Bersiap
Memasuki Era Penuaan Penduduk M Nurul Alam Hasyim ; Pegawai di
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara Bidang Statistik Sosial |
KOMPAS, 29 Mei 2021
Hari Lanjut Usia Nasional
pada 29 Mei merupakan momentum untuk meningkatkan kepedulian dan penghargaan
kita terhadap penduduk lanjut usia atau lansia. Perhatian khusus perlu
ditujukan kepada para lansia mengingat jumlah populasinya kian meningkat.
Proporsi penduduk lansia yang semakin tinggi, memosisikan Indonesia memasuki
era ageing population atau penuaan populasi penduduk. Perubahan struktur
demografi penduduk Indonesia mulai terlihat terutama pada kelompok lansia (60
tahun ke atas). Hasil Sensus Penduduk tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan bahwa persentase lansia di Indonesia sudah mencapai 9,78
persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan hasil Sensus Penduduk tahun
2010 yang hanya 7,59 persen. Bahkan menurut proyeksi penduduk oleh BPS, pada
tahun 2045 penduduk lansia diperkirakan mencapai 19,9 persen atau hampir
seperlima dari total penduduk Indonesia saat itu. Penuaan penduduk terjadi
karena meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH) secara progresif serta
dibarengi dengan menurunnya angka kelahiran di Indonesia. AHH terus meningkat
dari 69,81 tahun pada 2010 menjadi 71,47 tahun pada 2020. Selain itu,
masyarakat juga sudah mulai memahami pentingnya membatasi jumlah anak melalui
program Keluarga Berencana (KB) sehingga angka kelahiran penduduk Indonesia
semakin turun. Alhasil, jumlah populasi kelompok umur tua semakin gemuk,
sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda semakin ramping. Keadaan
lansia Dinamika demografi pada
era penuaan penduduk ini perlu menjadi perhatian khusus, terutama dari aspek
kesehatan. Sudah menjadi keniscayaan bahwa seseorang semakin tua maka semakin
rentan terhadap penyakit. Dari hasil Susenas Maret 2020, 48,14 persen lansia
di Indonesia mengalami keluhan kesehatan. Kondisi fisik lansia yang
semakin lemah membuat para lansia sering berjibaku dengan berbagai macam
penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit sendi, diabetes melitus,
penyakit jantung, stroke, ISPA, dan pneumonia (Riskesdas, 2018). Sebagai
pelayan masyarakat, pemerintah dituntut terus meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dan memberikan jaminan kesehatan bagi para lansia. Tantangan pemerintah
semakin berat mengingat pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum berakhir.
Penduduk lansia merupakan kelompok dengan tingkat kematian yang tinggi akibat
Covid-19. Dikutip dari laman covid19.go.id pada 24 Februari 2021, dari
seluruh pasien Covid-19 yang meninggal, 48,3 persennya merupakan kelompok
lansia. Oleh karena itu, vaksinasi Covid-19 terhadap lansia agar segera
dirampungkan oleh pemerintah. Meskipun kondisi fisik
mulai melemah, tidak sedikit lansia yang masih produktif dan mencari nafkah
untuk keluarganya. Biasanya, para lansia tetap bekerja dan produktif untuk
mencari kesibukan dan menghilangkan kebosanan di masa tua. Selain itu, bagi
lansia yang berada di keluarga kurang mampu, pensiun bukanlah pilihan yang
tepat. Para lansia dari kelompok ini terpaksa bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya. Pada 2020, data BPS
menunjukkan sekitar 50 persen penduduk lansia masih bekerja. Jika dilihat
dari sektor lapangan pekerjaannya, para lansia mayoritas masuk ke sektor
informal, yaitu sebesar 85,83 persen. Umumnya, para pekerja yang masuk ke
sektor informal berpenghasilan kecil dan rentan dengan kemiskinan. Selain
itu, para lansia tidak masuk ke sektor formal karena kebanyakan sektor formal
tidak mempekerjakan pegawai atau karyawan yang sudah tua. Lansia bekerja bukanlah
hal yang buruk. Lansia yang produktif dapat hidup mandiri dan tidak terlalu
bergantung dengan orang lain. Bahkan para lansia yang tetap produktif dapat
menjaga pikiran dan badannya untuk tetap aktif sehingga menghasilkan output
barang atau jasa yang dapat bermanfaat bagi perekonomian bangsa. Di sini
perlu peran pemerintah supaya para lansia yang bekerja ini bisa tetap bekerja
dengan aman bagi kesehatan fisik maupun mentalnya. Untuk bisa memiliki
pekerjaan yang bagus tentu memerlukan keahlian dan keterampilan yang mumpuni.
Keahlian dan keterampilan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Sayangnya, mayoritas penduduk lansia di Indonesia masih berpendidikan rendah.
Data BPS menunjukkan, 42,29 persen lansia hanya tamatan sekolah dasar (SD)
dan 38,34 persen tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD. Selain itu, masih
ada sekitar 18,71 persen penduduk lansia masih buta huruf. Rendahnya pendidikan
lansia merupakan dampak dari sulitnya mendapatkan akses pendidikan pada masa
lalu. Untuk mengatasinya, diperlukan peran pemerintah untuk menyediakan
layanan pendidikan bagi lansia. Para lansia perlu dibina dan diberikan
pelatihan terkait berbagai hal, seperti kesehatan, keagamaan, sosial, budaya,
dan sebagainya. Hal tersebut diperlukan agar para lansia bisa menjadi lebih
berwawasan, terampil dan lebih mandiri. Peran
berbagai pihak Gelombang peningkatan
jumlah penduduk lansia harus dihadapi Indonesia dengan persiapan yang matang.
Kita tidak ingin para lansia hidupnya terlunta-lunta dan hanya bergantung
kepada orang lain. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan upaya-upaya agar
lansia dapat hidup sejahtera dan mandiri. Upaya menyejahterakan lansia
memerlukan peran berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah memegang peran
penting dalam penyelenggaraan program-program yang ditujukan kepada lansia.
Pemberian bantuan baik berupa bantuan tunai maupun non tunai harus lebih tepat
sasaran dan lebih tepat guna sesuai kebutuhan para lansia. Pemerintah perlu
memikirkan strategi yang tepat agar program-program yang telah disiapkan
mudah diakses oleh lansia. Prosedur yang berbelit dan informasi yang minim
membuat para lansia kesulitan merasakan manfaat program bantuan dari
pemerintah. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa
fasilitas-fasilitas umum yang tersedia sudah ramah terhadap lansia, seperti
transportasi umum, tempat-tempat pelayanan kesehatan, pasar, maupun kantor-kantor
pemerintahan. Tidak hanya pemerintah,
masyarakat juga berperan penting dalam upaya menyejahterakan lansia. Peran
masyarakat dapat dimulai dari hal yang sangat sederhana seperti menghormati
dan menghargai lansia di kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebagai pelaku
usaha, masyarakat yang memiliki lapangan pekerjaan diharapkan mampu
memberikan kesempatan kerja bagi lansia sesuai kemampuan dan keahliannya.
Masyarakat yang di tinggal bersama lansia, hendaknya siap sedia dalam
membantu lansia dalam kegiatan sehari-hari. Upaya-upaya tersebut dilakukan
agar lansia dapat hidup dengan lebih layak, sejahtera, produktif dan lebih
bahagia. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar