Minggu, 06 Desember 2015

Kerja Sama Indonesia-AS untuk Iklim

Kerja Sama Indonesia-AS untuk Iklim

Rachmat Witoelar  ;  Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim
                                                      KOMPAS, 05 Desember 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Agenda Presiden Joko Widodo berkunjung ke Amerika Serikat sudah berlangsung Oktober lalu. Dalam dialognya dengan Presiden AS Barack Obama, dibahas permasalahan seputar ASEAN, terorisme, dan perubahan iklim.

Seperti halnya Amerika Serikat, perubahan iklim merupakan isu penting bagi Indonesia. Peran Indonesia sejak pelaksanaan pertemuan Konferensi Para Pihak (COP 13/CMP 3) di Bali pada 2007 telah diakui dunia sejalan dengan kebijakan nasional Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Saat ini, Indonesia telah pula menunjukkan peran penting dan kepemimpinannya dengan menyampaikan dokumen Intended Nationally Determined Contribution (INDC) sebagai bentuk partisipasi Indonesia dalam upaya global pengendalian perubahan iklim.

Dalam periode keduanya, Presiden Obama telah menyampaikan komitmen untuk memastikan partisipasi Amerika Serikat dalam upaya global yang sama. Komitmen ini mendapatkan sambutan baik dari berbagai pihak. Maka, berbagai inisiatif dan kerja sama baru telah dilakukan Pemerintah AS.

Kerja sama terkait penanganan dan pengendalian perubahan iklim antara Indonesia dan AS telah berjalan cukup lama di berbagai sektor. Sudah selayaknya kerja sama ini semakin ditingkatkan di masa datang.

Dialog di antara kedua kepala negara yang dilaksanakan menjelang pertemuan COP 21 di Paris itu merupakan momen historis yang tidak hanya memperkuat kerja sama bilateral kedua negara, tetapi juga memperkuat komitmen global dalam penanganan perubahan iklim melalui kepemimpinan masing-masing.

Pertemuan di AS itu juga akan meningkatkan momentum Agenda 2030, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan telah disepakati para pemimpin dunia untuk menghapus kemiskinan, melawan ketidakadilan, dan mengatasi perubahan iklim.

Tanggung jawab bersama

Sebelumnya, September lalu, telah dilaksanakan pertemuan tingkat Menteri untuk Energi dan Perubahan Iklim atau Major Economies Forum on Energy and Climate (MEF) di New York. Sebagai salah satu negara anggota MEF, Indonesia secara aktif terlibat dalam diskusi tersebut.

Saya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim memimpin Delegasi Indonesia dalam pembahasan yang mengangkat beberapa tema kunci, yaitu transparansi, tujuan jangka panjang, diferensiasi, dan pendanaan.

Dalam forum tersebut, mewakili Indonesia, saya mengemukakan pandangan Indonesia bahwa semua negara harus melakukan aksi untuk mengatasi perubahan iklim sesuai kondisi nasional dan prioritas pembangunan masing-masing.

Saya juga menyampaikan bahwa transparansi merupakan hal yang harus diterapkan, baik dari sisi pemberi dukungan maupun penerima dukungan, untuk pelaksanaan aksi. Hal ini penting dan mendasar karena itu perlu satu sistem transparansi yang tetap mengakomodasi fleksibilitas berdasarkan prinsip Common but Differentiated Responsibilties and Respective Capabilities (CBDR-RC).

Sebagai bagian dari pertemuan MEF, juga dilaksanakan sesi khusus Menteri Luar Negeri yang dipimpin Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry. Dalam kesempatan itu, saya menyampaikan pernyataan Menteri Luar Negeri RI Retno P Marsudi yang menekankan bahwa upaya penanganan dan pengendalian perubahan iklim ini harus dilihat bukan hanya dari pembedaan kewajiban semata, melainkan juga menekankan pentingnya tanggung jawab semua negara untuk melakukan aksi nyata.

Dengan demikian, CBDR-RC akan menjadi peluang bagi negara berkembang untuk berkontribusi secara signifikan, sementara negara maju tetap harus memimpin untuk melakukan aksi nyata yang lebih ambisius.

Hal ini sebetulnya telah terbukti, berbagai pemangku kepentingan di Indonesia, baik dari sisi pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat, telah melakukan berbagai upaya berdasarkan kemampuannya. Tanpa disadari, semua pihak turut bertanggung jawab untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim dan memanfaatkan peluang yang ada.
 nerasi saat ini

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan juga Presiden Obama pernah menyampaikan pernyataan yang menekankan bahwa generasi kita saat ini merupakan generasi pertama yang merasakan dampak perubahan iklim, dan kita pulalah generasi terakhir yang dapat melakukan sesuatu untuk mengatasinya.

Di sini Indonesia dapat mengambil peran penting dengan bekerja sama dengan AS. Inilah kesempatan bagi kedua negara sebagai bagian dari masyarakat dunia mencegah kerusakan sebagai dampak perubahan iklim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar