Kamis, 05 Februari 2015

Angsa Hitam Pemberantasan Korupsi

Angsa Hitam Pemberantasan Korupsi

Andi Irawan  ;  Peminat Telaah Ekonomi-Politik Indonesia
KOMPAS, 05 Februari 2015

                                                                                                                                     
                                                

Sebelum Benua Australia ditemukan, orang yakin bahwa semua angsa di dunia berwarna putih. Adalah kemustahilan bahwa angsa ada yang berwarna hitam, sampai kemudian kemustahilan itu menjadi keniscayaan, bahwa benar ada angsa hitam. Fenomena black swan (angsa hitam) dalam perspektif ilmu sosial adalah fenomena kelangkaan atau mendekati kemustahilan untuk hadir.

Angsa hitam adalah fenomena yang sangat langka. Dengan probabilitas yang kecil, tapi ketika muncul berdampak spektakuler, seraya mendorong semua pihak memberi tafsiran baru bagi fenomena tersebut (lihat Taleb, 2009).

Fenomena Jokowi dalam perspektif politik elektoral bisa dikategorikan sebagai black swan. Dalam kondisi politik Indonesia pada era Reformasi ini, semua orang percaya: menjadi RI-1 hampir mustahil bagi seorang dengan predikat sosial-ekonomi-politik seperti Jokowi pada saat itu. Untuk masuk seleksi sebagai calon presiden saja, pastilah seseorang harus memiliki satu atau lebih dari kategori berikut: elite puncak, bahkan god father/mother partai politik, pengusaha kelas kakap, tokoh-tokoh puncak ormas-ormas besar republik seperti NU dan Muhammadiyah. Diantara semua kategori itu tidak ada yang dimiliki Jokowi.

ai bangsa. Kekuasaan juga adalah saringan yang paling efektif dalam membuktikan karakteristik kualitas kepemimpinan seseorang (kata Abraham Lincoln).

Hari ini, kehadiran seseorang pemimpin yang bisa berkontribusi signifikan dalam memberantas korupsi adalah fenomena black swan bagi bangsa ini. Semua pemimpin yang pernah hadir menjadi pemimpin negeri pada era Reformasi ini selalu berjanji sebelum menjadi pemimpin puncak negara untuk menghilangkan korupsi. Dan masalahnya sekali lagi, belum ada satu pun pemimpin yang bisa diakui oleh publik sebagai sosok yang berpihak total dan berada di garda depan dalam memberantas korupsi.

Fenomena penangkapan salah satu pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi dari kacamata publik yang bernalar sehat, sulit untuk tidak mengatakan bahwa tindakan tersebut adalah bentuk upaya pelemahan usaha pemberantasan korupsi di Indonesia.

Fenomena black swan ketika Jokowi menjadi presiden, untuk bisa menjadi pelajaran penting bagi pendidikan politik bangsa ini, menjadi kehilangan relevansinya jika ternyata kehadirannya sebagai RI-1 tidak bisa berkontribusi besar menghadirkan black swan (kemustahilan) yang sangat dibutuhkan bangsa kita saat ini, yakni negara yang bersih dari korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar