Cinta
Kasih Membangun Keluhuran Bangsa Bhikkhu Sri Subhapannyo ; Mahathera; Ketua Umum Sangha Theravada
Indonesia |
KOMPAS, 25 Mei 2021
Sebagaimana seorang ibu
mempertaruhkan jiwa melindungi putra tunggalnya, demikianlah terhadap semua
makhluk. Kembangkan pikiran cinta kasih tanpa batas. Demikian nasihat Guru
Agung Buddha kepada para siswanya (Khotbah tentang Cinta Kasih). Cinta kasih mengandung
pengertian ”sesuatu yang melembutkan hati”. Ia mengalahkan segala bentuk
kekerasan dan kebencian. Ia muncul sebagai dorongan atau niat yang
mengharapkan kebahagiaan dan mengusahakan kesejahteraan bagi semua makhluk
tanpa kecuali. Cinta kasih tidak
dilandasi oleh nafsu, tidak memihak atau pilih kasih, tidak membedakan ikatan
keluarga, ras, bangsa, agama, politik, status sosial, dan budaya. Dengan
cinta kasih itu, seseorang mempersatukan diri atau tidak membedakan diri
sendiri dari makhluk lain. Ego atau ”aku” lebur dalam keseluruhan, bagai setetes
air memasuki lautan. Bagaimana cara
mengembangkan cinta kasih dalam diri kita? Cobalah kita merenung dan meresapi
kata demi kata: semoga semua makhluk hidup berbahagia. Terus-menerus
perenungan itu dilakukan dengan penuh perhatian dan pengertian sehingga akan
tertanam benih cinta kasih dalam pikiran kita. Dengan demikian cinta
kasih merupakan kualitas sikap mental, bukan merupakan bentuk emosi
individualis, melainkan sikap mental yang mengharapkan diri sendiri bahagia
dan orang lain juga demikian. Cinta kasih yang benar adalah cinta kasih
universal, tidak membedakan meski dalam keragaman. Keluhuran
bangsa dalam kebinekaan Bhinneka Tunggal Ika,
berbeda-beda tetapi satu jua. Ikrar penuh makna itu terdapat dalam kitab
Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular (abad ke-14). Perbedaan terjadi di
sana-sini sebagai konsekuensi dari aneka macam perbuatan (karma) yang
dilakukan setiap orang. Setiap orang melakukan perbuatan yang dikehendakinya,
karena itu setiap orang akan menerima akibat yang berbeda pula. Itulah yang menimbulkan
perbedaan di tengah-tengah kehidupan ini, perbedaan kelahiran, kesukuan,
keberagamaan, bahkan perbedaan kualitas hidup setiap orang. Karena itu,
perbedaan adalah kewajaran yang terjadi dalam hal apa pun. Meskipun terdapat
kesamaan, tetap saja ada perbedaan dalam kesamaan itu. Bagaimana agar kita dapat
menjalani hidup bersama meski terdapat perbedaan di sana-sini? Di situlah letak keluhuran
sebuah bangsa yang dapat menciptakan kebersamaan di tengah perbedaan,
menghargai perbedaan, dan memaknai perbedaan sebagai sahabat seiring dalam
suka duka perjalanan hidup bangsa. Bhinneka Tunggal Ika
sebagai pedoman hidup masyarakat pada abad ke-14 telah mewujudkan masyarakat
yang sentosa dan damai. Bhinneka Tunggal Ika akan
memberikan peran penting bagi keluhuran bangsa Indonesia dalam hal: (1)
Membangun persatuan bangsa, (2) Membangun kehidupan bangsa yang toleran, (3)
Sebagai pedoman peraturan dan kebijakan yang menghargai kebersamaan, (4)
Menjaga perdamaian Indonesia, dan (5) Melestarikan cita-cita mulia leluhur
bangsa. Cinta
kasih menjiwai keluhuran bangsa Pengharapan terhadap orang
lain agar hidup berbahagia itu karena setiap orang menyayangi dirinya
masing-masing. Setelah membandingkan orang-orang lain dengan dirinya sendiri,
hendaknya seseorang tidak melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan diperbuat
oleh orang lain terhadapnya. Manusia harus saling
melindungi: dengan melindungi dirinya, seseorang itu melindungi orang lain,
dengan melindungi orang lain, seseorang melindungi diri sendiri. Sikap curiga,
diskriminasi, dan benci antarkelompok masyarakat akan menimbulkan pertikaian
sesama warga. Dengan menerapkan cinta kasih, hendaknya mereka yang bertikai
mau duduk bersama untuk mengungkapkan akar permasalahannya dan mencari
penyelesaian yang disepakati bersama untuk dilaksanakan dengan sikap
persaudaraan. Sikap ekstrem dan
kebencian berbasis agama tidak akan terjadi jika orang menyadari bahwa sikap
itu akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Orang lain yang ketakutan,
terluka, bahkan terbunuh tentu sangat menderita. Keluarga korban pun turut
menderita. Karena itu, sikap ekstrem dan kebencian perlu dijauhi dengan cara
menumbuhkan pandangan keagamaan menghargai berbagai keyakinan, disertai
prinsip hidup cinta kasih. Kebenaran hakiki itu
sendiri mempunyai sifat cinta kasih dan sebaliknya dalam cinta kasih terdapat
kebenaran hakiki. Cinta kasih akan tumbuh
berkembang pada saat orang memiliki sikap hidup yang moderat atau menghindari
paham ekstrem. Moderasi beragama merupakan ladang tumbuhnya cinta kasih dan
sebaliknya cinta kasih itu akan menumbuhkan moderasi beragama. Doa
harapan Hari Trisuci Waisak
2565/2021 mengingatkan tiga peristiwa suci, yaitu saat kelahiran, pencapaian
Pencerahan Sempurna, dan kemangkatan Guru Agung Buddha Gotama pada hari
purnama raya, di bulan Waisak atau bulan Mei, dengan tahun yang berbeda. Beliau lahir tahun 623 SM
di Nepal, mencapai Pencerahan Sempurna tahun 588 SM di India, dan mangkat
pada tahun 543 SM di India. Sangha Theravada Indonesia
mengucapkan Selamat Hari Trisuci Waisak 2565/2021 kepada semua umat Buddha,
dengan harapan agar umat Buddha Indonesia berperan aktif dalam pembentukan
keluhuran bangsa dengan menerapkan cinta kasih di berbagai bidang, baik dalam
bidang kehidupan beragama maupun berbangsa. Selain hal itu, marilah
kita saling berbagi cinta kasih dengan cara menaati protokol kesehatan serta
mengikuti vaksinasi agar pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga kondisi
perekonomian dan sosial berangsur pulih. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa, Tiratana, selalu melindungi. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar