Perlukah
Keragaman untuk Kemajuan?
Asep Saefuddin ; Rektor
Universitas Trilogi; Guru Besar
Statistika IPB
|
MEDIA INDONESIA,
07 Januari 2017
DALAM
ilmu genetika kuantitatif dikenal istilah genetic progress atau kemajuan
genetik. Secara teori, kemajuan genetik itu berbanding lurus dengan keragaman
genetik (genetic variance). Artinya, semakin besar keragamannya, semakin
besar kemajuannya. Hal ini juga berarti bahwa produktivitas suatu komoditas
semakin baik, karena produktivitas itu fungsi dari genetik. Kesimpulannya,
keragaman genetik sangat penting dalam kemajuan, termasuk di dalamnya
produktivitas dan mutu produk.
Lebih
dalam lagi ilmu genetika menjelaskan pentingnya keragaman ini berkaitan
dengan genetic drift atau penurunan genetik. Bila suatu populasi sudah
terlalu seragam, yang terjadi bukan saja kemandekan, melainkan juga penurunan
kinerja. Drift bisa diartikan turun secara drastis atau anjlok. Salah satu
penyebab penurunan drastis ini ialah persilangan dalam satu kelompok atau inbreeding
yang membuat populasi semakin homogen. Bahkan untuk sifat-sifat tertentu
inbreeding ini bisa menyebabkan kematian (lethal).
Berdasarkan
teori genetika itulah para pemulia tanaman atau ternak membuat
strategi-strategi pemuliaan (breeding strategy) agar pertanian dan peternakan
terus berkembang. Selain produktivitas, kemajuan ini juga berlaku untuk
sifat-sifat yang berkaitan dengan mutu, kesehatan, daya tahan, keindahan.
Dengan semakin kuatnya rekayasa genetik (genetic engineering), bioteknologi,
dan teknologi nano dewasa ini telah membuat strategi pemuliaan semakin
canggih. Teknologi telah banyak menyumbangkan nilai tambah produk secara
kualitas dan kuantitas. Itulah yang menjadi faktor perkembangan dunia
pertanian, peternakan, dan perikanan di negara-negara maju.
Di
balik itu semua tentu adanya manusia yang selalu ingin belajar, memahami
hakikat keilmuan, teknologi, serta kekuatan riset dan inovasi. Termasuk
mereka memahami makna keragaman berpikir serta tidak saling menihilkan.
Apalagi saling hujat. Pemahaman terhadap perbedaan pendapat ini juga
melahirkan budaya menulis dan diskusi tanpa saling menyalahkan. Masyarakat
model ini biasa disebut K-society, yakni masyarakat berbasis pengetahuan yang
lebih mengedepankan rasionalitas bukan emosionalitas.
Konsep
keragaman genetik ini saya pikir sangat relevan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam ilmu sosial dikenal istilah keragaman atau kemajemukan
sosial. Keberagaman sosial ialah cerminan keragaman kelompok yang bisa
menstimulasi kemajuan. Adalah benar suatu anggapan bahwa keragaman itu
menjadi rahmat. Karena keragaman dapat menjadi kemajuan sosial seperti halnya
kemajuan genetik dalam ilmu genetika. Namun demikian, diperlukan
strategi-strategi pemanfaatan keberagaman sosial agar dapat menyumbangkan
kemajuan bagi komunitas atau negara. Di sinilah letak pentingnya semua
komponen bangsa memahami hakikat kemajemukan atau keberagaman sosial.
Untuk
itu kita patut bersyukur bahwa Indonesia dikenal sebagai negara-bangsa yang
secara SARA (suku, agama, ras, antarkelompok) cukup beragam. Modal ini bisa
menjadi faktor kemajuan bila kita mampu mengoptimumkan potensi ini. Kesalahan
perlakuan terhadap modal ini tidak mustahil akan menyebabkan drift (penurunan
drastis) atau bahkan lethal (kematian). Ini cukup mengerikan.
Ada
beberapa hal yang harus dilakukan agar kemajuan sosial berbasis keragaman ini
bisa terwujud secara berkelanjutan. Pertama, syukuri dan hormati keberagaman
yang kita miliki. Kedua, biasakan memaknai perbedaan pendapat sebagai
keragaman berpikir. Bila seseorang mempunyai perbedaan pendapat terhadap
sesuatu, jangan langsung dimatikan atau bahkan dihujat. Perbedaan itu bisa
jadi akibat beda sudut pandang atau latar belakang pengetahuan. Ketiga fahami
perbedaan mendasar dalam konsep keagamaan dan kebudayaan, termasuk keragaman
konsep di dalam satu agama sekalipun.
Keempat
lakukan kebiasaan saling memaafkan. Bila ada kekhilafan atau bahkan kesalahan
yang dilakukan seseorang lalu dia dengan sungguh-sungguh meminta maaf,
sebaiknya dimaafkan. Memberi maaf ialah ciri kebudayaan tinggi yang sangat
bermanfaat bagi semua orang, apalagi bagi mereka yang meminta maaf. Perilaku
saling memaafkan akan menumbuhkan budaya toleransi dan penghormatan, bukan
kebencian dan iri hati. Kelima jauhkan dari kebiasaan melakukan fitnah,
termasuk menyebarkan berita hoax. Ada pepatah yang mengajarkan teliti dulu
sebelum menyebarkan berita. Bila berita itu tidak benar dan cenderung memecah
belah, jangan disebarkan. Bila hal itu berita baik, kegembiraan dan positif,
baru sebarkan. Kita harus mampu membedakan antara kritik dan ujaran
kebencian.
Keenam
biasakan memanjatkan doa untuk kebaikan atau kemajuan tanpa harus terhalang
oleh perbedaan SARA. Doa itu selalu mendorong semangat baik bagi yang
mendoakan ataupun yang didoakan. Ketujuh bangunlah budaya politik yang
rasional dan lebih mengutamakan kemajuan bersama ketimbang kepentingan
kelompok. Kekuasaan harus diarahkan untuk membangun dan melayani masyarakat,
bukan perilaku dominasi dan korupsi. Kesimpulannya, keragaman atau
keberagaman sosial itu sangat penting untuk kemajuan. Sebenarnya Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika itu mengandung unsur keragaman untuk kemajuan
bangsa. Untuk itu harus dipelihara dan dijaga agar tidak terjadi social chaos
yang lebih berbahaya daripada sekadar kemandekan sosial. Siapakah yang harus
memelihara itu semua? Tidak lain adalah semua komponen bangsa, bukan saja
pemerintah. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar