Berinvestasi
di Sebuah Dunia yang Tertutup
Christopher Smart ; Senior fellow di
Mossavar-Rahmani Center for Business di Kennedy School of Government di
Universitas Harvard; Asisten Khusus Presiden Bidang Ekonomi Internasional,
Perdagangan, dan Investasi (2013-2015);
Deputy Assistant Secretary of the
Treasury for Europe and Eurasia (2009- 2013);
Senior fellow di Chatham House
|
KOMPAS, 10 Januari
2017
Investor,
seperti astronom dan antropolog, sama-sama menggunakan model intelektual
untuk menjelaskan semesta yang rumit, membuat keputusan-keputusan cepat dan
menetapkan prioritas, sebelum melangkah lebih jauh.
Namun,
sering kali, sebuah kejadian tak normal memaksa kita berpikir ulang atas apa
yang sebelumnya kita pikir telah kita pahami. Anomali itu bisa berupa sebuah
lubang hitam, suatu fosil aneh, atau sebuah pergolakan politik, seperti
referendum Brexit di Inggris ataupun terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden
Amerika Serikat.
Dengan
berakhirnya tahun yang penuh gejolak, pasar dunia yang kehilangan orientasi
pun terus-menerus mencetak rekor-rekor baru. Akan tetapi, para investor tidak
perlu merasa terganggu. Pada 2017, mereka perlu melihat kembali bagaimana perekonomian
dunia bekerja dan melakukan penyesuaian atas penilaian mereka terhadap setiap
saham atau obligasi yang dijual, karena meskipun prinsip-prinsip dasar pasar
tetap sama, banyak hal lain yang berubah.
Setidaknya
dalam dua dekade, sebagian besar investor berpegang pada konsensus di antara
para ekonom dan ilmuwan politik bahwa dunia semakin mengecil dan semakin
terintegrasi. Dengan kebangkitan Tiongkok dan India, sepertiga dari populasi
dunia tiba-tiba berubah menjadi pekerja sekaligus konsumen dalam ekonomi
global.
Munculnya
teknologi baru menawarkan komunikasi yang lebih murah, robotik yang maju, dan
analisis data yang semakin kuat, yang memungkinkan perusahaan memperkecil
porsi persediaan dan mengintegrasikan rantai pasokan.
Sementara
itu, para pemimpin politik secara bertahap mengembangkan rezim peraturan dan
perdagangan yang menghapus tarif, menyederhanakan perdagangan lintas batas
negara, dan membuka pasar-pasar baru yang menjanjikan. Perusahaan-perusahaan
yang baik mencoba untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang baru, dan
para investor mencari perusahaan-perusahaan yang terlihat paling menjanjikan.
Kinerja perdagangan
Menurut
Organisasi Perdagangan Dunia, ekspor barang dagangan dan layanan komersial
telah meningkat empat kali lipat sejak 1995. Mengingat rekor tersebut, ketika
kinerja perdagangan menurun setelah krisis keuangan 2008, kebanyakan
pengambil kebijakan berasumsi bahwa perjanjian dagang yang baru, sekali lagi,
akan mendorong pertumbuhan. Pemerintahan Presiden Barack Obama, misalnya,
membayangkan sebuah kawasan perdagangan bebas yang luas, meliputi Asia dan
Eropa. Dua perjanjian besar yang kemudian mengikuti-Kemitraan Trans- Pasifik
yang melibatkan 12 negara dan Kemitraan Dagang dan Investasi
Trans-Atlantik-akan menempatkan Amerika Serikat sebagai pusat dari pasar yang
saling terhubung, yang terdiri atas dua pertiga ekonomi dunia.
Akan
tetapi, harapan tersebut memudar, sejalan dengan bangkitnya gerakan populis
di Barat-yang memanfaatkan ketidakpuasan publik atas kolapsnya tatanan
dunia-yang unggul dalam jajak pendapat. Sejak kemenangan Syriza yang radikal
anti-kemapanan di Yunani hampir dua tahun lalu, para pemilih tampaknya
semakin meyakini ide bahwa pemerintahan nasional perlu lebih berperan
daripada organisasi supranasional dan multilateral, seperti Komisi Eropa dan
Dana Moneter Internasional.
Demikian
juga, banyak pengamat telah menafsirkan jajak pendapat Brexit sebagai sebuah
upaya untuk menegaskan kembali kontrol atas batas-batas nasional. Dan
sementara sejarawan masih terlalu asyik berdebat tentang penyebab kemenangan
Trump, sudah jelas bahwa banyak pendukungnya menginginkan Amerika untuk
menutup rapat-rapat pintunya, menimbun persediaannya, dan lebih mengandalkan
diri sendiri daripada bergantung kepada mitra-mitra asingnya.
Secara
bersama-sama, hasil pertarungan politik-ditambah kekuatan anti-kemapanan yang
sedang bergerak pada pemilu di Perancis dan Jerman tahun depan-akan kian
mengerem kelangsungan integrasi ekonomi dan politik global, setidaknya dalam
jangka pendek. Untuk saat ini, banyak negara akan menghindari kesepakatan
perdagangan skala besar dan hanya bertindak setengah hati dalam menyelaraskan
peraturan-peraturan mereka.
Perusahaan-perusahaan
yang beroperasi secara internasional akan segera menghadapi biaya yang tinggi
karena akan semakin sulit memindahkan barang melintasi perbatasan negara dan
mempekerjakan pekerja asing. Sementara itu, investor mereka harus puas dengan
skala keuntungan yang lebih rendah.
Bahkan,
ketegangan kecil dalam perdagangan antara Amerika dan Meksiko, misalnya, bisa
sangat mahal bagi produsen mobil. Hal ini disebabkan beberapa komponen harus
melintasi batas Amerika sebanyak delapan kali selama proses produksi. Dan
seandainya saja Boeing belum menerapkan model rantai pasokan global dalam
produksi Dreamliner-nya, barangkali ia juga akan dipaksa untuk melakukannya
lebih cepat.
Menyiasati ketidakpastian
Apabila
para pemilih menghendaki dibatasinya lalu lintas barang, jasa, dan orang
lintas negara, maka kalangan perusahaan akan dipaksa mengadopsi model baru
yang mungkin akan menghasilkan banyak kemubaziran di dalam batas wilayah
negara. Dengan demikian, para investor perlu mencari perusahaan-perusahaan
yang dapat menghasilkan keuntungan dengan kegiatan yang tak banyak melibatkan
pelintasan batas, atau yang tetap menghasilkan keuntungan meski gesekan
proteksionis semakin meningkat.
Dalam
situasi seperti itu, pasar akan lebih menghargai perusahaan-perusahaan yang
mampu berargumen dengan pemerintah dan menyiasati regulasi yang saling
bertolak belakang ketimbang perusahaan-perusahaan yang mampu meningkatkan
produktivitas dan membuka pasar-pasar baru.
Pada
saat bersamaan, model baru yang muncul masih perlu memperhitungkan kekuatan
arus utama yang menjaga keseimbangan model lama, khususnya kekuatan
globalisasi dan inovasi teknologi yang tidak berhenti karena perlawanan
pemilih. Dalam perekonomian global dewasa ini, peningkatan substansial
produktivitas selanjutnya akan bersumber dari perusahaan-perusahaan yang
menganalisis data pelanggan dan rantai produksi dalam skala besar.
Perusahaan-perusahaan
yang melakukan hal tersebut dengan baik akan mampu merancang produk yang
lebih baik, dengan biaya yang lebih murah. Akan tetapi, mereka akan
mendapatkan hasil yang signifikan hanya jika mereka dapat membandingkan data
lintas batas dan lintas yurisdiksi. Sementara itu, perubahan terus-menerus
tak terhindarkan dari internet, penggunaan robot untuk meningkatkan
produktivitas, dan pembagian kerja sebagaimana digambarkan Adam Smith, akan
memaksa pemerintah untuk bekerja sama.
Para
investor yang cerdik akan mencari perusahaan-perusahaan yang dapat bertahan
dari tekanan gerakan perlawanan populis yang menentang globalisasi dan
mengambil keuntungan dari munculnya tren ekonomi dan teknologi baru.
Kemunculan model ekonomi dan teknologi baru itu akan menuntut suatu analisis
yang lebih rumit dalam waktu lama. Akan tetapi, layaknya astronom atau
antropolog yang andal, para investor yang sukses akan menemukan pola yang
dapat diandalkan dalam samudra ketidakpastian. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar