Senin, 09 Januari 2017

Rasputin dan Lenin

Rasputin dan Lenin
Trias Kuncahyono  ;   Wartawan Senior Kompas
                                                      KOMPAS, 08 Januari 2017

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Suatu malam, tanggal 23 Januari 1871, peristiwa itu terjadi. Malam itu, penduduk Desa Pokrovskoe, yang sebagian besar petani, menyaksikan peristiwa alam yang begitu indah. Langit bersinar demikian terang. Sebuah meteor melintas di langit Pokrovskoe, Siberia barat. Mereka meyakini peristiwa itu sebagai pertanda alam akan munculnya sebuah peristiwa besar pada suatu ketika atau lahirnya seorang tokoh besar.

Berbarengan dengan melintasnya meteor di langit Pokrovskoe, sekitar 321 kilometer timur Pegunungan Ural atau 2.574 kilometer dari St Petersburg, kota indah di Rusia barat, lahirlah bayi laki-laki dari keluarga petani. Bayi itu diberi nama Grigori Efimovich Rasputin. Namun, penduduk Pokorvskoe dan jutaan rakyat Rusia, bahkan dunia, harus menunggu tiga dekade untuk memahami makna dari peristiwa alam itu.

Rasputin, anak petani Pokrovskoe, di kemudian hari muncul menjadi sosok sangat berpengaruh, bahkan kontroversial. Paling tidak, ada dua gelar yang disematkan padanya: "The Mad Monk" dan "Russia's Greatest Love Machine". Menurut Jane Oakley (1989), pribadi Rasputin sangat berwarna. Ia sangat rendah hati, memiliki kekuatan supranatural, erotomania, religius, dan sangat dekat dengan keluarga istana (Dinasti Romanov), bahkan sangat berpengaruh. Namun, ia lebih dikenal karena kejahatannya dan nafsu seksnya yang liar dan tukang sihir yang mampu memesona kalangan istana, terutama kaum perempuannya.

Kisah Rasputin, orang Siberia bukan Rusia, luar biasa. Itulah yang kemudian mendorong sebuah perusahaan film di Jerman membuat film tentang Rasputin pada tahun 1928. Film yang diberi judul Rasputin's Liebesabenteuer (The Holy Devil) ini disutradarai Martin Berger. Pada 1932, MGM juga membuat film tentang Rasputin berjudul Rasputin and the Empress. Gara-gara film ini, MGM digugat oleh Putri Irina, kemenakan Tsar, karena dalam film itu dikisahkan bahwa Rasputin memperkosanya. Pengadilan Tinggi London menyatakan MGM bersalah dan harus membayar ganti rugi 25.000 dollar AS. Pada 1960, dibuat film Nights of Rasputin". Lalu, pada tahun 1966 muncul film Rasputin The Mad Monk.

Adalah Tsar Nicholas II yang membuka jalan bagi Rasputin untuk masuk ke istana, bahkan ke pusat kekuasaan Rusia. Ia menjelma menjadi dukun istana. Kalangan istana percaya, Rasputin mampu menyembuhkan putra tunggal pasangan Tsar Nicholas II dan Alexandra, yakni Tsarevitch Alexis. Karena peranannya yang begitu kuat dan berpengaruh di lingkungan istana, Rasputin memasuki panggung kehidupan Rusia awal abad ke-20.

Banyak yang menghubungkan pengaruh Rasputin, yang demikian luar biasa dalam segala bidang kehidupan kekaisaran, menjadi awal datangnya bencana sosial dan politik yang meruntuhkan kekaisaran Rusia. Ketidakberdayaan Tsar Nicholas II di bawah bayang-bayang tangan Rasputin membawa pada keruntuhannya. Akan tetapi, apakah benar pengaruh besar Rasputin yang menuntut kekaisaran ke jurang kehancuran? Yang pasti, revolusilah yang mengakhiri kekuasaan Tsar Nicholas II, kekuasaan Dinasti Romanov.

Revolusi 1917-Februari dan Oktober-menjadi palu godam yang menghancurkan kekuasaan Tsar. Inilah revolusi besar pertama setelah Revolusi Perancis (1789), yang tidak hanya sangat penting dalam sejarah Rusia, yang mentransformasi masyarakat kuno dan mengubah way of life jutaan orang, tetapi juga menjadi katalis dalam perkembangan dunia. Hasil dari Revolusi 1917 adalah hancurnya dua sistem pemerintahan yang berbeda: pertama, aristokratik, dan kemudian liberal (Peter Kenez: 2006).

Akan tetapi, revolusi itu hanya mengubah Rusia dari di bawah kekuasaan Tsar menjadi absolutisme bentuk baru, yakni kepemimpinan Bolshevik atau leaderism (Dmitri Volkogonov: 1998). Di Italia pada zaman Mussolini disebut Il Duce dan di Jerman pada zaman Hitler disebut Der Führer. Selama hampir tujuh abad (di bawah tujuh pemimpin: Vladimir Lenin, Joseph Stalin, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, Yuri Andropov, Konstantin Chernenko, dan Mikhail Gorbachev), Uni Soviet di bawah kepemimpinan Bolshevik, absolutisme baru, yang dalam bahasa Gorbachev, "Masyarakat kita dicengkeram sistem komando birokratik, sistem birokratik terpimpin. Masyarakat kita harus sepenuhnya mengabdi pada ideologi."

Rusia baru (Uni Soviet), yang dimulai Lenin, berkeyakinan bahwa Bolshevik akan berhasil membangun masyarakat baru di Rusia (bahkan di seluruh dunia) lewat revolusi sosialis seperti yang digambarkan Karl Marx. Marx yakin, kapitalisme pada akhirnya akan runtuh dan digantikan sosialisme. Karena itu, Lenin dan Bolsheviks menggunakan Marx sebagai inspirasi, tetapi harus menemukan rutenya sendiri untuk menuju tanah terjanji (Mikhail Gorbachev: 1995).

Sejarah, ternyata, berkehendak lain. Setelah tujuh dasawarsa mencari jalan ke tanah terjanji, Uni Soviet harus menyerah tanpa lewat peperangan. Pada 25 Desember 1991, pemimpin ketujuh, Mikhail Gorbachev, lewat pidato televisi, mengaku kalah: "Nasib telah menggariskan, ketika saya menjadi kepala negara, nyata sekali bahwa ada sesuatu yang salah di negeri ini. Kita memiliki banyak hal: tanah, minyak, gas, dan sumber alam lainnya, dan Tuhan memberkahi kami dengan bakat dan intelek-tetapi kita hidup jauh lebih buruk dibandingkan dengan orang-orang di negara-negara industri lain dan jurang semakin melebar. "Mengapa semua itu terjadi? Masyarakat kita dicengkeram sistem komando birokratik, sistem birokratik terpimpin. Masyarakat kita harus sepenuhnya mengabdi pada ideologi dan menanggung beban berat perlombaan senjata. Usaha reformasi dilakukan dengan setengah hati. Karena itu, kegagalanlah yang dituai. Akibatnya, negara pun kehilangan asa. Kita tidak dapat hidup seperti ini. Kita harus melakukan perubahan secara radikal."

Dan kini, 25 tahun kemudian, Rusia di bawah Vladimir Putin bangkit lagi menjadi kekuatan baru yang menusuk AS dan sekutu-sekutunya Eropa Barat, di pelbagai penjuru dunia. Akan tetapi, Putin dan Rusia barunya tetap tak mampu menghapus kisah Rasputin yang sudah melegenda, sementara Uni Sovietnya Vladimir Lenin telah tiada ditelan zaman. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar