Mantan
ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum kebanjiran tamu setelah
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan
kompleks olahraga Hambalang, Jawa Barat. Ketika menerima Republika di
kediamannya di Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (28/2), sekitar pukul
02.00 WIB, Anas yang mengenakan sarung dan kemeja hitam tampak
kelelahan. Wajahnya agak pucat dan matanya memerah. Sebelum melayani
wawancara, dia izin ke kamar mandi, kemudian kembali beberapa menit dengan
wajah yang sudah terbasuh air.
Berikut
petikan wawancara Republika dengan Anas:
Kunci tetap tenang atas persoalan yang
sekarang?
(Anas
mengambil jeda panjang hampir 10 detik sebelum menjawab pertanyaan ini. Dia
memejamkan matanya yang tampak memerah sejenak, kemudian melontarkan
jawaban.)
Kunci opo (apa)? Masalah serius ini.
Bukan masalah kecil. Tapi, masalah seserius
apa pun tak ada alasan untuk tidak tenang kalau kita yakin, kita punya
keyakinan bahwa tidak seperti yang dituduhkan itu.
Yakin tidak bersalah?
Kalau yang dituduhkan
gratifikasi, gratifikasi apa? Sudah diceritakan kan? Dari kronologi cerita
itu tidak. Saya yakin bukan gratifikasi.
Apakah sudah benar-benar
lepas jaket?
Sudah
Sabtu (23/2) lalu, habis konferensi pers, jaket dilepas.
Keluar dari Demokrat?
Berhenti dari ketua
umum.
(Menanggapi pertanyaan ini, Anas seperti menemukan
kembali tenaganya. Kata-katanya mulai terukur dan mengalir lancar).
Bedanya?
Beda. Mundur dengan berhenti beda. Kalau mundur itu forumnya
di KLB (Kongres Luar Biasa). Yang memilih saya melalui kongres. Kalau saya
mundur, di forum setara kongres, KLB. Kalau saya mundur, saya menulis surat
ke siapa? Jadi berhenti? Berhenti
itu mandek.
Tidak ada surat
pengunduran diri?
Sejauh yang saya
pikirkan itu tidak diperlukan.
Dari Dewan Pembina (Wan
bin) Partai Demokrat masih bicara surat?
Yang berpandangan seperti
itu tidak bisa dilarang, saya kira tidak apa-apa. Tapi, kalau pikiran saya
sih, urgensinya tidak ada.
Langkah Anas bisa me
ngunci Demokrat agar tidak punya ketum baru?
Memang sekarang belum punya
ketum.
Apakah memang harus ada
pengunduran diri atau bisa ada ketum baru tanpa surat Anas?
Ketum itu produk dari
kongres atau KLB. Hanya itu yang bisa memproduksi ketum. Di luar itu, tidak
ada.
Harus sekarang KLB?
Ya itu tadi, yang berhak
melahirkan ketum hanya kongres atau KLB. Di luar itu, tidak ada forumnya.
Tak ada instansi di partai yang bisa menghasilkan ketum.
Ada kesan wanbin
khawatir kalau KLB sekarang tetap dipegang orang Anas?
Saya tidak tahu
hitungannya. Tapi, tidak terlalu sulit menghitung
angka atau suara kurang dari 600 suara. Tidak sulit itu.
Perhitungan Anas sendiri
bagaimana?
Saya sudah tidak
menghitung suara, tapi kalau teman-teman menghitung suara, saya tidak tahu.
Berapa banyak dewan
pimpinan cabang (DPC) yang me nyatakan simpati?
Hampir semua saya kira. Ham
pir semua kontak, komunikasi. Seperti biasa, karena saya ti dak mengubah
sikap apa-apa. Saya tetap menjadi teman, sahabat, dari mereka semua.
Dalam pidato kemarin,
Anas menyebut halaman pertama dan masih ada halaman berikutnya?
Itu kan hari Sabtu, di mana hari pertama saya berhenti
itu halaman pertama. Halaman berikut nya, hari berikutnya.
Banyak yang memaknai itu
perlawanan Anas?
Tentu hari-hari
berikutnya, hari-hari itu harus diisi. Tentu diisi oleh hal penting dan
bermanfaat. Untuk kepentingan politik yang lebih sehat, kepentingan
demokrasi yang lebih baik, produktif.
Ini menagih janji kalau
Amir (Syamsuddin, menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) tak mau ngomong?
Mungkin pertanyaannya belum pas untuk Pak Amir. Jadi, Pak
Amir belum paham betul konteksnya.
Apa itu? Termasuk aliran uang?
Sejauh keterangan atau informasi itu benar, tentu sekali
lagi Pak Amir tahu persis. Diakui atau tidak, dibantah atau tidak. Itu
hasil pemeriksaan Pak Amir yang dilaporkan kepada ketua dewan kehormatan
dan disampaikan ke saya selaku ketum dan wakil dewan kehormatan.
Anas sangat tahu tentang
yang disampaikan Nazaruddin?
Intinya tahu, tapi
rinciannya Pak Amir.
Kalau Amir tak mau bicara
dan Anas mau bicara?
Pemain utama itu lebih
utama. Pemain utama lebih afdal. Timnas itu harus pemain utama. Kalau
cadangan, kalah terus.
Kalau diminta membantu, bersedia?
Saya jadi tersangka saja
siap, apalagi cuma keterangan, tapi siapa saja memang punya kewajiban
memberikan keterangan. Kalau nanti ada pemeriksaan, Anas siap membuka yang
Anas tahu? Makanya saran saya, yang tahu persis Amir Syamsuddin.
Mendorong KPK memeriksa
Amir?
(Anas mengembangkan senyumnya). Saya tidak pernah dan tidak ingin
mendorong KPK untuk memanggil atau tidak seseorang. Itu kewenangan KPK,
tidak memanggil juga otoritas KPK.
Pimpinan KPK menunggu
keterangan Anda terkait dana ke Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono, sekretaris
jenderal Partai Demokrat)?
Saya belum pernah dengar
itu.
Ada informasi caleg di
daerah mengundurkan diri. Ada instruksi?
Tidak ada. Saya justru
meminta kader tenang, jernih, jangan emosional, pertimbangkan kepentingan
jangka panjang. Tapi, kalau ada yang berhenti, tidak ada yang bisa melarang
karena berpartai itu pilihan bebas dan merdeka.
Kalau Timwas Century meminta
keterangan Anas?
Saya akan pelajari
konteksnya apa. Karena kalau data, termasuk aliran dana, itu sudah lengkap.
Hasil dari panitia angket itu. Dari pendalaman timwas, saya kira datanya
sudah ada di KPK semua. Audit investigatif BPK, semua sudah lengkap itu.
Ada beberapa kader Demokrat
yang meminta Anas jangan beropini ke publik. Itu ancaman?
Pendapat itu kan.
Pendapat itu hal yang biasa.
Akan mempertimbangkan?
Semua pendapat saya
dengar dan pertimbangkan. Tapi, tentu saya punya rumusan pendapat sendiri
juga. Sama halnya setiap orang boleh berpendapat, saya juga punya hak untuk
berpendapat. Yang saya pastikan adalah saya tidak ingin berpendapat yang
saya tidak yakini. Dan, saya tidak ingin berpendapat tidak berdasar apalagi
fitnah. Itu akan saya hindari.
Dengar ada isu penangkapan?
Sudah dari dua hari
lalu, paspor saya sudah ditangkap. Saya bersyukur, itu makin menyempurnakan
penjelasan. Ya, penjelasannya ada yang spesial, ada yang khusus karena saya
belum mendengar ada orang yang dicekal dijemput paspornya. Yang bisa
menjemput itu tentu penjemput yang diperintah. Itu hal kecil yang menurut
saya menyempurnakan penjelasan. Kira-kira itu bagus.
Keterlibatan Anas di Demokrat
ke depan? Ke Demokrat lagi,
membesarkan Demokrat lagi?
Demokrat itu cinta
pertama saya. (Anas berhenti sejenak selepas mengucapkan
kalimat itu. Matanya yang lelah tampak berkaca-kaca. Tapi, dia terdengar
bersemangat melanjutkan keterangan selanjutnya.) Demokrat itu partai yang pertama. Tentu, saya berharap ini partai
pertama dan terakhir. Mudah-mudahan ini tetap seperti itu. Kecuali,
terpaksa.
.
Sekalipun itu akan
berbenturan dengan kepentingan orang penting di partai?
Di partai itu orang
boleh datang, pergi, tapi datang-perginya orang tidak boleh mengganggu eksistensi
partai. Itu salah satunya dipengaruhi oleh ruhnya. Ruh itu ya ideologi,
etikanya itu. Itu posisinya tentu jauh lebih.
Kalau ada yang gerah?
Mestinya tidak ada yang
gerah. Tapi, kalau terpaksa ada yang gerah, gerah-gerah sedikit biasa dalam
politik.
Meskipun sudah tak jadi
Demokrat lagi? Masih tetap menjadikan Demokrat seperti ini?
Kalau konteksnya saya
sebagai warga negara, pemilih, rakyat, tetap saja pemilih itu punya hak
untuk membuat partai yang dipilihnya sesuai yang diharapkan. Yang punya hak
berharap bukan hanya pengurus, fungsionaris, tapi juga rakyat atau pemilih
yang memberikan kepercayaan. Itu punya kontribusi yang luar biasa penting
untuk eksistensi partai. Karenanya, tidak boleh disisihkan dalam
mempertimbangkan masa depan partai.
Ada yang menilai Anas
punya keberanian menyampaikan yang selama ini masih tertutup. Karena Anas
banyak tahu. Mereka berharap Anas jadi figur yang membuka?
Saya tidak tahu apakah
ada misteri atau tabir di situ. Bahwa ada persepsi seperti itu, hal yang
juga biasa saja. Karena selama ini memang politik kita itu ada ruang-ruang
yang bisa dipersepsi sebagai misteri. Itulah indahnya politik di Indonesia,
ada misteri-misteri. Kalau misteri itu oleh sejarah diproses tidak lagi menjadi
misteri, ya hal yang baiklah itu.
Anas akan jadi golongan
perbaikan itu?
Ya, apa yang saya
katakan, lembaran, halaman, hari demi hari, sekecil apa pun mudah-mudahan
memberikan makna bagi perbaikan, kemaslahatan, tapi sekali lagi saya bukan
dalam posisi yang dipersepsikan atau diharapkan orang untuk jadi juru bongkar,
pokoknya bagian bongkar-bongkar misteri. Tidak seperti itu.
Kalau Anas enggak salah,
bakal balik ke Demokrat?
Itu panjang ke depannya.
Orang besok saja saya tidak tahu. Apalagi bulan depan, tahun depan. Saya
konsentrasi besok apa. Setelah besok, lusa apa.
Semua kemungkinan terbuka?
Bukunya terbuka, bukan
tertutup, belum ada titik. Ini koma, koma, koma.
Ada yang menawarkan
untuk bergabung?
Kalau saya bilang tidak ada bohong, kalau saya bilang
ada, buat saya sekarang relevansinya tidak cukup tinggi untuk diseriusi. Karena
memang bukan konsentrasi saya. Konsentrasi
saya dua saja, satu fokus pembelaan hukum untuk mendapatkan keadilan. Kedua,
itu tadi, menjalani lembar demi lembar, hari demi hari yang saya harapkan
tetap bermakna kontributif.
Masih coblos 2014?
2014 isih suwe rek
(masih lama). ●
( Mansyur Faqih )
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar