Oedipus Versus Watugunung
Oleh : JEAN COUTEAU
KOMPAS, 8 Desember 2019
Masyarakat
tradisional mana pun di dunia selalu ”cerdas” ketika menciptakan mitos. Bila
ditelaah, setiap kisah mistis ternyata mengandung berbagai lapis arti. Sayang,
entah karena ditimbun aneka pengaruh ”luar” atau karena disalah-tafsir pengikut
agama-agama baru, adakalanya mitos-mitos itu tertelan begitu saja oleh sejarah.
Bahkan sebelum diolah atau ditafsir secara lengkap lapis-lapis maknanya.
Membicarakan
mitos-mitos di atas, berapa persen orang Jawa kini menyadari bahwa hari ini,
tanggal 8 Desember ini, adalah hari pertama dari wuku Sinta di kalender pawukon
Jawa, yang panjangnya 210 hari itu? Sedangkan kemarin, tanggal 7, adalah hari
terakhir dari wuku Watugunung dari pawukon sebelumnya?
Selain itu,
siapa di antara kalian, teman-teman di Jawa dan Jakarta, yang mengetahui bahwa
Watugunung adalah putra inses yang dipisahkan dari ibunya yang inses pula oleh
akhir siklus pawukon yang satu dan awal siklus pawukon yang baru? Siapa lagi
yang mengetahui bahwa cerita pemisahan ibu inses dari putranya yang inses
merupakan salah satu kisah induk dari Babad Tanah Jawa?
Ya,
kemungkinan cukup besar kalian tidak tahu. Sebab, cerita itu hampir-hampir
ditelan sejarah. Tetapi mungkin kalian diberi tahu oleh pers—karena berita dari
Bali adalah ikonik—bahwa kemarin, tanggal 7 itu, adalah Hari Saraswati di Bali,
yaitu hari untuk merayakan turunnya ilmu pengetahuan ke bumi.
Apa itu
pengetahuan? Pada dasarnya Kesadaran: yaitu bahwa manusia menjadi manusia penuh
ketika memantangkan hubungan seksual antara orangtua dan anaknya. Itulah dasar
kehidupan sosial. Cerita pantangan inses yang hampir dilupakan di Jawa ini
tetap hidup di Bali di bawah naungan Hindu—meskipun pasti lebih kuno dari
tradisi Hindu sendiri.
Cerita yang
memantangkan ibu berhubungan seksual dengan anak lakinya cukup menarik, kan?
Menarik karena khas Indonesia: ketika sang ibu, Dewi Sinta, menyadari bahwa dia
telah tidur dengan anaknya Watugunung—karena melihat bekas luka di kepala—apa
yang dilakukannya? Dia menggodanya untuk menyerang kahyangan. Tentu saja,
Watugunung dikalahkan oleh para dewa (Wisnu).
Tetapi
apakah ia dibunuh? Tidak, Watugununglah yang mengalah (sadar), untuk
selanjutnya dijadikan pelindung kalender (Pawukon) dan dipisahkan dari ibunya,
seperti diceritakan di atas, di ujung kalendar, hari yang dirayakan di Bali
sebagai Hari Saraswati (Kesadaran).
Kekalahan
Watugunung bermuara pada: larangan inses; pengaturan waktu (kalendar);
pengaturan kehidupan sosial melalui agama (hari raya kalendar). Dengan demikian
Watugunung menjadi penjaga kehidupan yang sadar waktu/sadar agama….
Hal terakhir
inilah yang menarik pada ajaran cerita Watugunung. Oleh karena bertolak
belakang dengan cerita serupa yang merupakan salah satu cerita kunci tradisi
Barat, yaitu cerita Oedipus, sebagaimana dikisahkan pengarang besar Yunani
kuno, yaitu Sophokles. Di dalam cerita klasik ini, Oedipus, seperti Watugunung,
juga ditakdirkan bersetubuh dengan ibunya tanpa menyadarinya.
Namun, usai
menyadari dia telah melakukan inses, dia tidak dicerahkan oleh agama—seperti
dilambangkan oleh Saraswati di Bali—dan tidak terjun di dalam ritual-ritual.
Dia sebaliknya membutakan diri, yaitu menolak memahami kutukan yang menimpa
diri. Apalagi ibunya Jocasta telah bunuh diri. Oedipus lalu pergi melanglang
buana mencari arti dipapah oleh putrinya Antigone.
Yang menarik
dalam perbandingan kedua tradisi di atas—tradisi Jawa-Bali di satu pihak (yang
kian terlupakan di Jawa) dan tradisi Barat di lain pihak, ialah cara
masing-masing menawarkan pemecahan atas masalah ”kutukan inses”. Melalui
Watugunung, solusi tradisi Jawa-Bali adalah: mencari penyelesaian melalui
pencerahan agama dan ritual Saraswati. Adapun melalui Oedipus, solusi Barat
adalah: merasa kehilangan semua makna (membutakan diri).
Sayangnya,
bila problem kemanusiaan ala Oedipus telah disadurkan menjadi sastra dan teater
adiluhung, kita masih menanti pengarang atau pegiat teater Indonesia yang akan
menerjemahkan rumus Watugunung di dalam karya besar, baik di dalam penyandingan
dengan Oedipus atau secara tersendiri. Saya menantinya. ***
===Agens128 Bandar Judi Online Free Coin===
BalasHapusPakai Pulsa Tanpa Potongan
Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
Game Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
WhastApp : 0852-2255-5128
Agens128 Agens128