Jumat, 13 Februari 2015

Mobnas Selalu Gagal

Mobnas Selalu Gagal

Totok Siswantara   ;   Pernah bekerja di PT DI
KORAN JAKARTA, 12 Februari 2015
                                                        
                                                                                                                                     
                                                

Polemik mobil nasional (mobnas) muncul kembali setelah industri otomotif asal Malaysia, Proton, bermaksud mengembangkan diri di Indonesia. Reaksi bermunculan ketika PM Malaysia, Najib Razak, bersama Presiden Joko Widodo menyaksikan kesepakatan awal yang menjadikan Proton sebagai mobil resmi di negara anggota ASEAN. Mestinya rencana investasi Proton yang bekerja sama dengan swasta Indonesia dikaitkan dengan program mobnas seperti Esemka dan mobil listrik nasional.

Ironisnya, pemerintah belum satu arah dan pikiran yang berhak menyandang predikat mobnas yang akan dikembangkan dan diproduksi secara konsisten.

Masih ada perbedaan pendapat antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, BKPM, dan Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi terkait peta jalan dan fokus pengembangan mobnas.

Menurut Kementerian Ristek dan PT, mobnas terfokus pada mobil listrik nasional (MLN), bukan mobil berbahan bakar minyak. Tetapi, proyek MLN macet. Selama ini, predikat mobnas hanya dimanfaatkan pengusaha untuk memperoleh keuntungan. Sejak Orde Baru, banyak dana besar proyek mobnas, tapi hasilnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Gagal

Setelah mobnas Timor gagal akibat kolusi, korupsi dan manipulasi, muncullah program Maleo yang dikerjakan secara keroyokan oleh BUMN Industri Strategis: PT DI, Pindad, Barata, bekerja sama dengan BPPT.

Program Maleo yang melibatkan peralatan canggih dan fasilitas desain mewah serta ditunjang studi banding ke Australia, juga gagal. Kini pengembangan MLN tidak maju karena banyak mafia di industri otomotif yang mengganjal dan tidak menginginkannya. Padahal pengembangan iptek MLN sudah sampai tahap pembuatan baterai kering dari litium.

Mestinya pemerintahan Jokowi-JK segera melakukan difusi inovasi terkait kebijakan MLN agar diketahui aspek teknologi, lingkungan, dan potensi ekonominya. Difusi inovasi akan menghasilkan energi kolektif untuk mengatasi krisis BBM karena MLN tidak memerlukannya, sehingga lebih ramah lingkungan. MLN menggunakan motor listrik (motor DC) sebagai penggerak.

Dari segi konstruksi dan sistem transmisi, dia lebih sederhana dari mobil berbahan bakar BBM. Perlu platform MLN untuk mengakselerasi berbagai riset dan pengembangan, terkait spesifikasi desain dan optimasi produksi komponennya. Bisa saja desainnya tidak cocok untuk medan tertentu.

Begitu juga tentang skala produksi yang ideal bisa tercapai jika mencapai mampu menyerap komponen secara bersama-sama. Perlu juga diukur potensi pengembangannya agar bisa tumbuh bersama. Platform diperlukan untuk sinergi desain mesin, sistem transmisi, dan industri turunan guna mendukungnya.

Sekadar catatan, MLN yang mahal tentu sulit dipasarkan. Apalagi mobil berbahan bakar bio energi atau bio-ethanol jauh lebih murah dan lebih feasible untuk diproduksi massal. Produsen mobil listrik terkemuka dunia saja, seperti Renault dari Prancis hingga kini belum mampu berproduski massal.

Renault memiliki empat tipe mobil listrik: Twizy, Fluence, Kangoo, dan Zoe. Pemerintah Prancis terpaksa memberi insentif supaya warganya mau membeli mobil listrik, berupa potongan pajak. Pengembangannya akan mengalami kendala teknis dan produksi, terutama terkait motor, komponen penyimpan energi, dan pembuatan sistem transmisi.

Sebaiknya riset menekankan aspek transmisi khusunya gear box karena akan menjadi krusial dalam pengembangan MLN. Planetary gear box merupakan sistem transmisi paling sederhana untuk jenis mobil listrik ataupun hybrid.

Bagian pentingnya roda gigi planet, roda gigi matahari, roda gigi ring serta jarak sumbu tiap roda gigi. Sistem transmisi pada kendaraan berfungsi meneruskan daya dari sumber penggerak ke roda dengan mengatur putaran sesuai tingkat kecepatan.

Sumber penggerak pada mobil listrik berupa motor listrik yang memiliki karakteristik berbeda dengan penggerak pada mobil konvensional (mesin motor bakar).

Motor listrik DC memiliki keuntungan pada kemudahan pengontrolan putaran dengan daya relatif konstan pada berbagai kecepatan, sehingga transmisi dapat dibuat dengan mengandalkan rasio transmisi tunggal. Namun demikian, perlu metode untuk mengatasi kesulitan menentukan tingkat percepatan dan laju mobil listrik dan hybrid.

Dibutuhkan desain transmisi untuk mobil listrik yang sesuai dengan lingkungan. Sebaiknya Indonesia memiliki platform MLN yang kokoh dan feasible agar kegagalan lalu tidak terulang. Di antara yang perlu dicatat, program lokalisasi komponen berbasis industri lokal.

Jika industri komponen berkembang baik, maka mobil dengan skala ekonomi yang memadai dan feasible bisa diproduksi. Hingga kini program lokalisasi komponen otomotif belum menemukan format yang ideal. Hal ini disebabkan industri pemasok komponen lokal masih didominasi agen pemegang merek (APM), bukan industri-industri non APM.

Di lain pihak hingga kini perusahaan-perusahaan pemasok komponen lokal yang lepas dari pengaruh APM tidak berkembang. Padahal program lokalisasi komponen otomotif akan berhasil apabila dapat mendorong industri kecil dan menengah yang mampu memasok komponen otomotif untuk berbagai merek dan tipe kendaraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar