Rasputin
dan Lenin
Trias Kuncahyono ; Wartawan
Senior Kompas
|
KOMPAS, 08 Januari
2017
Suatu
malam, tanggal 23 Januari 1871, peristiwa itu terjadi. Malam itu, penduduk
Desa Pokrovskoe, yang sebagian besar petani, menyaksikan peristiwa alam yang
begitu indah. Langit bersinar demikian terang. Sebuah meteor melintas di
langit Pokrovskoe, Siberia barat. Mereka meyakini peristiwa itu sebagai
pertanda alam akan munculnya sebuah peristiwa besar pada suatu ketika atau
lahirnya seorang tokoh besar.
Berbarengan
dengan melintasnya meteor di langit Pokrovskoe, sekitar 321 kilometer timur
Pegunungan Ural atau 2.574 kilometer dari St Petersburg, kota indah di Rusia
barat, lahirlah bayi laki-laki dari keluarga petani. Bayi itu diberi nama
Grigori Efimovich Rasputin. Namun, penduduk Pokorvskoe dan jutaan rakyat
Rusia, bahkan dunia, harus menunggu tiga dekade untuk memahami makna dari
peristiwa alam itu.
Rasputin,
anak petani Pokrovskoe, di kemudian hari muncul menjadi sosok sangat
berpengaruh, bahkan kontroversial. Paling tidak, ada dua gelar yang
disematkan padanya: "The Mad Monk" dan "Russia's Greatest Love
Machine". Menurut Jane Oakley (1989), pribadi Rasputin sangat berwarna.
Ia sangat rendah hati, memiliki kekuatan supranatural, erotomania, religius,
dan sangat dekat dengan keluarga istana (Dinasti Romanov), bahkan sangat
berpengaruh. Namun, ia lebih dikenal karena kejahatannya dan nafsu seksnya
yang liar dan tukang sihir yang mampu memesona kalangan istana, terutama kaum
perempuannya.
Kisah
Rasputin, orang Siberia bukan Rusia, luar biasa. Itulah yang kemudian
mendorong sebuah perusahaan film di Jerman membuat film tentang Rasputin pada
tahun 1928. Film yang diberi judul Rasputin's Liebesabenteuer (The Holy
Devil) ini disutradarai Martin Berger. Pada 1932, MGM juga membuat film
tentang Rasputin berjudul Rasputin and the Empress. Gara-gara film ini, MGM
digugat oleh Putri Irina, kemenakan Tsar, karena dalam film itu dikisahkan
bahwa Rasputin memperkosanya. Pengadilan Tinggi London menyatakan MGM
bersalah dan harus membayar ganti rugi 25.000 dollar AS. Pada 1960, dibuat
film Nights of Rasputin". Lalu, pada tahun 1966 muncul film Rasputin The
Mad Monk.
Adalah
Tsar Nicholas II yang membuka jalan bagi Rasputin untuk masuk ke istana,
bahkan ke pusat kekuasaan Rusia. Ia menjelma menjadi dukun istana. Kalangan
istana percaya, Rasputin mampu menyembuhkan putra tunggal pasangan Tsar
Nicholas II dan Alexandra, yakni Tsarevitch Alexis. Karena peranannya yang
begitu kuat dan berpengaruh di lingkungan istana, Rasputin memasuki panggung
kehidupan Rusia awal abad ke-20.
Banyak
yang menghubungkan pengaruh Rasputin, yang demikian luar biasa dalam segala
bidang kehidupan kekaisaran, menjadi awal datangnya bencana sosial dan
politik yang meruntuhkan kekaisaran Rusia. Ketidakberdayaan Tsar Nicholas II
di bawah bayang-bayang tangan Rasputin membawa pada keruntuhannya. Akan
tetapi, apakah benar pengaruh besar Rasputin yang menuntut kekaisaran ke
jurang kehancuran? Yang pasti, revolusilah yang mengakhiri kekuasaan Tsar
Nicholas II, kekuasaan Dinasti Romanov.
Revolusi
1917-Februari dan Oktober-menjadi palu godam yang menghancurkan kekuasaan
Tsar. Inilah revolusi besar pertama setelah Revolusi Perancis (1789), yang
tidak hanya sangat penting dalam sejarah Rusia, yang mentransformasi
masyarakat kuno dan mengubah way of life jutaan orang, tetapi juga menjadi
katalis dalam perkembangan dunia. Hasil dari Revolusi 1917 adalah hancurnya
dua sistem pemerintahan yang berbeda: pertama, aristokratik, dan kemudian
liberal (Peter Kenez: 2006).
Akan
tetapi, revolusi itu hanya mengubah Rusia dari di bawah kekuasaan Tsar
menjadi absolutisme bentuk baru, yakni kepemimpinan Bolshevik atau leaderism
(Dmitri Volkogonov: 1998). Di Italia pada zaman Mussolini disebut Il Duce dan
di Jerman pada zaman Hitler disebut Der Führer. Selama hampir tujuh abad (di
bawah tujuh pemimpin: Vladimir Lenin, Joseph Stalin, Nikita Khrushchev,
Leonid Brezhnev, Yuri Andropov, Konstantin Chernenko, dan Mikhail Gorbachev),
Uni Soviet di bawah kepemimpinan Bolshevik, absolutisme baru, yang dalam
bahasa Gorbachev, "Masyarakat kita dicengkeram sistem komando
birokratik, sistem birokratik terpimpin. Masyarakat kita harus sepenuhnya
mengabdi pada ideologi."
Rusia
baru (Uni Soviet), yang dimulai Lenin, berkeyakinan bahwa Bolshevik akan
berhasil membangun masyarakat baru di Rusia (bahkan di seluruh dunia) lewat
revolusi sosialis seperti yang digambarkan Karl Marx. Marx yakin, kapitalisme
pada akhirnya akan runtuh dan digantikan sosialisme. Karena itu, Lenin dan
Bolsheviks menggunakan Marx sebagai inspirasi, tetapi harus menemukan rutenya
sendiri untuk menuju tanah terjanji (Mikhail Gorbachev: 1995).
Sejarah,
ternyata, berkehendak lain. Setelah tujuh dasawarsa mencari jalan ke tanah
terjanji, Uni Soviet harus menyerah tanpa lewat peperangan. Pada 25 Desember
1991, pemimpin ketujuh, Mikhail Gorbachev, lewat pidato televisi, mengaku
kalah: "Nasib telah menggariskan, ketika saya menjadi kepala negara,
nyata sekali bahwa ada sesuatu yang salah di negeri ini. Kita memiliki banyak
hal: tanah, minyak, gas, dan sumber alam lainnya, dan Tuhan memberkahi kami
dengan bakat dan intelek-tetapi kita hidup jauh lebih buruk dibandingkan
dengan orang-orang di negara-negara industri lain dan jurang semakin melebar.
"Mengapa semua itu terjadi? Masyarakat kita dicengkeram sistem komando
birokratik, sistem birokratik terpimpin. Masyarakat kita harus sepenuhnya
mengabdi pada ideologi dan menanggung beban berat perlombaan senjata. Usaha
reformasi dilakukan dengan setengah hati. Karena itu, kegagalanlah yang dituai.
Akibatnya, negara pun kehilangan asa. Kita tidak dapat hidup seperti ini.
Kita harus melakukan perubahan secara radikal."
Dan
kini, 25 tahun kemudian, Rusia di bawah Vladimir Putin bangkit lagi menjadi
kekuatan baru yang menusuk AS dan sekutu-sekutunya Eropa Barat, di pelbagai
penjuru dunia. Akan tetapi, Putin dan Rusia barunya tetap tak mampu menghapus
kisah Rasputin yang sudah melegenda, sementara Uni Sovietnya Vladimir Lenin
telah tiada ditelan zaman. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar