Memikirkan
Ulang Hubungan Jepang-Indonesia Kanasugi Kenji ; Duta Besar Jepang
untuk Indonesia |
KOMPAS, 10 Mei 2021
Sejak mulai bertugas di
Indonesia pada pertengahan Januari 2021, saya telah berkesempatan bertemu
dengan para menteri kabinet serta pebisnis terkemuka di tengah merebaknya
pandemi Covid-19. Walaupun saya menerima sambutan hangat dari para tokoh
tersebut, sering kali saya mendapat pertanyaan ”Ke manakah perginya Jepang?”. Adalah fakta bahwa Jepang
merupakan negara investor utama bagi Indonesia dalam kurun waktu yang cukup
panjang. Namun, pengaruh pandemi Covid-19 sejak tahun lalu membawa dampak
pengurangan jumlah investasi yang sangat besar. Di negara yang dahulu tiada hari
tanpa menyaksikan anime di TV, seperti Doraemon, kini kita dapat secara mudah
menemui poster idol Korea Selatan di jalan-jalan. Sebagian pertanyaan mereka
memang ada benarnya. Namun, antara Jepang dan
Indonesia telah terbentang sejarah kerja sama yang sangat panjang, dan
terdapat kemungkinan tanpa batas bagi hubungan bilateral kedua negara. Pada
kesempatan ini izinkan saya menyampaikan secara gamblang catatan kerja sama
secara langsung antara Jepang dan Indonesia, serta mari kita simak potensi
kedua negara pada masa mendatang. Semenjak terjalinnya
hubungan diplomatik pada tahun 1958, melalui sektor pemerintah dan swasta,
Jepang telah memegang peran penting yang besar bagi perkembangan ekonomi
Indonesia. Pertama-tama, mari kita lihat kerja sama Jepang dalam angka. Hingga kini, Jepang telah
memberikan ODA (Official Development Assistant/Bantuan Pembangunan
Pemerintah) publik dengan total lebih dari 50 miliar dollar AS. Bagi
Indonesia, Jepang adalah negara pemberi ODA bilateral terbesar. Sementara
bagi Jepang, Indonesia merupakan negara penerima ODA yang terbesar. Bentuk kerja sama di
bidang pembangkit listrik, pembenahan infrastruktur, dan peningkatan
produktivitas di bidang pertanian turut menyokong perkembangan ekonomi
Indonesia. Sebagai contoh, 16 persen dari total listrik di Indonesia dibuat
dari fasilitas pembangkit listrik, yang dananya disalurkan oleh ODA, atau
didukung oleh IPP (Independent Power Producer) dengan perusahaan Jepang. Di bidang transportasi,
sebanyak 1.500 gerbong kereta bekas disediakan Jepang untuk PT Kereta
Commuter Indonesia. Selain dari itu, sejak dimulainya operasi tahap pertama
pada 2019, pembangunan mass rapid transit (MRT), kereta bawah tanah pertama
di Indonesia, terus membawa perubahan besar bagi aktivitas masyarakat dan pemandangan
kota Jakarta. Dari sektor pertanian,
Jepang juga berperan memberikan dukungan dalam peluasan area irigasi hingga
370.000 hektar; setara dengan enam kali lipat area Jakarta. Ini di antaranya
dikenal dengan sebutan ”keajaiban Brantas” dan saat ini diketahui sebagai
daerah lumbung padi terbaik di Indonesia, yang berperan pula bagi
pengembangan daerah di aliran sungai Brantas yang mengalir di bagian timur
pulau Jawa. Lebih lanjut, dalam sektor
industri kehutanan dan perikanan, Jepang juga terus bekerja sama guna
menyebarluaskan teknologi produksi secara berkesinambungan. Sebagai contoh,
industri penanaman pohon yang didukung oleh pengembangan teknologi Jepang
sejak tahun 1980-an kini meluas hingga mencakup lebih dari 60 persen industri
kayu nasional. Jepang juga turut
mendukung pembangunan fasilitas pengembangan pelabuhan perikanan terbesar di
dunia, yang berlokasi di Jakarta, dengan lebih dari 1.500 kapal nelayan
terdaftar. Selain itu, juga turut serta dalam penyebarluasan teknologi
budidaya ikan dan kerang, udang, serta ikan air tawar selama lebih dari 40
tahun. Jepang juga terus
berkontribusi pada pengembangan yang berkesinambungan bagi Indonesia. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak yang merupakan dukungan Jepang dan mulai diperkenalkan
pada tahun 1994 kini terus meluas hingga cakupannya lebih dari 80 persen di
seluruh Indonesia. Rasio tingkat angka kematian ibu hamil (pada setiap
kelahiran 100.000 bayi) berkurang dari 430 jiwa pada tahun 1990 menjadi 126
jiwa pada tahun 2015. Indonesia saat ini mempromosikan Kerja Sama
Selatan-Selatan dengan negara ketiga seperti Afghanistan, Tajikistan, dan
Timor Leste melalui penyebaran Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Dalam hal ini,
Jepang berkomitmen untuk mendukung Kerja Sama Selatan-Selatan dimaksud. Dari sektor lingkungan
hidup, sebagai contoh, selama lebih dari 20 tahun sejak 1990-an Jepang juga
terus mendukung pembentukan dan penyebaran teknologi konservasi serta
regenerasi hutan, lahan gambut, ataupun hutan bakau. Pada sisi lain,
Indonesia dan Jepang yang kerap kali dilanda bencana alam juga telah bekerja
sama secara intens dan sesegera mungkin pada daerah-daerah yang mengalami
bencana alam dalam skala besar di Indonesia pada waktu lampau. Jepang telah
mengirimkan Tim Penanggulangan Bencana Jepang (Japan Disaster Relief Team) 14
kali. Hingga saat ini, Jepang
juga telah bekerja sama pada lebih dari 150 proyek penanggulangan bencana di
Indonesia di bawah prinsip ”Build Back Better”, yang tidak hanya
menitikberatkan pada penanggulangan ketika terjadi bencana, tetapi juga pada
penanggulangan bencana dalam situasi normal. Saya merasa gembira karena dapat
merasakan manfaat kerja sama penanggulangan bencana Jepang di Indonesia
melalui digunakannya istilah ”sabo”, yang merupakan kata asli dalam bahasa
Jepang di Indonesia. Tentu saja, investasi
sektor swasta Jepang juga memiliki kontribusi besar bagi perkembangan
Indonesia. Sekitar 2.000 perusahaan Jepang yang beraktivitas di negeri ini
berperan dalam menciptakan 7,2 juta lapangan pekerjaan dan berkontribusi bagi
8,5 persen produk domestik bruto (PDB), yakni 24 persen ekspor Indonesia
merupakan produk dari perusahaan Jepang di Indonesia. Berkat bantuan Bapak dan
Ibu sekalian, produk perusahaan Jepang, yang diproduksi di Indonesia, juga
mendapat dukungan dari para konsumen dalam negeri. Saat ini, lebih dari 90
persen kendaraan otomotif ataupun roda dua di Indonesia diproduksi oleh
perusahaan Jepang di Indonesia. Jika kita melihat kembali
zaman yang telah berlalu, sejak diberlakukannya Undang-Undang Penanaman Modal
Asing pada masa pemerintahan Presiden Soeharto di pertengahan paruh kedua
tahun 1960, Toyota mendirikan kantor perwakilan dan membangun pabrikan di
Indonesia, serta mulai memproduksi kendaraan sejak awal. Secara khusus,
Kijang yang merupakan produksi dari perusahaan Toyota dapat disebut pula
sebagai kendaraan nasional karena dicintai oleh masyarakat Indonesia selama
setengah abad. Selain mobil dan motor,
banyak pula produk buatan Jepang lainnya yang dijual dan berkembang karena
berakar pada kehidupan di Indonesia yang beraneka ragam, mulai dari lemari es
bersertifikasi halal, mesin cuci khusus hijab, hingga deterjen khusus batik.
Demikian pula bagi budaya kuliner. Banyak produsen kuliner Jepang mendapat
sertifikasi halal dan menjual ataupun melakukan proses produksinya di
Indonesia. Selain itu, kita juga dapat melihat banyaknya restoran Jepang
berjejer di pusat perbelanjaan sehingga membuat adanya perasaan kedekatan dan
familiar dengan budaya kuliner Jepang. Rasanya tidak berlebihan
apabila dikatakan bahwa apa yang berhasil hingga saat ini adalah berkat upaya
perusahaan Jepang yang membuat semangat monozukuri, yaitu spirit untuk
menciptakan produk berkualitas unggul dan menyempurnakan proses produksi
secara terus-menerus, yang berakar di perusahaannya, ataupun kerja keras
pekerja Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut. Pintu
kerja sama baru Inilah hasil dari kerja sama antara Jepang dan
Indonesia di sektor ekonomi hingga saat ini. Saya ingin menekankan secara
kuat bagian ”hingga saat ini”. Hal terpenting adalah tidak menjadikan
hubungan kerja sama ini sebagai hal yang take it for granted, tetapi
bagaimana membuka pintu baru kerja sama. Pemberlakuan Undang-Undang
Cipta Kerja (omnibus law) di Indonesia dapat meningkatkan pembenahan iklim
investasi, yang akhirnya akan berpotensi bagi perkembangan ekonomi lebih
lanjut. Jepang dapat menanggapi perkembangan ini. Pembenahan infrastruktur
terus merupakan isu besar bagi Indonesia. Jepang telah berkomitmen untuk
melakukan pembangunan MRT yang telah disinggung di atas, serta pada
pemeliharaan Pelabuhan Patimban, yang akan menjadi basis ekspor baru bagi
Indonesia termasuk otomotif, yang soft opening-nya telah dilakukan pada
Desember tahun lalu. Kerja sama di sektor
lingkungan termasuk perubahan iklim juga merupakan agenda yang besar. Sebagai
contoh, di tengah makin pentingnya pemasyarakatan mobil listrik dan teknologi
hidrogen, Jepang juga bekerja sama ke arah tersebut. Basis hubungan kerja
sama kedua negara kita akan semakin meluas, termasuk bagi bidang penanggulangan
bencana dan pemeliharaan kesehatan. Saya ingin menyinggung
sedikit mengenai bidang politik dan keamanan. Indonesia adalah satu-satunya
negara ASEAN yang memiliki skema pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri dan
Menteri Pertahanan (“2+2”), yang pada akhir Maret lalu Menteri Luar Negeri
Retno LP Marsudi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berkunjung ke Jepang
guna berpartisipasi pada ”2+2” antara Jepang dan RI yang kedua. Pertemuan ini
menghasilkan penandatanganan Persetujuan tentang Pengalihan Alat dan
Teknologi Pertahanan, yang membuka potensi bagi kemungkinan kerja sama baru. Terkait dengan situasi di
Myanmar yang menjadi isu besar bagi kawasan, Jepang terus mendukung
upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dan berusaha bersama dengan Indonesia
guna menyelesaikan masalah ini dengan damai. Dalam kurun waktu tiga bulan
terakhir saja, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dan Menteri Luar
Negeri RI Retno LP Marsudi telah melakukan pertemuan tatap muka satu kali dan
pembicaraan telewicara tiga kali untuk bertukar pendapat yang berfokus pada
isu Myanmar. Saya yakin bahwa kawasan
Indo-Pasifik akan menjadi pusat dunia pada masa mendatang. Upaya-upaya
dilakukan oleh Jepang untuk mencanangkan “Free and Open Indo-Pacific (FOIP)”
dan upaya Indonesia untuk memimpin ASEAN dalam menyusun ”ASEAN Outlook on the
Indo-Pacific (AOIP)” merupakan bukti nyata yang menunjukkan bahwa kedua
negara kita berkeinginan untuk bersama-sama meningkatkan perdamaian dan
kemakmuran di kawasan berdasar pada aturan hukum yang berlaku. Cerahnya hubungan
bilateral kedua negara terlihat jelas apabila kita melihat generasi muda.
Pembelajar bahasa Jepang di Indonesia tercatat lebih dari 700.000 orang dan
menduduki peringkat kedua di dunia. Indonesia merupakan negara terbesar ke
enam dalam hal jumlah pelajar asing di Jepang, dan secara khusus merupakan
negara dengan jumlah penerima beasiswa pemerintah Jepang terbanyak di dunia.
Semakin banyak orang Indonesia yang melakukan promosi tentang studi, kuliner,
dan pariwisata di Jepang, di antaranya, ada yang memiliki lebih dari enam
juta orang followers. Saya juga menjadikan hal ini sebagai acuan untuk
mengunggah posting-an di Instagram setiap hari. Jepang dan Indonesia merupakan mitra
strategis yang tidak terpisahkan baik di sektor ekonomi dan politik termasuk
keamanan. Dengan Indonesia menjadi tuan rumah G20 pada tahun 2022, dan
menjadi tuan rumah ASEAN pada tahun 2023 dengan tengah-tengah penyambutan
peringatan ke-50 tahun hubungan Jepang-ASEAN, saya optimistis kemitraan ini
akan semakin berkembang. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar