Sabtu, 07 Februari 2015

Iklan Provokatif Negara Serumpun

Iklan Provokatif Negara Serumpun

Anna Yulia Hartati  ;  Dosen Hubungan Internasional,
Peneliti dari Lab Diplomasi FISIP Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang
SUARA MERDEKA, 06 Februari 2015

                                                                                                                                     
                                                

TULISAN bernada provokatif ’’Fire Your Indonesian Maid Now’’ (’’Pecat Pembantu Indonesia Sekarang Juga’’) lewat iklan perusahaan pembuat alat pembersih, RoboVac, menuai protes dari KBRI di Kuala Lumpur Malaysia (liputan6.com, 3/2/15). Indonesia menyesalkan cara beriklan perusahaan swasta itu, yang sangat tidak sensitif sekaligus merendahkan martabat bangsa Indonesia.

Pemerintah kita mendesak otoritas Malaysia untuk melarang iklan tersebut, termasuk di situs RobVac dengan tautan http://neatrobotcleaner. com.my. Penegasan nota diplomatik itu disusul dengan menugasi retainer lawyer untuk menemui pihak perusahaan dan melakukan analisis hukum guna melakukan langkah hukum selanjutnya. KBRI juga telah melaporkan pemasangan iklan itu kepada Kepolisian Wilayah Selangor. Dubes RI untuk Malaysia, Herman Prayitno menyayangkan kemunculan iklan. Terlebih hal kemunculanngah persiapan kunjungan Presiden Jokowi ke Malaysia tanggal 5-7 Februari 2015. Kunjungan kenegaraan itu untuk lebih memperkokoh hubungan bilateral negara srumpun yang saling menguntungkan. Tindakan iklan provokatif tidak hanya kali ini, mengingat tahun 2012 di negara itu ada iklan Indonesian Maids on Sale (Diskon TKI).

Persoalan TKI memang jadi isu yang cukup sensitif terkait hubungan kedua negara. Mengapa tindakan provokatif selalu berulang dan mewarnai hubungan Indonesia-Malaysia? Kita tak bisa memungkiri fakta jumlah TKI kita di Malaysia sangat banyak, yang berdasar data BN2PTKI hampir 2 juta orang. Banyaknya jumlah TKI dengan beragam permasalahannya membuat media Malaysia melakukan berbagai ’’kezaliman’’ dan ketidakadilan dalam pemberitaan. Sewaktu muncul sengketa Sipadan, Ligitan, dan Ambalat; media Indonesia melakukan serangan balasan dengan memuat berita cukup provokatif. Hal itu menimbulkan reaksi di masyarakat, bahkan ada sweeping warga Malaysia di Indonesia.

Propaganda Malaysia dilakukan lewat berbagai cara dari yang positif hingga negatif. Pada dasarnya kegiatan propaganda dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku individu/kelompok lain dengan menggunakan berbagai macam teknik, antara lain penjulukan (name calling), glittering generalities (menggunakan kata-kata bijak), transfer, testimonial, dan sebagainya.

Propaganda merupakan salah satu pendekatan komunikasi dalam persuasi baik itu politik, retorika, maupun periklanan/pemasaran. Apa yang dilakukan oleh Malaysia tidak hanya sekali tetapi beberapa kali melalui beragam media. Iklan produk pembersih RobVac bisa dikatakan sebagai alat propaganda. Banyak faktor yang menyebabkan hubungan negara serumpun itu seakan-akan selalu sensitif. Pertama; dalam sejarah, tindakan provokatif yang mengarah pada ketegangan hubungan, bahkan menjurus konflik mengalami puncak diawali pada era kepemimpinan Presiden Soekarno. Waktu itu slogan ’’Ganyang Malaysia’’ terdengar di mana-mana.

Konflik Individu Konflik itu sesungguhnya lebih banyak diakibatkan konflik individu antara Soekarno dan Tunku Abdul Rahman (mantan PM Malaysia). Indonesia ketika itu tidak mau bergabung dengan komunitas regional semacam ASEAN tersebut karena pembentukan forum itu digagas Malaysia. Politik luar negeri kedua negara pun kala itu bertentangan, Malaysia pro-Barat yang antikomunis dan Indonesia dengan politik bebas aktif cenderung ke blok kiri (komunis). Kedua; kurangnya pemahaman masyarakat kedua bangsa saat ini tentang akar sejarah masing-masing. Hal itu menjadi penyebab tak kunjung selesainya aksi provokatif kedua negara hingga saat ini.

Sesungguhnya akar kebudayaan dua negara serumpun memiliki banyak kesamaan. Dulu, banyak negeri di Malaysia didirikan pendatang dari Indonesia, di antaranya Negeri Sembilan, Johor, dan Selangor. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyak kesamaan produk budaya . Ketiga; hilangnya ketokohan kedua negara. Sejarah hubungan kedua negara tercatat dari tanggal 11 Agustus 1966 ketika persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia diteken di Jakarta oleh Adam Malik (Indonesia) dan Tun Abdul Razak (Malaysia). Kita bisa mengambil pelajaran dari manisnya hubungan semasa kepemimpinan Soeharto dan di Malaysia semasa kepemimpinan Tun Abdul Razak dan Mahathir Mohamad. Soeharto dan Tun Abdul Razaq banyak berdialog dan kemudian mengedepankan konsep negara serumpun yang melandasi program bersama, salah satunya ’’Titian Muhibah’’. Poin ketiga itu setidak-tidaknya bisa kembali membuka cakrawala kedua negara untuk selalu menjaga hubungan harmonis, apalagi saat ini sama-sama menapaki era MEA 2015. Perlu lebih mengedepankan hubungan people to people supaya perasaan saling menghormati dan menghargai tetap terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar