What’s
Next Pasca Pengumuman Kapolri
Kardono Setyorakhmadi ; Wartawan Jawa Pos, Alumnus
Fakultas Filsafat UGM
|
JAWA
POS, 19 Februari 2015
PENGUMUMAN pembatalan pencalonan Komjen Budi Gunawan
sebagai Kapolri oleh Presiden Jokowi memang patut diapresiasi. Namun,
mencalonkan Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti sebagai Kapolri juga tak bisa
disambut dengan napas lega, tetap dengan napas tertahan.
Sebab, masalah masih tetap kompleks pasca pengumuman
tersebut. Yang pertama soal internal Polri sendiri. Baik mengenai latar
belakang Badrodin Haiti, seberapa jauh mampu mengendalikan anak buahnya,
maupun soal Kabareskrim Komjen Pol Budi Waseso. Dan, yang kedua adalah
pertarungan lebih besar antara Jokowi (yang lemah) dengan sejumlah
orang-orang di sekelilingnya. Di mana masalah KPK vs Polri menjadi medan
laganya. Sebab, inilah yang menjadi titik perlawanan gerakan sipil. Yakni,
melawan oligarki politik dan penguasaan hal-hal vital negara.
Internal Polri
Sejak ada wacana penggantian Sutarman dari jabatan
Kapolri, muncul nama Badrodin Haiti. Adalah Surya Paloh yang mengusulkan
namanya. Keduanya memang dikenal dekat. Hanya, karena sudah ’’dapat’’ jaksa
agung, dan Megawati memilih Komjen Budi Gunawan, nama Badrodin Haiti
terpental.
Cerita terus berlanjut. Pilihan Megawati ternyata
menimbulkan resistansi yang luar biasa dan berkembang menjadi masalah
nasional, merembet ke pelemahan KPK. Ujung dari goro-goro ini akhirnya
membuat Badrodin Haiti ketiban pulung. Meski belum dilantik, pencalonan
Badrodin Haiti sebagai Kapolri dianggap sebagai jalan tengah.
Namun, tetap saja muncul pertanyaan terkait mantan Kapolda
Jatim tersebut. Selain dikenal dekat dengan Surya Paloh dan pernah punya
track record rekening gendut, kompetensi Badrodin Haiti diragukan. Sebab,
menjadi Wakapolri yang melaksanakan tugas sebagai Kapolri, Badrodin Haiti
kerap dilangkahi anak buahnya.
Banyak contoh untuk itu. Misalnya, kasus penangkapan Wakil
Ketua KPK Bambang Widjojanto. Kemudian, munculnya banyak tim khusus yang
bertujuan satu: mengkriminalisasi para personel KPK. Baik dari pimpinan
maupun bawahannya. Masyarakat awam pun tahu bahwa motivasi Bareskrim Polri
menangkap Bambang Widjojanto serta upaya kriminalisasi terhadap Novel
Baswedan dan 21 penyidik KPK bukan menegakkan keadilan, melainkan balas
dendam.
Belum lagi terkait upaya-upaya teror terhadap sejumlah
penyidik. Termasuk di antaranya Direktur Penyidikan KPK Kombespol Endang
Tarsa. Berlangsungnya aksi-aksi tak terpuji korps berbaju cokelat tersebut
mengindikasikan Badrodin Haiti sulit mengontrol anak buahnya.
Selain itu, yang masih menjadi ganjalan bagi aktivis
antikorupsi dan masyarakat adalah sosok Kabareskrim Komjen Pol Budi Waseso.
Seorang jenderal polisi yang tak mau disebut namanya menyatakan bahwa Budi
Waseso tak pantas berada di posisi tersebut. ’’Pertama soal background. Dia
sebenarnya polisi lalu lintas dan baru berdinas di reserse kali ini,’’
katanya. Artinya, tidak berpengalaman di reserse bisa membuat blunder fatal
dalam penyelidikan dan penyidikan.
Yang kedua adalah sosok Budi Waseso yang begitu politis.
Persis seperti patronnya yang baru saja terpental dari pencalonan Kapolri,
Komjen Pol Budi Gunawan. Artinya, dia bisa membawa-bawa institusi Polri untuk
kepentingan politis. Sebuah garis yang tak boleh dilanggar. Kita semua baru
saja (atau tengah) merasakannya. Bagaimana kengototan Bareskrim Mabes Polri
menyelidiki 21 penyidik KPK dengan effort luar biasa justru membuat kita,
masyarakat, tidak aman. Siapa pun yang punya pandangan politik berbeda bisa
dikriminalisasi begitu saja. Salah satu pertanyaan paling sederhana:
bagaimana bisa polisi menetapkan Abraham Samad sebagai tersangka, sementara
Budi Gunawan, yang juga terindikasi memalsukan KTP, tidak ditetapkan sebagai
tersangka?
Karena itu, menjadi tugas berat bagi Badrodin Haiti untuk
meluruskan citra Polri yang sekarang ini dicap tak lebih dari alat politik
belaka. Bukan pengayom dan pelindung masyarakat seperti semboyannya.
Jokowi
Orang nomor satu di Republik Indonesia ini sekarang bisa
jadi orang yang paling tersudut sekaligus kesepian di Indonesia. Posisi
Jokowi di parpol pendukungnya sendiri lemah. (Dia bukan pengurus struktural
partai dan tak punya basis massa). Sementara itu, tokoh-tokoh di
sekelilingnya adalah pemain lama yang sangat canggih. Sebut saja nama
Hendropriyono yang disebut-sebut ’’menjebak’’ presiden di acara
penandatanganan MoU Proton sebagai mobnas.
Sebenarnya, banyak harapan yang disematkan ke pria
kerempeng asal Solo tersebut. Kelompok gerakan sipil menjadikannya sebagai
benteng terakhir agar kekuasaan tidak jatuh lagi ke kelompok mafia itu-itu
saja agar tidak ada lagi oligarki politik yang bisa mengatur dan menguasai
negara ini seenaknya. Inilah yang sebenarnya menjadi pemicu gerakan #Save
KPK.
Sebab, ada banyak kekhawatiran orang-orang di lingkarannya
yang menggabungkan kekuatannya menjadi oligarki politik dan penguasaan sumber
daya. Inilah yang harus diterangkan Jokowi. Dia harus bisa menjawab sejumlah
isu yang berkembang. Misalnya, benarkah dia tidak leluasa, bahkan di Istana
Negara sendiri? Benarkah isu yang menyebutkan bahwa Dan Paspampres Mayjen TNI
Andika Perkasa lebih banyak meng-intel-i presiden ketimbang mengawalnya,
sehingga rapat-rapat yang digelar di Istana Negara bisa langsung diketahui
sang mertua Hendropriyono atau Teuku Umar?
Hal-hal seperti ini harus dijawab Jokowi dengan
tindakan-tindakan yang nyata. Yakni, tegas dan cepat. Tidak ragu-ragu seperti
selama ini. Sebab, inti kekuatan Jokowi ada pada dukungan rakyat sipil.
Namun, dengan terlalu berkompromi dan terlihat ragu-ragu, dukungan terhadap
Jokowi akan terus menurun. Banyak pendukung Jokowi yang menyatakan
kekecewaannya.
Semua sudah paham bahwa posisi Jokowi memang sedang
terjepit. Di dalam koalisi, dia mendapat tekanan sangat berat. Dari luar,
banyak cercaan. Semua sebenarnya sudah paham. Tapi, jangan sampai masyarakat
disuruh memahami terus posisinya. Sebab, yang menjadi presiden adalah Anda,
Bapak Jokowi. Maka, sekali lagi, bertindaklah sebagai presiden. Jelaskan
tindakan-tindakan tegas Anda segamblang-gamblangnya sehingga masyarakat sipil
akan menjadi benteng Anda. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar