yang heran dan
kecewa ketika Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih gagal maju dalam
Pilkada Jateng 2013. Mantan bupati Kebumen itu gagal maju dalam pilkada
karena DPP PDIP tidak memberi rekomendasi. PDIP lebih memilih Gandjar
Pranowo-Heru Sudjatmoko dalam ritual lima tahunan di tingkat provinsi
tersebut.
Dengan kegagalan maju dalam pilkada, keinginan perempuan
kelahiran Kebumen itu untuk menjadi gubernur di Jateng pupus. Rustri pasti
kecewa. Namun, demi menjaga idealisme, dia menerima keputusan tersebut.
Rustri pun menolak saat ditawari partai lain karena tak mau keluar dari
PDIP.
Tidak didukungnya incumbent dalam pilkada
Jateng oleh PDIP ini merupakan bentuk komunikasi yang jelek antara PDIP dan
person incumbent tersebut. Ini tidak hanya terjadi dalam pilkada
Jateng, melainkan juga di pilkada Bali. Incumbent Mangku Pastika -yang pada pilkada sebelumnya
diusung PDIP- dalam Pilkada Bali 2013 diusung PD dan Partai Golkar. Masih
untung, incumbent Wakil Gubernur Bali A. A. Puspayoga masih
diberi rekomendasi oleh PDIP.
Mengapa komunikasi antara incumbent dan
PDIP sangat jelek sehingga mereka tidak didukung lagi? Dalam talk show di
sebuah stasiun televisi, Bibit Waluyo mengatakan tidak didukung PDIP karena
dirinya tidak mau menyerahkan ''upeti'' kepada partai dalam masa-masa
menjabat gubernur. Dalam Pilgub 2008 Bibit diusung PDIP dan kini pindah
sekoci lewat dukungan PD, Partai Golkar, PAN, dan PPP.
Kalau benar permintaan upeti itu, Bibit menolak bisa jadi
karena tidak ada duit, memegang idealisme, atau faktor lain. Sebagai
perempuan idealis, mungkin Rustri menolak hal-hal demikian sehingga
mengalami nasib yang sama dengan Bibit.
Bibit bisa juga disebut kacang lupa kulitnya. Biasanya,
selepas pilkada, kalau dia menang, partai pengusung segera dilupakan.
Mereka beralasan, dirinya dipilih rakyat. Bagi Bibit, mungkin hubungan
dengan PDIP dianggap usai setelah dirinya dilantik menjadi gubernur.
Menjadi kebiasaan bila seseorang menjadi anggota DPRD,
DPR, kepala daerah, pejabat eselon I, pejabat negara, dan jabatan lain,
bila mendapat dukungan dari salah satu partai, dirinya harus menyerahkan
sesuatu kepada partainya. Bagi anggota DPR/DPRD, gaji mereka langsung
dipotong untuk diserahkan kepada partainya. Bila bukan uang, mungkin
kebijakan yang menguntungkan.
Lantaran adanya "balas budi" yang tidak
tertulis ini, mereka mencari-cari celah untuk membayarnya. Akibatnya,
mereka pun melakukan tindak korupsi uang negara. Uang negara yang digarong
itu diserahkan kepada partainya. Namun, ketika dia tertangkap KPK atau
kejaksaan, partai lepas tangan dan menyatakan bahwa itu tindakan pribadi.
Soal jeleknya komunikasi PDIP dengan incumbent, masalahnya bukan hanya seperti yang
dikatakan Bibit dalam talk show di salah satu stasiun televisi itu, melainkan
juga faktor bahwa selama ini PDIP mengusung calon yang bukan kadernya
sendiri. Kita tahu bahwa Bibit, Mangku Pastika, dan incumbent lain
bukan kader PDIP.
Sebagaimana kita ketahui, Bibit adalah seorang letnan
jenderal TNI. Jabatan-jabatan tinggi yang pernah dipegang oleh sosok
kelahiran Klaten, Jateng, itu adalah Pangdam Jaya dan Pangkostrad. Sebelum
maju dalam Pilkada Jateng 2008, Bibit sebenarnya ingin maju dalam Pilkada
DKI Jakarta 2007. Namun, niat itu diurungkan.
Pun demikian Mangku Pastika. Dia adalah mantan Irjenpol.
Sebelum menjadi gubenur Bali, tokoh kelahiran Buleleng, Bali, itu adalah
Kapolda Papua, ketua tim investigasi bom Bali, Kapolda Bali, dan kepala
pelaksana harian BNN. Prestasi yang gemilang dalam menangani bom Bali
itulah yang membuat dirinya populer sehingga PDIP mengusungnya.
Tentu, kadar emosionalitas kader dengan bukan kader dalam
hubungannya dengan partai berbeda. Bagi kader, tentu idealisme dan
emosionalitas dengan induk partainya sangat kuat sehingga apa pun keputusan
dan perintah partai akan dilakukan. Ini seperti tergambar dalam sosok
Rustri. Sebagai kader tulen dia menerima keputusan DPP PDIP yang tidak
memberikan rekomendasi kepadanya meski dirinya kecewa.
Bila bukan kader loyal partai, Rustri pasti segera
menerima pinangan partai lain untuk maju dalam pilkada Jateng. Popularitas
dan elektabilitas yang tinggi membuat banyak partai ingin meminang dirinya.
Namun, karena dia masih setia kepada partai, pinangan itu digantung, bahkan
ditolak.
Hal-hal inilah yang harus menjadi pelajaran bagi PDIP
dalam mengusung calon pada pilkada-pilkada yang akan datang. Tidak
mengusung incumbent yang sebelumnya didukung menunjukkan bahwa
PDIP kutu loncat dalam mengusung calonnya. Orang bisa memiliki persepsi
bahwa PDIP mengusung calon hanya berdasar kepentingan pragmatis.
●
|
GAY HOMOSEKSUAL BISEKS
BalasHapussalam kenal semua pria yg sempat membaca tulisan ini.
Mungkin akan terkesan negatif, bagi anda yg fanatik.
Tapi faktanya komunitas ini di indonesia cukup berkembang.
Mungkin salah satu nya adalah saya.
Mungkin banyak juga yg memandang hina.
Tapi kami tetap ada sebagai warna keanekaragaman manusia.
Mungkin banyak yg menilai kami cuma virus? Tapi kami juga manusia. Juga punya hati. Yg punya cinta sayang & sangat setia.
Banyak yg anda liat di media, tragedi dg image buruk ttg GAY? Tapi tidak semua sama.
Itu semua tergantung bagaimana watak dasar & didikan lingkungan pd seseorang.
Mungkin perlu anda tau, pada saat kami sudah menyatakan Rasa suka,
barulah anda tau, bahwa anda bisa merasakan bagaimana anda dihargai sbg pasangan.
Yg mungkin sebelumnya anda tidak pernah dapatkan!
Jika anda pria krisis hati,
salam kenal dari saya ; O85664600785
sudah tidak jaman lagi tuk munafik.
Asal tidak merugikan org lain,
semua sah" saja!