Sabtu, 15 Mei 2021

 

Nasib Clubhouse Seusai Kehebohan Beberapa Waktu Lalu

Andreas Maryoto ;  Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”) Kompas

KOMPAS, 13 Mei 2021

 

 

                                                           

Platform media sosial berbasis suara, Clubhouse, mulai masuk ke dalam sistem operasi Android setelah sekian lama hanya bisa diunduh di iOS. Sejak beberapa waktu lalu, orang berharap Clubhouse segera masuk ke Android.

 

Akan tetapi, media sosial itu mungkin tidak akan mulus seperti saat mereka disambut meriah beberapa bulan lalu. Sejak beberapa hari lalu, pengguna Android bisa mengunduh Clubhouse mulai dari mereka yang berada di Amerika Serikat, kemudian negara yang menggunakan bahasa Inggris, hingga pengguna dari sejumlah negara bisa mengunduh aplikasi itu.

 

Publik sudah lama ingin segera mengunduh dan menggunakan Clubhouse. Mereka itu dari mulai yang benar-benar membutuhkan hingga yang hanya penasaran.

 

Meski demikian banyak pertanyaan yang mengiringi kemunculan Clubhouse di Google Play Store. Apakah mereka tidak terlambat? Apakah mereka masih mempunyai waktu untuk mendapatkan perhatian dari khalayak? Apakah mereka bisa bersaing ketika platform lain telah menambah fitur yang mirip dengan Clubhouse? Mereka penasaran dengan aplikasi itu yang sudah berusia lebih dari setahun, tetapi tak juga muncul segera dengan sistem operasi Android.

 

Dalam pengumuman yang dikeluarkan oleh Clubhouse pekan ini, mereka mengatakan bahwa kemunculan mereka untuk mendapatkan umpan balik dari komunitas dalam beberapa pekan ke depan. Clubhouse juga ingin menyempurnakan sejumlah masalah yang didapat sehingga bisa melakukan perbaikan dan penambahan fitur, seperti sistem pembayaran sebelum mereka akan meluncurkan produk mereka secara lebih luas.

 

Ada beberapa kelemahan Clubhouse yang sudah ditemukan, seperti kesulitan pengguna untuk mengikuti topik tertentu serta pengguna tidak mudah mengelola akun. Mereka tengah melakukan perbaikan. Beberapa kritik juga diberikan kepada platform ini dari mereka yang sudah menggunakan.

 

Masalah utama dari aplikasi ini adalah mereka melewatkan momentum ketika publik heboh dengan Clubhouse. Mereka tidak cepat-cepat masuk ke Google Play Store. Orang kemudian melupakan mereka ketika beberapa orang sekadar pernah mencoba Clubhouse di iOS. Platform lain melihat kelemahan itu dan kemudian menambah fitur seperti dilakukan Twitter, Facebook, dan Instagram dengan memberikan fitur audio.

 

Beberapa media sosial lain, seperti LinkedIn, Spotify, dan Reddit, juga telah membuat fitur percakapan audio. Mereka berusaha menangkap peluang di tengah keinginan orang mendengarkan dan juga mengobrol melalui platform. Mereka menangkap peluang di tengah Clubhouse tidak mempunyai rencana yang jelas. Uji coba beberapa pesaing cukup memuaskan dan beberapa mulai menggunakan fitur tambahan ini untuk para pengguna.

 

Kini, Clubhouse menghadapi persaingan perebutan pengguna. Apabila bisa tampil lebih bagus dan menarik, mereka mungkin bisa menyedot perhatian pengguna. Akan tetapi, beberapa analis mengatakan, apabila beberapa orang sudah nyaman dengan salah satu kanal audio, mereka belum tentu dengan mudah akan beralih ke kanal lain. Tantangan Clubhouse makin berat karena bukan hanya mendapat pengguna baru, melainkan juga merebut pengguna yang sudah mapan di platform lain.

 

Data dari Sensor Tower yang dikutip oleh laman Social Media Today menyebutkan, pengunduh Clubhouse anjlok 72 persen pada Maret lalu setelah mengalami jumlah pengunduh puncak pada Februari sebesar 9,6 juta. Ada kabar juga pada April lalu mereka bisa mendapat tambahan unduhan sebanyak 14,2 kali dibandingkan  pada saat Clubhouse diperkenalkan pada tahun lalu. Angka-angka itu tidaklah fenomenal dibandingkan dengan platform lain ketika mereka mulai diperkenalkan kepada publik.

 

Beberapa orang mengunduh media sosial ini karena ikut-ikutan setelah mendengar platform baru itu. Beberapa juga karena takut ketinggalan kalau tidak mengunduh Clubhouse. Mereka tentu bukan pengguna fanatik. Mereka hanya sekadar mencoba  sehingga tidak akan berkelanjutan. Keputusan mereka masuk ke Android pasti akan menaikkan pengguna media sosial yang satu ini, tetapi banyak yang mempertanyakan, apakah mereka akan sukses?

 

Pilihan bagi Clubhouse adalah berlari kencang dengan menghadirkan media sosial itu agar bisa diunduh para calon pengguna di seluruh dunia. Mereka tidak mempunyai pilihan lain karena selama ini sudah terlambat masuk ke Android. Ada orang yang masih menunggu kehadirannya di banyak negara meski tidak lagi sebesar ketika orang menghebohkan platform ini beberapa waktu lalu.

 

Mereka juga harus memberi daya tarik agar para pengguna mau bertahan di platform itu dan sekaligus bisa mengajak para calon pengguna lainnya. Pemasaran dari mulut ke mulut lebih besar dampaknya dibandingkan dengan promosi yang dikemas oleh perusahaan platform. Oleh karena itu, kepuasan pengguna harus dipastikan sejak awal agar mereka bisa menceritakan kenyamanan dan manfaat menggunakan Clubhouse.

 

Fitur Clubhouse yang langsung memasang sistem pembayaran mungkin menjadi keunggulan media sosial ini. Pemasangan sistem pembayaran mengindikasikan bahwa mereka akan memasuki obrolan premium alias obrolan berbayar. Mereka bisa menerapkan tiket, tips, dan honor ketika seseorang mengikuti obrolan serta pembayaran bagi narasumber. Pilihan ini memang tidak mudah, tetapi jelas ada pasar yang membutuhkan obrolan bermutu.

 

Obrolan juga masih memiliki momentum di tengah pandemi. Kebosanan orang di tengah pembatasan sekarang ini membuat mereka mencari kanal untuk mengurangi kebosanan. Konten-konten yang menghibur, menambah pengetahuan, dan juga mendorong inovasi banyak dibutuhkan oleh publik. Clubhouse perlu mendorong narasumber untuk membuat konten-konten seperti itu agar publik mendapatkan konten sesuai keinginan. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar