Kamis, 07 Maret 2013

In Memorium Hugo Chavez


In Memorium Hugo Chavez
Arif Sumantri Harahap  ;  Mantan Pejabat Politik KBRI Caracas;
Lulusan Johns Hopkins University, Amerika Serikat
KOMPAS, 07 Maret 2013


Chavez is the most democratic politician on the earth. George Galloway
Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan di televisi nasional, Selasa (5/3), bahwa Presiden Hugo Chavez Frias meninggal pada pukul 16.25 dalam usia 58 tahun.

Dalam pidato emosional yang disertai titik air mata, Maduro mengatakan bahwa Comandante Chavez telah tiada setelah berjuang melawan penyakit kanker selama hampir dua tahun. Maduro yang diapit para pemimpin politik dan militer meminta seluruh rakyat Venezuela untuk merapatkan barisan.
Menurut konstitusi Venezuela, Ketua Majelis Nasional Diosdado Cabello akan menjabat presiden untuk sementara waktu sebelum presiden baru terpilih pada pemilihan umum. Dunia pun berduka atas wafatnya Presiden Venezuela yang baru terpilih secara demokratis pada pemilu Oktober 2012.

Sang Legenda

Chavez meninggalkan legenda tersendiri. Di Venezuela, Amerika Latin, dan kawasan Karibia, Presiden Chavez dipandang sebagai pemimpin yang merakyat dan memanjakan rakyat dari hasil minyak untuk sandang, pangan, dan papan mereka.

Selama 14 tahun memimpin Venezuela, Chavez berhasil mengentaskan orang miskin di atas 75 persen dan membebaskan mereka dari buta huruf. Program perumahan rakyat yang terkenal dengan Gran Vivienda merupakan salah satu proyek andalan yang berhasil menyingkirkan penantangnya, Henrique Capriles, pada pemilu lalu. Namun, ia juga mengubah konstitusi agar presiden, gubernur, dan wali kota dapat dipilih kembali tanpa pembatasan dua kali.

Presiden Hugo Chavez juga menarik perhatian dunia karena kebijakan luar negeri Venezuela telah membawa masalah keamanan di belahan Bumi bagian barat (western hemisphere) berhadapan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Diplomasi Chavez yang menggunakan minyak sebagai senjata (soft power) memungkinkan negara lain turut tidak tunduk kepada ideologi atau kekuatan militer AS. Sebagai alat kebijakan luar negeri, soft power efektif untuk mendapatkan sekutu sekaligus menyeimbangkan kekuatan yang mengerem nafsu Amerika untuk menguasai dunia.

Sejak awal pemerintahan, Chavez telah bekerja sama dengan negara lain untuk menjauhkan diri dari AS dan membangun aliansi dengan negara-negara sepaham seperti China, Belarusia, Kuba, dan Iran.
Chavez juga membuat kegiatan paralel anti-AS pada Pertemuan Puncak Amerika OAS, menciptakan Aliansi Bolivarian untuk Amerika (ALBA), CELAC, dan perjanjian perdagangan yang tidak mendukung liberalisasi dan privatisasi, serta berdiskusi dengan Rusia untuk penggelaran rudal baik di Kuba maupun Venezuela.

Untuk kepentingan masyarakat miskin di dunia, Chavez mengeluarkan belanja internasional yang besar dengan menawarkan banyak bantuan, investasi, dan subsidi kepada negara lain sebanyak mungkin. Menurut PBB, investasi langsung Venezuela di luar negeri melampaui 8 persen dari APBN dan lebih besar 2 persen dibandingkan rata-rata negara penghasil minyak.

Membagi Devisa

Dari segi dollar AS per kapita, investasi luar negeri Venezuela merupakan peringkat keempat di seluruh Amerika Latin dan Karibia, setelah Argentina, Cile, dan Trinidad-Tobago, di atas Meksiko dan Brasil. Investasi Venezuela di luar negeri sebagian besar dilakukan oleh negara dari hasil devisa minyak melalui perusahaan negara PDVSA.

Selama 14 tahun memerintah, Chavez telah 235 kali melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menggalang solidaritas dengan negara lain, termasuk dua kali kunjungan ke Indonesia. Chavez juga menyumbang 2 juta dollar AS untuk korban tsunami di Aceh di bidang pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

Chavez punya program Petro Caribe yang menyediakan bantuan minyak dan produk minyak bumi bagi negara-negara kecil di Karibia rata-rata 200.000 barrel per hari dengan syarat pembayaran yang ringan.

Petro Caribe mendapat subsidi tahunan 1,7 miliar dollar AS dan menempatkan peringkat bantuan Venezuela di atas bantuan dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Australia, Belgia, Denmark, Norwegia, Portugal, Spanyol, dan Swiss di kawasan itu. Jumlah itu melebihi bantuan Marshall Plan setelah Perang Dunia II.

Iklan di Amerika

Di AS, Venezuela memasang iklan Citgo, perusahaan minyak milik Venezuela. Iklan tersebut menyatakan bahwa rumah tangga di AS telah menerima subsidi minyak pemanas sebagai ”hadiah” dari rakyat Venezuela.

Ketika Haiti kekurangan bahan pangan akibat kerusuhan tahun 2008, Chavez mengirimkan armada pesawat terbang yang membawa 364 ton makanan.

Di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Venezuela menegur Saudi karena tak melakukan ”cukup upaya” untuk membantu kaum miskin dan melawan imperialisme. Chavez menyatakan bahwa ALBA dan CELAC akan menjadi blok yang berorientasi sosial, yaitu blok untuk pengentasan orang miskin.

Wafatnya Chavez merupakan tantangan bagi pembangunan manusia, keadilan sosial, penghormatan terhadap HAM, dan kebebasan individu di Amerika Latin. Bagi Gerakan Nonblok, wafatnya Chavez akan mengurangi suara vokal untuk mendukung Palestina karena Chavez-lah yang berani mengusir Duta Besar Israel dari Venezuela karena Israel melanggar Resolusi PBB mengenai Palestina.

Namun, bagi Pemerintah AS dan sekutunya di Amerika Latin, wafatnya Chavez menjadi momentum untuk mengurangi perasaan anti-Amerika dan merumuskan agenda baru. Inilah saatnya memikirkan kembali kebijakan luar negeri AS di Amerika Latin karena saat Chavez berkuasa, para pemimpin di Amerika Latin umumnya tidak tertarik pada demokrasi dan penghormatan kebebasan individu.

AS menganggap Amerika Latin sebagai halaman belakang dengan menggunakan Monroe Doctrine sebagai containment policy AS terhadap bangsa Eropa di Amerika Latin. Namun, kebijakan ini gagal karena semasa Chavez, negara sekutu AS di Eropa tidak hirau. Spanyol, Inggris, Italia, dan Portugal justru hadir sebagai partner Venezuela.

Organisasi Regional

Meninggalnya Chavez diramalkan akan memengaruhi organisasi regional di Amerika Latin, ALBA, Unasur, Andean, Petro Caribe, dan CELAC dalam upaya Amerika Latin untuk memisahkan diri dari perekonomian global. Padahal, inilah yang dikhawatirkan Dana Moneter Internasional (IMF) karena sistem yang dibangun seperti imbal beli dan tidak menggunakan dollar AS, penciptaan mata uang bersama sucre, serta kedekatannya dengan China, Rusia, Belarus, dan Iran.

Dalam konteks ini, mampukah calon penggantinya, Nicolas Maduro, dan pesaingnya, Henrique Capriles Radonski, mempertahankan warisan peta politik yang multipolar dan jejaring sosial yang telah dibangun Chavez.

Anggota Parlemen AS George Galloway dalam suatu diskusi di Oxford University telah memaki seorang mahasiswa picik yang hanya memandang Chavez sebagai diktator. Galloway secara berapi-api mengatakan bahwa ia sendiri memiliki pengalaman pahit ketika berada di Venezuela saat pemilu presiden pada Oktober 2012. Ia mendukung kubu oposisi serta ikut dalam pawai kampanye anti-Chavez, tetapi pada akhirnya mengakui bahwa ”Chavez adalah politisi yang paling demokratis di Bumi”.

Para pengamat politik juga mengakui, Presiden Chavez telah mengontribusikan suatu hubungan internasional dengan teori kekuatan sosial secara langsung melalui praktik nyata yang mudah dipahami.

Selamat jalan Hugo Chavez! Sejarah akan mengenangmu. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar