Senin, 07 Desember 2015

Penyakit Kutukan Tuhan

Penyakit Kutukan Tuhan

Sarlito Wirawan Sarwono  ;  Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
                                                KORAN SINDO, 06 Desember 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Tanggal 1 Desember yang lalu, kita baru saja memperingati hari AIDS sedunia. Memang sampai sekarang obat AIDS belum ditemukan. Tetapi obat untuk mencegah virus HIV yang masih bersembunyi dalam darah kita, muncul keluar menjadi full blown sudah ditemukan. Obat itu bernama Antiretroviral therapy atau ART, sehingga seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) masa kini bisa hidup lebih lama, termasuk bergaul, bekerja, dan bersantai layaknya orang biasa pada umumnya.

Tetapi di awal munculnya penyakit ini di dunia (tahun 1980-an) dan juga di Indonesia (1990-an), banyak takhayul yang menyangkut penyakit yang aslinya adalah penyakit dari sejenis kera di Afrika ini. Termasuk di antaranya bahwa AIDS adalah singkatan dari Akibat Intim dengan Sesama, karena dulu diduga bahwa AIDS adalah penyakitnya kaum homoseksual, suatu hal yang dikutuk Tuhan.

Apalagi ketika terungkap bahwa AIDS bisa juga menular melalui hubungan seks yang berganti- ganti pasangan, alias seks bebas. Lagi-lagi perbuatan yang dikutuk Tuhan. Makin kencenglah prasangka bahwa AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan. Baru setelah diketahui bahwa AIDS bisa juga menular ke ibu-ibu baikbaik dan baik hati, bahkan juga menular ke bayi dalam kandungan, barulah prasangka buruk pada para ibu ODHA itu mereda.

Yang harus dikutuk bukan para istri, melainkan para suami yang SeTIA (di Setiap Tikungan Ada ceweknya). Walaupun begitu, HIV/AIDS bukanlah satu-satunya penyakit yang diprasangkai sebagai kutukan Tuhan.

Dulu, penderita gangguan jiwa juga dianggap penyakit kutukan Tuhan atau bisa juga kemasukan setan, sehingga mereka dimasukkan ke panti-panti khusus untuk gangguan jiwa yang disebut asylum, atau kalau keluarganya miskin, penderita gangguan jiwa ini cukup dipasung saja, dan keluarlah ayat-ayat kitab suci yang membenarkan perilaku semacam ini terhadap penyakit tertentu. Selain gangguan jiwa, penyakit kusta dan ayan dan histeria juga dianggap aneh.

Kalau diperhatikan, semua penyakit yang belum diketahui obatnya otomatis dianggap penyakit kutukan Tuhan. Bahkan di suku-suku primitif di zaman Batu, semua penyakit adalah kutukan Tuhan atau Dewa, sehingga setiap suku punya tabib atau dukun yang akan menjaga kelompok suku itu dari ancaman setan-setan jahat.

Di sisi lain dalam Islam, ada hadis Rasulullah yang mengatakan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya (Hadis Al Bukhari dan Muslim). Hadis itu insya Allah benar, tetapi sebagian besar obat itu masih menjadi rahasia alam. Dulu penyakit malaria juga dianggap penyakit kutukan Tuhan.

Setiap penderitanya pasti mati dalam beberapa hari. Sampai akhirnya pada 1400-an ditemukan bahwa orang-orang Indian Quechua di Peru (asli Amerika Selatan) sembuh dari penyakit menggigil itu, dan ternyata mereka minum dari danau yang di sekitarnya tumbuh pepohonan yang sekarang kita kenal sebagai kina. Maka sejak itu, ilmu kedokteran bisa menyembuhkan penyakit Malaria itu dan penyakit itu pun tidak lagi menjadi penyakit kutukan Tuhan.

Demikian pula penyakit jiwa, kusta, dan histeria yang sekarang sudah ada obatnya. HIV/AIDS pun insya Allah akan terungkap obatnya. Juga kanker. Bahkan, penyakit tua yang oleh beberapa ulama termasuk yang dikecualikan dari hadis tersebut di atas, sekarang sedikit demi sedikit sudah bisa diatasi. Dulu orang berumur 55 tahun sudah harus pensiun, karena sudah masuk manula.

Sekarang di atas 70 tahun masih fit & proper, bahkan ada yang usianya mencapai lebih dari 100 tahun dan masih bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik. Jadi, saya tidak percaya bahwa ada penyakit kutukan Tuhan. Makin lama ilmu kedokteran makin bisa mengungkap rahasia alam untuk bisa menyembuhkan penyakit apa saja.

Kalau kebetulan hari ini kita terkena suatu penyakit yang belum ditemukan obatnya, tidak berarti bahwa anak-cucu kita juga tidak akan terobati jika mereka terkena penyakit yang sama di kemudian hari. Teknologi Genome di dunia biologi sudah mampu mentransplantasi organ tubuh yang perlu diganti, dan juga mampu menemukan varietas-varietas tanaman yang unggul untuk memenuhi kebutuhan manusia yang makin tua umurnya, makin banyak jumlahnya dan makin besar nafsu makannya.

Masalah kita sekarang adalah bagaimana mengendalikan diri manusia itu sendiri agar tidak memperlakukan alam secara sewanang-wenang. Alam yang penuh berkah dan rahmah yang melimpah dihancurkan sendiri oleh ulah manusia. Walau 1001 obat yang disiapkan Tuhan sudah terungkap oleh ilmu kedokteran, manusia tetap saja meninggal atau sakit karena menghisap asap yang berkelanjutan, atau terbawa arus banjir karena sampah yang menutup alur sungai, atau tertimpa tanah longsor karena hutan-hutan digunduli, atau tewas karena bom teroris.

Jadi kalau nanti manusia punah, bukan karena penyakit tidak ada obatnya, melainkan karena sifat manusia sendiri yang tamak dan dengki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar