Langkah China dengan mengembangkan sistem
pembayaran kesehatan telah berhasil meningkatkan kepercayaan konsumen
domestik. Buruh yang sehat membuat perekonomian domestik juga sehat.
Terbukti hingga
saat ini pertumbuhan ekonomi China selalulebihtinggi dari Indonesia.
Kebijakan pemerintah yang melarang outsourcing dan tetap memberikan subsidi
bahan bakar minyak patut mendapatkan acungan jempol. Kebijakan ini membuat
pendukung paham neoliberal kebakaran jenggot. Dalam peraturan outsourcing
segala macam bentuk outsourcing bahkan sebetulnya dilarang. Ini cukup
membuat kita optimistis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi pada
tahun ini setelah beberapa tahun terakhir mencapai pertumbuhan yang juga
relatif tinggi.
Kebijakan-kebijakan
tersebut akan mendorong penguatan ekonomi lokal. Dengan penguatan kekuatan
ekonomi lokal, sistem pembayaran akan menjadi semakin efektif dalam
menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi di tengah
resesi yang dialami negaranegara maju saat ini. Kebijakan upah minimum juga
semakin membuat perekonomian domestik berjaya karena buruh akan memiliki
daya beli yang pada gilirannya akan mampu menopang pertumbuhan dengan motor
aktivitas perekonomian lokal melalui ekspansi sistem pembayaran di dalam
negeri yang semakin efisien.
Sinergi itu
akan semakin bertambah kuat jika pembangunan ekonomi Indonesia
menujupembangunanmaritim. Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau
membutuhkan armada maritim yang kuat. Almarhum mantan Presiden Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) mengingatkan kita semua akan pembangunan salah arah di era
Orde Baru yang lebih mengutamakan pembangunan daratan ketimbang
mengutamakan lautan.
Di era Gus Dur
untuk pertama kalinya dibuat Kementerian Kelautan. Jika semangat Gus Dur
ini diteruskan, perampokan aset kelautan kita oleh asing dapat dihentikan
dalam tempo yang secepat-cepatnya. Pembangunan yang mengabaikan maritim
merupakan dogma dari pembangunan yang bermatra darat yang merupakan ruh
dari Orde Baru.
Gus Dur sangat
yakin pembangunan yang berdasarkan kelautan dapat dilaksanakan dengan
diperkuat sistem pembayaran yang kokoh akan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi sebesar belasan persen setiap tahun. Artinya kinerja perekonomian
kita akan lebih hebat ketimbang China sekalipun. Untuk mendukung itu,
jaringan yang perlu dibangun adalah jembatan sistem pembayaran yang
menghubungkan antarpulau tersebut yang diikuti pembangunan armada maritim
yang andal.
Dengan
mengembangkan pembangunan berbasis maritim, harga jeruk Medan di Jakarta
akan menjadi lebih murah ketimbang harga jeruk Mandarin. Begitu pula dengan
harga produk-produk lainnya yang dihasilkan di dalam negeri sehingga
integritas pembangunan ekonomi Indonesia semakin meningkat dan impor juga
dapat ditekan. Ujung-ujungnya, produk lokal menjadi raja di negeri sendiri,
tidak seperti saat ini.
Namun, hal itu
juga harus disertai pembangunan sistem pembayaran yang efisien seantero
Nusantara sehingga pergerakan barang bukan hanya semakin cepat, melainkan
juga efisien. Tanpa ada dukungan sistem pembayaran, sulit bagi
produk-produk lokal untuk berkembang. Dengan demikian, Nusantara yang
terdiri atas ribuan pulau akan semakin jaya jika pembangunan ekonomi terus
berbasis maritim yang disertai pembangunan sistem pembayaran.
Untuk itu,
pembangunan alutsista kelautan Indonesia harus diutamakan. Indonesia harus
memiliki kekuatan militer andal yang mampu mengawasi kekayaan laut di
wilayah Indonesia. Jika hal tersebut dapat terwujud, pulau dan wilayah
terluar dari Republik Indonesia dapat membangun instrumen pembayaran yang
bersifat branchless sehingga pembangunan ekonomi di wilayah tersebut akan
lebih dinamis ketimbang kondisi saat ini, termasuk juga bila dibandingkan
dengan keadaan di wilayah milik negara tetangga.
Di wilayah
perbatasan dan pulau terluar bahkan seharusnya dibangun automated teller
machine (ATM) dan pangkalan militer milik Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setiap pangkalan militer tersebut harus memiliki ATM sehingga kehadiran
militer juga berpotensi menghidupkan perekonomian lokal secara lebih
intensif lagi. Dengan ATM, bukan saja masyarakat lokal, melainkan juga
warga negara asing di perbatasan akan menggunakan fasilitas tersebut yang
pada gilirannya meningkatkan aktivitas ekonomi lokal.
Dengan
demikian, kerja sama antara Mabes TNI dan bank-bank pembayaran seharusnya
menjadi cetak biru bagi rencana pembangunan perbankan nasional. Jika konsep
itu diterapkan, kekuatan di wilayah perbatasan dan pulau terluar akan
semakin kuat secara ekonomi dan militer. Tanpa ada kerja sama antara
keduanya, tidak akan terbangun kekuatan yang hakiki di wilayah tersebut.
Kondisi ini
bahkan kerapkali sangat mungkin dijadikan proyek-proyek yang mubazir oleh
kementerian- kementerian lain seperti Kementerian Sosial, Kementerian
Perumahan Rakyat, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal. Proyekproyek ini akan mubazir sebab tidak memiliki
kekuatan ekonomi dan militer secara bersamaan.
Ekonom Gary
Becker yang juga peraih hadiah Nobel Ekonomi pada 1968 sudah mengingatkan
akan pentingnya kehadiran militer atau polisi dalam pembangunan ekonomi.
Dengan kehadiran militer, sistem pembayaran akan menjadi jaring pengaman
penting dari daya tahan pembangunan ekonomi lokal, termasuk di daerahdaerah
yang selama ini tidak tersentuh pembangunan nasional. Tanpa ada sistem
pembayaran, upaya untuk memperkuat kehadiran TNI dan aktivitas bisnis di
daerah tertinggal hanya akan menjadi ilusi! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar