Bakti
Profesi di Tengah Pandemi Moh Adib Khumaidi ; Ketua Terpilih PB IDI |
KOMPAS, 20 Mei 2021
Sudah jadi fakta sejarah
bahwa proses pembentukan fondasi negara Indonesia pada awal abad XX telah
menempatkan figur para dokter bumiputra sebagai pelopor semangat nasionalisme
dan kesadaran berbangsa. Eratnya jalinan benang
merah keberadaan dokter dengan lahirnya semangat tersebut tidak terlepas dari
watak yang dibentuk oleh proses pendidikan kedokteran dan sumpah serta etika
yang harus dipatuhinya sebagai seorang dokter. Tidak mengherankan jika
pada periode 1908, kelompok pertama yang memiliki semangat nasionalisme
adalah dokter. Inilah yang menjadi embrio kesadaran berbangsa yang pada gilirannya
melahirkan semangat kebangkitan nasional. Dokter Wahidin
Sudirohusodo—penggagas berdirinya Budi Utomo—menyadari bahwa keterbelakangan
dan ketertindasan rakyat harus dihadapi melalui organisasi yang dapat
memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Sejarah mencatat, 20 Mei
1908, organisasi Budi Utomo lahir. Hari lahir tersebut kemudian diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sebuah awal dari kebangkitan bangsa yang
bertujuan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat. Ilmu kedokteran memberikan
ilham dalam perjuangan dokter di era kolonial, perjuangan dan era saat ini di
mana profesi kedokteran dan dunia kesehatan dihadapkan pada tuntutan dan
tantangan yang berubah. Kesehatan global, pelayanan kesehatan masa depan yang
masuk dalam digitalisasi informasi, masyarakat yang kritis, dan pandemi saat
ini. Mimpi perjuangan dokter
nasionalis pada saat ini harus dihidupkan kembali di era kebangkitan dokter
Indonesia untuk melawan pandemi Covid-19, mengembalikan peran dokter kepada
peran kepemimpinan yang pernah mereka mainkan di garda terdepan perjuangan
bangsa. Bidang kedokteran menawarkan metode, cara berpikir, dan
metafor-metafor biologis dan fisiologis baru untuk mengevaluasi fenomena
kesehatan yang terjadi saat ini. Dokter dalam posisi yang
unik untuk mendiagnosis patologi kondisi saat ini, mengidentifikasi sifat dan
tekanan yang melekat dalam proses evaluasi sosial dan memberi resep
intervensi terapeutik terhadap strategi dan kebijakan kesehatan saat ini dan
mendatang. Terjebak
rutinitas Dewasa ini, para dokter
telah terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit. Wawasan dokter
saat ini hanyalah memahami mempelajari segala sesuatu tentang penyakit.
Akibatnya, kewajiban untuk menyehatkan rakyat hanya sekadar menganjurkan minum
obat dan suplemen serta mengobati pasien yang sakit. Dokter lupa bahwa selain
melakukan intervensi fisik, juga harus berperan dalam intervensi mental dan
sosial di tengah masyarakat. Dokter sebagai seorang profesional-cendekia
dalam kiprahnya melekat tanggung jawab sebagai agen perubahan (agent of
change) sekaligus agen pembangunan (agent of development) untuk masyarakat. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggambarkan peran dokter sebagai seorang profesional-cendekia ini
sebagai "the five star doctors", yaitu dokter- dokter yang tidak
hanya memiliki kompetensi sebagai penyedia pelayanan medis (medical care
provider), tetapi juga melekat pada dirinya kompetensi-kompetensi lain, yaitu
sebagai pemimpin komunitas (community leader), pengambil keputusan (decision
maker), komunikator (communicator), dan sebagai seorang manajer. Situasi pandemi Covid-19
menjadi pembelajaran bagi Indonesia, khususnya di bidang kesehatan.
Problematika di bidang kesehatan semakin terlihat jelas di era pandemi Covid-
19 ini. Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berlangsung satu tahun sejak
masuk di Indonesia awal Maret 2020. Namun, Indonesia masih mengalami
persoalan mendasar dalam penanganan pandemi Covid-19. Munculnya penyakit menular
seperti Covid-19 ini menunjukkan keterkaitan dengan kesehatan global yang
berfokus pada biosekuritas, dan upaya untuk mencegah penyebaran penyakit
menular yang membutuhkan strategi yang tepat berdasarkan referensi dan
pandangan para dokter sebagai pakar kesehatan. Di sinilah peran dokter
Indonesia dengan memberikan masukan terkait strategi intervensi penanganan
kesehatan di era pandemi sangat dibutuhkan. Peran dokter Indonesia saat ini
sangat strategis. Dokter
untuk Bangsa Seperti pesan Voice to
Lead and Vision for Future Healthcare, dokter di Indonesia juga harus berani
menyuarakan gagasan dan kritik yang koheren dengan kondisi saat ini, serta
mempunyai visi dalam kesehatan global dan kesehatan masa depan di Indonesia. Dalam Hari Bakti Dokter
Indonesia Ke-113 ini, refleksi perjuangan dokter di era 1908 dan kemerdekaan
diimplementasikan dalam bentuk perjuangan juga saat ini melalui gerakan
Dokter untuk Bangsa. Gerakan Dokter untuk
Bangsa yang dikaitkan dengan semangat dokter Indonesia membangun kembali
kehormatan dan ketahanan (nasional) bangsa di era pandemi ini melalui gerakan
yang menghimpun dan mengerahkan segenap potensi dokter dan potensi masyarakat
untuk menyehatkan bangsa. Melalui ”kuartet peran”
(agent of change, agent of development, agent of treatment, dan agent of
defense) yang seharusnya dijalankan dokter, masyarakat dan bangsa akan
mendapatkan manfaat yang semakin besar dari potensi yang dimiliki oleh
profesi kedokteran. Diharapkan gerakan ini akan kian memperkokoh peran dokter
saat ini dalam menghadapi pandemi dan kesehatan masa depan di Indonesia. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar