggugah tanggung jawab, korban memberi pembenaran akan
makna kebebasan.
Dengan demikian, peduli sesama membuat sejarah Tuhan
menjadi nyata dalam kisah-kisah manusia. Menolak membantu meringankan
penderitaan sesama berarti menutup diri terhadap kehendak Tuhan.
Martabat manusia sebagai citra Tuhan dilecehkan. Jadi,
apa pun pembenarannya, jika atas nama agama orang mengajarkan kekerasan,
kebencian, apalagi pembunuhan, berarti melecehkan sifat hakiki citra Tuhan.
Belarasa
lawan mistifikasi
Sebagai ironi terhadap kekerasan dan kebencian, kelahiran
Yesus dalam kemiskinan menyingkap perwahyuan Tuhan sebagai Agape
(cinta-belarasa). Tuhan mewahyukan diri dalam ingatan akan penderitaan mereka
yang dipinggirkan dan ditindas oleh narasi besar sukses yang sarat hasrat
kekuasaan. Melawan narasi besar ini, kelahiran-Nya mengetuk kepedulian dan
solidaritas manusia.
Teologi semacam itu menggugat teisme yang kental dengan
legitimasi kekuasaan. Maka, penggunaan konsep ’Tuhan’ dikritik sejauh hanya
untuk kepentingan politik. Tuhan sekadar kerangka proyek legitimasi kekuasaan.
Akibatnya, kisah-kisah manusia bukan lagi perpanjangan sejarah Tuhan karena
Tuhan dikesankan ikut campur melalui tindakan manusia yang haus kuasa.
Para pelaku kekerasan atas nama agama, menurut Nelson-
Pallmeyer, merasa dirinya menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang sedang
menghukum. Mereka masuk dalam proses mistifikasi kejahatan: tindakan mereka
seakan jasa atau prestasi.
Mistifikasi berakar dalam tradisi seakan Tuhan
menghendaki kekerasan dan seakan tersurat pada teks-teks suci. Dalam kekerasan
agama-agama, gambaran Tuhan adalah penghukum dan penganiaya. Ini bukan masalah
penafsiran.
Ada masalah yang lebih mendasar, bahwa kekerasan yang
seakan dikehendaki Tuhan dipakai untuk alat pembenaran kejahatan, kekerasan,
ancaman, balas dendam.
Nelson-Pallmeyer mempertanyakan jangan-jangan tradisi ini
adalah proyeksi manusia tentang hukuman dan balas dendam untuk pembenaran
kekerasan. Kekerasan Tuhan menjadi bagian dari kesucian-Nya sehingga menjadi
benar (Nelson-Pallmeyer, 2007: 43-44).
Kekerasan Tuhan disamarkan dalam rangka pertobatan.
Kategori kekerasan diterima sebagai fungsi korektif. Lalu penggunaan ancaman
Ilahi terhadap perilaku manusia dianggap sudah semestinya karena demi kebaikan manusia
sendiri (Nelson-Pallmeyer, 2007: 86). Akibatnya, pencarian kebenaran sangat
diwarnai kekerasan.
Tuhan menjadi dalih semua konflik dan alat pembenaran
kekerasan. Padahal, martabat manusia tidak bisa diinjak-injak dengan
mengatasnamakan Tuhan. Janganlah kekerasan menodai kisah manusia karena
mengingkari sejarah Tuhan: sejarah keselamatan yang membawa damai dan cinta.
Peduli
sesama
Menyambut Natal adalah ajakan memeluk cinta Tuhan dan
mencipta hidup damai. Cinta merupakan daya hidup, sedangkan kekerasan budaya
kematian. Yesus datang membawa cinta yang menyatukan: Sebab di mana dua atau
tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka
(Matius 18: 20). Meminjam kisah yang diceritakan Elie Wiesel (Nobel Perdamaian
1986), kutipan Matius di atas maknanya ’mencintai sesama berarti memuliakan
Tuhan’.
Wiesel menceritakan persahabatan dua orang pada zaman
Tsar di Rusia. Salah satu ditangkap polisi rahasia Tsar. Yang lain mengaku
sebagai pelaku kejahatan agar sahabatnya dibebaskan. Keduanya masuk penjara.
Mendengar kisah itu, Tsar memanggil keduanya. Ia berkata,
”Kalian dituduh subversif. Ancamannya hukuman mati. Tetapi saya terkesan dengan
persahabatan kalian. Kalian akan saya bebaskan asal saya boleh menjadi sahabat
ketiga.”
Jadi, jika kita saling mencintai atau peduli sesama,
Tuhan akan datang jadi sahabat ketiga kita. Jadi, berkumpul dalam nama Yesus
bukan hanya berdoa, tetapi saling berbagi dan peduli. Sejarah Tuhan menjadi
nyata dalam kisah manusia yang saling mencintai dan peduli.
Setiap agama mengemas pesan cinta dengan kekhasannya.
Namun, kekhasan agama seharusnya dimengerti dan dirasakan semua kelompok.
Kekhasan agama akan bermakna jika membuka dimensi universal kemanusiaan.
Luc Ferry, filsuf politik Perancis, mengusulkan proyek
perdamaian antaragama dengan gagasan ”universalitas konkret” (L Ferry, 1998:
246). Analogi universalitas konkret ialah karya seni, yang dianggap berhasil
jika sebagian besar orang menghargainya. Universalitas konkret adalah bentuk
hidup bersama yang khas, tetapi bermakna bagi seluruh manusia.
Agama-agama diundang untuk membuat hidup pemeluknya
sebagai karya seni, berarti ambil bagian dalam kehidupan bersama untuk memberi
makna bagi semua orang. Hidup sebagai karya seni berarti membuka akses ke yang
universal melalui otentifikasi khas dari agama: bentuk kebebasan yang mampu melepaskan
diri dari partikularisme.
Orang-orang seperti Mahatma Gandhi, Ibu Teresa, atau KH
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah ungkapan karya seni, wujud
universalitas-konkret itu. Universal karena tokoh-tokoh itu diterima dan
dihargai semua pemeluk agama serta golongan, dan konkret mengakar pada agama
masing-masing.
Harus kita kenang juga karya seni kemanusiaan Riyanto,
anggota Banser NU dari Mojokerto, Jawa Timur, pahlawan yang meninggal memeluk
bom untuk menyelamatkan umat Kristiani yang sedang merayakan Natal di Gereja
Ebenheizer, Mojokerto, 24 Desember 2000. Pengorbanannya menjadi bagian dari
sejarah Tuhan dalam menciptakan damai di Bumi.
Haryatmoko,
Dosen Di Universitas Sanata Dharma
menang berapapun di bayar
BalasHapusayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
WA : +85587781483
AJO_QQ poker
BalasHapuskami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856
Di RIKA ANDERSON LOAN COMPANY, kami menawarkan semua jenis bantuan kewangan kepada semua individu, kadar faedah kami adalah 2% setiap tahun. Kami juga memberikan nasihat dan bantuan kewangan kepada kami pelanggan dan pemohon Sekiranya anda mempunyai projek yang baik atau ingin memulakan perniagaan dan memerlukan pinjaman untuk membiayai dengan segera, kami dapat membincangkannya, menandatangani kontrak, dan kemudian membiayai projek atau perniagaan anda untuk anda bersama-sama dengan Bank Dunia dan Bank Industri.
BalasHapusKategori Perniagaan
Perniagaan Merchandising.
Perniagaan pembuatan
Perniagaan Hibrid.
Perniagaan tunggal
Perkongsian.
Syarikat.
Syarikat terhad.
pinjaman peribadi.
pinjaman pelaburan.
Pinjaman Pinjaman.
Kredit pemilikan rumah.
HUBUNGAN SYARIKAT PINJAMAN:
Laman web: rikaandersonloancompany.webs.com
E-mel: rikaandersonloancompany@gmail.com
Panggilan Pelanggan: +1 (323) 689-3663
Sembang Whatsapp: + 1-323-689-3663
Facebook: Rika Anderson Alfreda
Instagram: Rikaandersonloancompany.alfred
Twitter: @LoanRika
Ibu pejabat: 228 Park Ave S, New York, NY 10003-1502, Amerika Syarikat
Cukai / CAC /: 1095/0730/2028
Mahkamah Agung Daerah New York, NY9016 34001