Rabu, 04 Februari 2015

Pesan Perluasan Sasaran Teror IS

Pesan Perluasan Sasaran Teror IS

Ibnu Burdah  ;  Pemerhati Masalah Timur Tengah dan Dunia Islam;
Dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
MEDIA INDONESIA, 04 Februari 2015

                                                                                                                                     
                                                

KEGANASAN dan aksi brutal IS semakin menjadi-jadi. Kini, tak hanya warga dari negara yang terlibat secara langsung dalam perang melawan IS, seperti AS dan Prancis yang menjadi sasaran. Warga dari negara yang `hanya' mendukung perang itu juga menjadi target. Dua warga negara Jepang menjadi korban aksi pemenggalan kepala secara keji baru-baru ini. Mereka ialah Kenji Goto, seorang wartawan perang kenamaan yang dibunuh pada Sabtu kemarin (31/2) dan Haruna Yukawa yang telah dibunuh beberapa hari sebelumnya.

Perluasan sasaran teror kelompok ini tentu mengandung pesan penting. Tindakan apa pun yang mereka lakukan, untuk menegaskan pesan dan sikap mereka. Mulai dari pembunuhan massal secara sadis, pemenggalan kepala tawanan, aksi mutilasi, dan kekejian-kekejian lain. Lalu, semua itu secara sengaja diekspos luas ke media. Semua itu ialah pesan-pesan jelas kelompok tersebut kepada para pengikut setia dan simpatisan, para musuh mereka, dan juga kepada masyarakat dunia secara keseluruhan.

Jurgensmeyer, peneliti teror atas nama Tuhan, menyebut kelompok-kelompok teroris menggunakan aksi kekerasan di luar batas kemanusiaan untuk menarik perhatian khalayak seluas mungkin agar pesan yang mereka sampaikan dapat mencapai sasaran. Menurut Meyer, kecenderungan semacam itu ada hampir di semua kelompok radikal agama (Terror in the Mind of God, 2000: 262-4). 

Meneliti aksi-aksi kekerasan dengan mengatasnamakan agama, Meyer lalu berkesimpulan bahwa aksi teror yang begitu keji tak ubahnya ialah sebuah `drama atau teater' yang aktor, pang gung, dan ceritanya sudah dipersiapkan sedemikian rupa agar pesan yang disampaikan benar-benar mencapai sasaran. Jadi, aksi kekerasan itu hanyalah simbol, deretan katakata. Jika digali, itu memiliki makna yang jauh lebih dalam dan mengerikan.

Beberapa pesan yang hendak disampaikan kelompok IS dengan aksi-aksi brutal mereka belakangan ini, dalam pembacaan penulis ialah sebagai berikut: Pertama, pesan itu disampaikan kepada para pengikut teguh dan simpatisan mereka, baik yang ada dalam wilayah IS (di Irak dan Suriah) maupun di luar wilayah IS. Dengan aksi itu, mereka hendak mengatakan bahwa Dawlah Islamiyyah (IS) masih begitu kokoh, kendati mereka dikabarkan semakin terdesak di banyak kota di Irak seiring dengan keterlibatan kekuatan udara sejumlah negara Barat. Hal itu terbukti dengan aksi-aksi brutal mereka di Irak dan Suriah masih menyita perhatian dunia.

Kelompok ini berpesan agar para pengikut dan pendukungnya tetap teguh dan setia dalam perjuangan. Mereka meminta kepada pengikut untuk selalu siap mengorbankan apa saja demi tujuan yang dianggap `suci'. Aksi-aksi bom bunuh diri ialah undangan terbuka bagi para `mujahid keblinger' untuk merasakan nikmatnya `syahid' yang mereka damba-dambakan selama ini. Mereka meminta kepada para pengikut untuk tidak mengendurkan sedikit pun kesiapan untuk berkorban.

Kedua, pesan itu ditujukan tak hanya kepada musuh-musuh mereka dalam pertempuran di Irak dan Suriah, terutama jaringan Syiah, Kurdi, serta utamanya pemerintah AS dan Barat, bahwa kelompok itu masih solid. Namun, itu untuk semua yang setuju dan mendukung perang terhadap mereka.Dengan aksi itu, mereka menyatakan, ialah kesalahan besar jika memandang mereka di ambang kehancuran. Itu merupakan ancaman yang tak main-main. Mereka mengirim pesan bahwa musuh-musuh IS, baik yang mengirimkan militer maupun pendukungnya terancam mengalami nasib yang begitu tragis, sebagaimana yang dialami para korban aksi-aksi brutal mereka di Irak dan Suriah. Aksi `teatrikal' kekerasan ini ialah ancaman yang sangat tegas kepada semua pihak yang memusuhi IS di seluruh dunia. Mereka yang berani melawan IS, harus bersiap menghadapi hal serupa.

Padahal, hampir semua kekuatan di Suriah dan Irak, kawasan Timur Tengah khususnya di Arab Timur dan Teluk, dan juga kekuatan internasional ialah musuh IS.Kesepahaman kekuatan-kekuatan itu telah mencapai tingkat ijma (konsensus) bahwa IS ialah ancaman terhadap kehidupan dan peradaban. Oleh karena itu, ancaman IS dapat diartikan mengarah kepada semua pihak, baik di Irak maupun Suriah, kawasan Timur Tengah, ataupun dunia.

Ketiga, pesan itu hendak disampaikan kepada masyarakat Timur Tengah dan dunia yang mengecam serta tak mendukung `perjuangan' mereka. Kelompok ini hendak menyampaikan bahwa mereka masih mampu membuat aksi-aksi mengerikan dan menebar teror kepada siapa pun yang tak mau tunduk kepada kemauan mereka.Tujuan dari aksi teror ialah menebarkan ketakutan kepada berbagai pihak seluas mungkin. Karena itu, aksi teror yang dilakukan kemudian diekspos secara luas di media agar pesan ketakutan yang mereka kirimkan dapat sampai kepada masyarakat dunia. Mereka seolah berpesan bahwa kampanye penghancuran IS sekarang ini bisa membawa akibat fatal terhadap kehidupan manusia dalam skala luas.

Meluas

Oleh karena itu, keterdesakan kelompok ini di Irak harus diwaspadai sebagai potensi meluasnya aksi-aksi keji dari anggota dan simpatisan kelompok ini. Tanpa bermaksud melebih lebihkan, jumlah mereka memang terlalu besar dan logistik mereka memang terlalu kuat untuk disebut sebagai gerombolan teroris. Bisa dibandingkan, satu atau dua saja dari alumni perang Afghanistan tiba ke Indonesia telah membuat repot aparat keamanan dalam waktu yang panjang, bahkan hingga sekarang. Sebab, mereka begitu aktif dalam bergerak, menyebarkan paham, dan merekrut anggota-anggota baru sekaligus membekali mereka dengan kemampuan membuat aksi kekerasan.

Sulit memperoleh informasi valid tentang seberapa besar kekuatan kelompok IS sekarang ini. Namun, apabila benar kabar bahwa kombatan mereka telah mencapai angka ratusan ribu orang dan logistik mereka mencapai miliaran dolar, itu ialah potensi ancaman yang sangat besar dalam sejarah umat manusia. Apalagi, mereka dikabarkan mampu merekrut ribuan pengikut setiap bulan, memiliki persenjataan standar negara perang, memiliki pengikut dengan militansi luar biasa, dan pemimpin karismatik yang menyatukan mereka.

Deretan aksi keji mereka di Suriah belakangan, hanyalah pesan kecil dari kelompok ini. Makna kekejian yang ingin mereka sampaikan sesungguhnya jauh lebih besar dan brutal dari itu semua. Bisa diandaikan, jika suatu saat dalam situasi sangat terdesak, sang `khalifah' itu memfatwakan kepada seluruh pengikut IS untuk melakukan jihad (aksi bunuh diri dan kekerasan lain) secara mandiri, sulit dibayangkan apa yang terjadi. Pengandaian itu bukan sama sekali kosong sebab kekejian mereka di Suriah pascaketerdesakan mereka di Irak ialah preseden nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar